Sore itu hujan yang begitu deras turun membasahi bumi, suara air yang menitik di genting begitu terdengar jelas saking derasnya hujan di sore itu.
Seorang pria menatap keluar jendela dan menyaksikan hujan itu dengan tatapan kosongnya. pria itu masih berada di ruang kerjanya sambil menunggu hujan reda. semua pekerjaannya telah selesai hingga dia sendiri tidak tau harus melakukan apa selain menonton hujan di luar.
Tak lama ponselnya berdering, pria itu menatap malas layar ponselnya untuk melihat siapa gerangan yang menelponnya disaat suasana hatinya tengah buruk seperti ini.
Nama 'tuan Fendrick' tertera di layar ponselnya, dan mau tidak mau dia harus mengangkat panggilan itu sebelum hal yang tidak dinginkan terjadi.
Pria itu mengambil ponselnya lalu menekan ikon hijau itu meski dengan perasaan setengah malasnya.
tut..
"ada apa? "
"pulang "
"hm"
tut..
Panggilan pun berakhir, pria itu berdecih kesal. pria tua itu menelponnya hanya untuk menyuruh dirinya pulang? sungguh menjengkelkan, tidak bisakah dia mengirim pesan saja padanya? menyebalkan.
Pria itu bangkit dari kursi kebesarannya lalu keluar dari ruangannya dan menuju parkiran untuk mengambil mobilnya yang terparkir disana. Sungguh dia sedang sangat malas untuk pulang ke mansion itu sekarang, namun apalah daya, daripada nanti dia diseret sama kakek tua itu mending menurut saja bukan?
Mobil sport hitam itu pergi meninggalkan parkiran dan melesat di tengah sepinya jalanan kota yang masih diguyur oleh hujan.
Tidak perlu waktu yang lama untuknya sampai di mansion Louis, Tempat yang begitu besar dan megah namun bagaikan neraka baginya.
Pria itu memarkirkan mobilnya didalam garasi lalu masuk kedalam mansion itu dengan langkah lebar dan tatapannya yang senantiasa dingin dan datar tanpa ekspresi sama sekali.
Suara orang orang yang tengah bersenda gurau di ruang keluarga dapat pria itu dengar dengan jelas sejak pertama dia melangkahkan kakinya kedalam mansion itu.
Suara langkah kaki yang bergema di lorong membuat mereka yang ada di sana menghentikan tawanya dan menatap kearah pintu masuk dengan tatapan datar, entah kemana perginya wajah penuh kebahagiaan yang mereka tunjukan barusan, sebelum suara langkah kaki itu terdengar di pendengaran mereka.
Tatapan mereka kian menajam setelah sosok pria yang telah mereka tunggu terlihat dan berjalan kearah mereka dengan wajah andalannya.
Pria itu duduk di single sofa yang berhadapan langsung dengan sang kepala keluarga yang kini tengah menatapnya dengan tajam seperti seorang predator yang siap menikam mangsanya saat itu juga.
Tidak ada seorangpun dari mereka disana yang berani mengeluarkan suara sebelum yang tertua memulai pembicaraan itu. atmosfer di ruangan itu seolah berubah menjadi sangat mencekam akibat aura yang dikeluarkan oleh mereka semua.
"Tidak adakah yang ingin kau katakan pada kami Arthur? " ucap sang kepala keluarga yang akhirnya angkat bicara setelah terdiam cukup lama.
Pria yang dipanggil Arthur itu mengangkat sebelah alisnya seusai mendengar pertanyaan dari kepala keluarga Louis itu, " apa yang anda maksud tuan Fendrick? saya sungguh tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan anda barusan, " balasnya.
"Khe, sampai kapan kau akan bertingkah seolah kami tidak tau apa apa Arthur? kau salah jika mengira kami tidak tau apa yang kau lakukan, " ujar salah satu dari mereka, dia adalah Kendrick Garvian Louis, putra sulung dari Fendrick Jordan Louis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arthur kailand .L [ REVISI ]
FanfictionDALAM PROSES REVISI ‼️‼️ Mengandung unsur BL ‼️ Homophobic silahkan menjauh ‼️ Arthur kailand Louis, seorang anak sulung yang diabaikan oleh keluarganya karna merupakan seorang anak yang lahir di luar nikah. Merupakan seorang CEO muda sekaligus pem...