NJ-28

7.5K 476 37
                                    

"Makasih atas tumpangannya, Dex. Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Aisley sebelum turun dari mobil yang ia dan Dexion kendarai.

Benar, Dexion-lah yang menjemputnya setelah ia pergi meninggalkan Darka di restoran tempat mereka dinner date tadi.

Aisley sangat berterimakasih karena Dexion menjemputnya tepat waktu. Walau begitu, sebenarnya ada secuil rasa curiga kenapa bisa Dexion bisa secepat itu tiba di restoran tadi.

"Itu sudah kewajiban saya, Nona muda." Nada sinis dari Dexion yang biasa Aisley dengarkan itu ia hiraukan saja.

Badan Aisley sudah lelah dan keinginannya kini hanya ingin cepat tiba dikamar. Ia akan ganti pakaiannya menjadi baju tidur, lalu ia akan pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih tubuh. Seperti sikat gigi, cuci muka, dan tak lupa cuci tangan kaki sebelum pergi tidur.

Kasur empuk milik Aisley asli memang sangat nyaman hingga ia ketagihan ingin beristirahat terus disana selama mungkin kalau bisa.

Rencana hanyalah tetap angan-angan semata yang jika diizinkan oleh semesta tentu tidak akan pernah bisa terjadi.

Dan ya, baru saja ia akan melangkah menaiki anak tangga, dengan sangat tak terduga ia mendapati sosok Max yang sepertinya akan menuruni anak tangga. Dilihat dari penampilannya yang sangat rapi sepertinya Max akan pergi keluar mansion.

Tapi itu bukan urusannya, jadi Aisley melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan kehadiran Max meski berpapasan dianak tangga yang entah ke berapa. Dibanding Zeven dengan kata-kata yang menyakitkan itu, Max tentu satu tingkat lebih baik. Tapi tetap saja Max merupakan bagian dari keluarga Hayes yang sejak awal mengacuhkan kehadiran Aisley asli.

"Dari mana?" Sangat tidak terduga Max, kakak pertama Aisley asli menahan langkahnya dengan melontarkan sebuah pertanyaan padanya.

"Kenapa kepo?" tanya balik Aisley. "Aku udah pernah bilang kan jangan pernah berubah peduli ke aku?! Cukup seperti biasanya yaitu cuek dan nggak saling mencampuri urusan masing-masing. Apa nggak bisa?!"

Mungkin jika yang dihadapannya sekarang adalah Zeven, mungkin ia sudah dikatai-katai atau entah apa. Tapi karena yang dihadapannya sekarang si Max yang tentu lebih dewasa pemikirannya dibanding Zeven ia justru mendapati keterdiaman dari Max sebagai jawabannya.

Merasa pembicaraan mereka sudah selesai Aisley hendak melanjutkan langkahnya. Tapi kali ini Max menahan lengannya. Lalu tanpa ia minta, Max mulai berbicara. "Amnesia membuatmu berubah sejauh ini ya, Aisley? Tapi kenapa? Kenapa kakak ngerasa kamu terlalu banyak berubah? Kalau boleh jujur, malam-malam kakak nggak pernah tenang semenjak kami tahu kalau kamu amnesia. Pantas waktu makan malam pertamamu setelah kamu diasingkan ke rumah bawahan Dad kamu berubah drastis."

"Aku nggak salah denger nih? Seseorang yang nggak pernah meranin perannya sebagai seorang kakak, manggil dirinya sendiri dengan panggilan 'kakak'? Kalau aku balik gimana? Dimana kamu saat aku selalu dihukum sama Tuan Mack? Kamu dan adikmu, Zeven itu lihatin aku-kan dari jauh sambil tersenyum puas? Dimana kamu saat aku butuh peranmu sebagai seorang kakak?" balas Aisley tanpa mengeluarkan ekspresi sedih ataupun marah. Nadanya datar tapi matanya menatap lurus ke arah sang kakak pertama.

"Dan kenapa kesannya kamu yang nggak pernah peduli ke aku sekalipun selama ini tiba-tiba menyalahkan aku atas amnesia yang sama sekali juga nggak aku inginkan?" lanjut Aisley.

Dengan cepat Aisley langsung menyentak tangan Max yang menahan lengannya. Lalu ia melangkah pergi secepatnya tanpa memberi ruang Max untuk kembali menahannya.

Sebelum benar-benar pergi Aisley sempat meninggalkan kalimat yang mampu membuat Max tak beranjak sekalipun. "Mari kembali asing, dan bersikaplah seolah-olah kita bukan keluarga."

new journey!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang