Siapa?

80 2 0
                                    

Pagi yang terasa dingin itu membuat dua insan yang tengah tertidur saling berpelukan merasa enggan untuk melepaskan diri dan beranjak untuk kembali melanjutkan aktivitas, padahal cahaya matahari telah berkilauan dan menyebar hampir ke seluruh bagian dunia, tapi sepertinya itu sama sekali tidak bisa membuat pasangan tersebut membuka mata meski silau mentari sudah berusaha mengganggu ketenangan dalam tidur mereka. Nyaman, itu yang mereka rasakan hingga rasanya kesulitan untuk melepaskan.

Tok.. Tok.. Tok..

"Mohon maaf tuan putri dan pangeran, kami akan membereskan kamar anda."

Suara dayang yang berasal dari luar kediaman membuat sang putri secara perlahan membuka matanya, ia mengerjapkan  kelopak matanya agar nyawanya yang berceceran segera kembali ke tempat asal. Tapi beberapa saat kemudian sebuah kesadaran menghantamnya begitu keras setelah apa yang ia lihat didepan mata, tubuh atas laki-laki yang telah berstatus sebagai suaminya itu kini tepat berada didepan matanya, tubuh yang menurutnya begitu sempurna dengan otot yang menonjol dan perut kotak-kotak membuat nafas sang putri berhenti sejenak karena terlalu terkejut. Ia juga melupakan fakta bahwa semalam mereka memang tidur bersama.

Sang putri, Arabella mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah sang pangeran. Tidurnya begitu pulas bahkan ia juga tidak mendengar ketukan pintu dan suara dayang, terbukti dari pelukannya yang masih sama eratnya seperti semalam dan sampai saat ini.

Arabella benar-benar belum terbiasa dengan pemandangan dan situasi seperti ini, ia masih saja gugup dan kaku. Kini ia berusaha melepaskan pelukan tersebut untuk menghampiri sang pelayan, tapi tidak bisa. Pelukan sang pangeran sepertinya terlalu permanen.

Tok.. Tok.. Tok..

"Tuan putri." Panggil dayang lagi.

"Aku akan memanggil kalian nanti!." Seru Arabella, ia tidak segila waktu itu yang membiarkan para dayangnya masuk disaat mereka masih diatas ranjang dengan kondisi berpelukan, apalagi tubuh atas Nathaniel yang terpampang dengan sangat jelas, bahkan Arabella sendiri merasa begitu kecil dalam pelukan tubuh besarnya. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi, takutnya mereka berfikir yang tidak-tidak, walaupun sebenarnya tidak masalah karena mereka adalah suami-istri.

"Baik tuan putri."

Arabella bernafas lega setelahnya. Ia kembali memandang Nathaniel, dengan jarak yang sangat dekat seperti ini membuatnya bisa melihat keseluruhan bentuk wajah Nathaniel yang menurutnya terpahat secara sempurna, rahang tegas juga lancip, hidung mancung, mata yang tegas setiap ia menatap Arabella, alis tebal, dan bibir yang tipis tapi tidak terlalu kecil. Benar-benar definisi lelaki idaman semua wanita jika dari segi fisik.

Tanpa sadar Arabella memegang rahang tersebut, ia ingin merasakan seberapa tegas wajah Nathaniel. Belaian Arabella begitu lembut, kulit tangannya yang mengusap wajah halus Nathaniel menimbulkan efek hingga ke area jantungnya. Saat ini Arabella hanya berharap bahwa Nathaniel masih tertidur dan tidak menyadari apa yang dia lakukan.

"Hm? Sudah bangun?."

Arabella segera menurunkan tangannya begitu mendengar suara Nathaniel dan kedua matanya yang mulai terbuka, ia sungguh kembali merasa gugup sekarang karena tidak ingin ketahuan apa yang ia lakukan beberapa saat yang lalu kepada Nathaniel.

"Su.. Sudah."

"Selamat pagi."

"Pagi. Sepertinya dia tidak menyadari apa yang aku lakukan tadi, syukurlah." Lanjutnya dalam hati.

"Kau masih saja terlihat gugup."

"Eee.. Itu."

"Tenanglah! Apa kegiatan mu hari ini?."

Change Of Destiny (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang