keberuntungan yang tidak pernah berpihak padanya

37 9 0
                                    

“Uhh…”

Suara itu datang dari Hanyu, pemuda manis berstatus omega yang sedang memperhatikan sahabat kecilnya, Yu Zeyu. Zeyu tampak tidak seperti biasanya; gerak-geriknya mencurigakan. Hanyu dan Zeyu telah berteman sejak taman kanak-kanak, dan meskipun Hanyu dikenal dengan sikapnya yang lembut dan perhatian, kali ini dia merasa khawatir dengan perubahan sikap Zeyu.

Zeyu terus-menerus memandang jam tangannya, seakan menunggu sesuatu. Hanyu ingin bertanya, tetapi rasa gengsinya terlalu tinggi. Alih-alih bertanya langsung, Hanyu hanya bisa menatap Xinlong, teman mereka yang duduk di sampingnya.

Xinlong, yang sibuk membaca novel, mengedikkan bahunya. “Tanya sendiri,” katanya tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya.

Hanyu membuang napas kasar, merasa frustrasi. Dia kembali menatap Zeyu yang kini tampak semakin gelisah. Zeyu melirik jam tangan sekali lagi; pukul 03.29. Hanyu, yang mulai merasa cemas, berusaha untuk tidak menunjukkan kegelisahan yang dirasakannya.

Ketika Hanyu berbalik untuk menatap Zeyu lagi, dia mendapati Zeyu sudah berdiri dan hendak meninggalkan tempat. Dengan cepat, Hanyu berteriak, “Mau kemana kau?”

Zeyu berbalik, wajahnya menunjukkan kening yang mengerut. “Ada sesuatu yang harus ku kerjakan,” jawabnya singkat, tetapi jelas.

Hanyu merasa tidak puas dengan jawaban itu. Dia mendekati Zeyu dan berdiri di hadapannya. “Aku tahu, tapi ke mana kau pergi dan apa yang kau kerjakan akhir-akhir ini pada jam 3 sore?” tanyanya dengan nada cemohan.

Zeyu tersenyum tipis, menganggap pertanyaan sahabatnya sebagai candaan. Dia tidak menyadari ekspresi tidak bersahabat di wajah Hanyu. “Ini rahasia,” jawabnya dengan nada ringan.

Akhir-akhir ini, Zeyu selalu pergi pada jam yang sama dan melewatkan waktu berkumpul bersama teman-temannya. Hal ini membuat Hanyu merasa semakin khawatir.

“Setidaknya ceritakan padaku. Kau melupakan sahabatmu, ya?” Hanyu bertanya, menaruh harapan agar Zeyu mau terbuka.

“Mana mungkin!” jawab Zeyu dengan cepat, terlihat gelisah dan melirik jam tangannya sekali lagi. “Perdebatan ini menguras waktuku.”

“Lalu apa yang kau kerjakan dan di mana?” tanya Hanyu, mencoba mengendalikan emosinya.

“Hahh... rahasia. Aku akan memberitahumu jika pekerjaan ini selesai. Sekarang, katakan apa yang ingin kau katakan padaku. Aku harus pergi sekarang,” Zeyu menepuk bahu Hanyu dan melenggang pergi tanpa menunggu jawaban lebih lanjut.

Hanyu menatap nanar punggung Zeyu yang semakin menjauh, merasa hatinya kosong. Dia kemudian duduk di samping Xinlong yang masih tenggelam dalam buku novelnya.

“Sudah kukatakan, jangan terlalu berharap besar padanya. Kau harus membuang ekspektasi besarmu itu,” kata Xinlong dengan nada datar.

Hanyu merasa sedih mendengarnya. Xinlong benar, dia terlalu menaruh harapan besar pada sahabatnya dan kini harus merelakan hati yang telah lama berharap.

---

“Hai Zeyu...”

“Hai...”

“Kak Zeyu, selamat sore...”

“Selamat sore...”

“Zeyu sendiri? Mau bergabung bersama kami?”

“Rasanya tidak perlu, kak. Aku sedang ada urusan, mungkin lain kali.”

“Janji lain kali...?”

“Ahaha... tidak juga.”

“Ahahaha... Jangan seperti itu. Lain kali kau harus mau bergabung dengan kami. Kami pergi dulu kalau begitu.”

a different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang