Part 4

414 54 6
                                    

Rumah Bahagia!!

































































Freya mengurung diri di kamarnya dan memeluk boneka beruang kesayangan nya dengan isak tangis yang kuat yang tak bisa ia pendam lagi.

"ANAK KAMU TUH YANG MEMBANGKANG TERUS!" Teriak Ibu Freya pada suaminya itu.

"ITU ANAK KAMU JUGA! KAMU TERLALU BANYAK MASUKIN DIA LES, UDAH TAU PEMALAS, CUMA BUANG-BUANG UANG AJA!" Balas Ayah Freya.

Freya tentu mendengar jeritan demi jeritan seakan ia dalam peperangan, ia menutup kedua telinganya dengan rapat namun teriakan-teriakan itu tetap terdengar indra pendengarannya.

Yang bisa di lakukan kedua orang tuanya itu hanya saling berteriak satu sama lain dan menekan Freya untuk menjadi apa yang mereka inginkan.

Freya kembali bernyanyi lagu favoritnya akhir-akhir ini, lagu yang selalu ia putar ketika ia sudah lelah dengan semua yang ia alami selama ini.

"Kuuuu inginkan rumah bahagia, rasa tenang-tenang yang di sangka....diiii sudut kamar ku terdiam bagaimana ingin ku lalui, jeritan demi jeritan seakan aku dalam peperangan, dari kecil ku rasakan sehingga dewasa ku terkesan, membuatku lebih takut, takutku menjadi trauma...adakaaaahhh akuuuuu di tempat yang benar?" Air mata Freya mengalir dengan begitu deras.

"Mereka menjadi trauma, mereka hanya inginkan rumah, rumah bahagiaaa.."

Teriakan di luar masih belum reda sampai Freya menyelesaikan satu lagu, Freya akhirnya memilih menikmati jeritan-jeritan itu sampai ia tertidur dengan mimpi indah yang hanya ada dalam mimpi tanpa pernah menjadi nyata.

***

Pagi tiba, Freya terbangun dari tidurnya yang jauh dari kata indah, dia bahkan berharap tidak bangun sekalian daripada ia harus selalu mengulang hari yang sama yang sangat melelahkan.

Kedua orang tua Freya masih saling diam meski sudah berada di meja yang sama untuk menikmati sarapan pagi sebelum beraktifitas diluar rumah.

Ingatan Freya kembali pada anak-anak yang tertawa bahagia karena kedatangannya di panti kemarin.

Perlahan Freya menikmati makanannya dan berusaha menikmatinya dengan tenang, tak ada obrolan di meja makan pagi itu sampai semua orang di meja itu selesai dengan sarapannya.

Freya sadar jika dirinya adalah anak tunggal yang menjadi harapan kedua orang tuanya itu.

Freya beranjak dari duduknya lalu memberi hormat ala orang Jepang pada kedua orang tuanya itu.

"Makanannya enak, makasih Mah, kalo gitu aku berangkat dulu" Setelah mengatakan itu ia pergi meninggalkan kedua orang tuanya itu dalam kebingungan karena Freya tak pernah melakukan itu pada mereka.

Freya di antar sang supir menuju sekolahnya, kali ini ia berfikir untuk sedikit bersemangat untuk menjalani hari-harinya.

"Kuuuuu inginkan rumah bahagia, rasa tenang-tenang yang di sangka, diiiii....sudut kamar ku terdiam bagaimana ingin ku lalui? jeritan demi jeritan seakan aku dalam peperangan, dari kecil ku rasakan sehingga dewasa ku terkesan, membuatku lebih takut, takutku menjadi trauma adakaaaahhhh...akuuuuuu di tempat yang benar?"

Freya kembali menyanyikan lagu itu lagi selama perjalanan menuju sekolahnya sampai-sampai sang supir tau kebiasaannya itu, namun ia tak bisa berbuat apa-apa untuk anak dari bos nya itu, ia hanya bisa mendoakan nya dalam hati, berharap anak bos nya itu bisa bahagia suatu hari nanti.

The End? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang