Bibi Marry tertidur di samping ranjang Ruka, saat pria itu membuka mata Pandangan nya, masih sedikit mengabur belum terlalu jelas.
"Bibi?" panggil ruka menyadari kepala Bibi marry yang mulai bergerak bangun melihatnya dengan mata berkaca-kaca.
"Tuan ruka sudah sadar, syukurlah. Bibi senang." Wajah Bibi marry yang tampak lelah dan sayu, membuat ruka yakin jika perempuan itu sudah banyak mengeluarkan air mata.
Ruka meraih tangan Bibi marry. " Maafkan saya karena sudah membuat Bibi khawatir," ucap ruka lembut.
Bibi marry menggelengkan kepala. "Tuan tidak salah apa pun. Jangan minta maaf dengan Bibi. Tuan sakit juga karena Bibi tidak bisa menjaga Tuan dengan baik."
Air mata Bibi marry kembali menetes, tapi segera ia hapus. Bibi marry memperhatikan luka ruka yang masih membiru, hatinya sedikit perih.
"Tuan lapar? Ingin makan sesuatu? Dokter berpesan pada Bibi, kalau Tuan sudah bangun beliau ingin Tuan makan nasi lalu meminum obat agar luka-luka Tuan cepat sembuh."
Ruka tersenyum kemudian mulai bangkit perlahan menyandarkan punggungnya ke sandaran ranjang pasien. Melihat Bibi marry yang sangat antusias membuka box makanan sterofom berisi bubur daging ayam.
"Tuan pasti bertanya-tanya dari mana Bibi punya uang untuk membelikan Tuan daging ayam."
Selama ini yang Bibi marry tahu, ruka bahkan jarang memakan daging kecuali jika Hanry ada di rumah. Ani terbiasa memberikan ruka nasi sisa yang ia makan. Bahkan sering membuat pria lumpuh itu kelaparan.
"Apa Bibi menggunakan tabungan Bibi?"
Bibi marry memberikan box sterofom yang sudah ia buka, menyiapkan sendok bubur.
"Ini Bibi beli dari uang pemberian Nona Pharita."
Ruka menatap bubur itu lalu wajah Bibi marry, yang terlihat berseri-seri saat menyebut nama pharita.
"Nona pharita yang menolong dan membayar biaya pengobatan Tuan."
"Bibi menerima uang darinya?"
Bibi marry mengangguk, lalu merogoh saku bajunya menunjukkan kartu kredit dan kartu nama pharita.
"Tuan, Nona pharita hanya berniat baik."
Ruka sadar tidak ada yang gratis di dunia ini. Pharita pasti menginginkan sesuatu darinya. Lagi pula kenapa perempuan seperti pharita harus menolongnya?
"Bibi, tolong kembalikan kartu kredit itu pada pharita."
Bibi marry terkejut. "Tapi Tuan, Nona pharita- "
"Dia tidak mungkin menolong kita dengan gratis," potong ruka cepat.
Bibi marry menundukkan kepala, pharita adalah wanita yang sangat baik. Dia tidak terlihat seperti meminta imbalan.
"Nona membantu kita karena dia peduli dengan Tuan. Nona mengkhawatirkan Tuan sebagai calon suaminya."
"Calon suami?"
Bibi marry lupa jika dia belum menjelaskan tentang pharita yang telah memilih ruka sebagai calon suaminya.
Ruka tampak gusar, lalu memegang pundak Bibi marry lembut. Memberikan pengertian.
"Dengarkan saya Bibi." Bibi marry memandang ruka dalam-dalam.
"Saya lumpuh, saya cacat. Saya tidak bisa berjalan. Tidak mungkin wanita yang sempurna seperti pharita ingin menikahi saya. Bibi tahu, jika saya menikah dengannya. Saya hanya bisa menjadi beban untuknya. Saya tidak bisa memberikan apa pun pada pharita. Terlebih dia dari keluarga kaya, dia cantik. Banyak pria di luar sana yang lebih pantas mendampinginya. Dan yang lebih penting, kami tidak saling mengenal. Dan kami tidak saling mencintai." Ucap Ruka
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) END
RomansaPharita yang berhati dingin seperti ular dipertemukan dengan Ruka laki-laki berhati hangat nan lembut seperti kelinci. Akankah cinta bisa tumbuh di hati keduanya?