.
.
.
.
.Langkah tergesa namun riang seorang pemuda terus mengayun maju, di iringi senja yang hampir menggelayut dengan keindahaannya. Angin sepoi khas musim gugur membalut udara, membuat tiap orang harus merapatkan mantel mereka guna menghalau dingin. Kim Sunoo, pemuda tanggung yang hari ini baru saja pulang setelah menyelesaikan kelas actingnya di universitas, pulang dengan senyum secerah mentari. Ia senang sebab dosen memuji kemampuan actingnya di depan seluruh kelas. Narsis? Tidak. Itu manusiawi, siapa yang tak bangga mendapat pujian? Terlebih Sunoo terbiasa selalu mendapat apresiasi pada setiap tindakan positifnya dari sang ibu. Setidaknya dulu, sebelum kedua orang tuanya memutuskan berpisah ketika Sunoo masih duduk di bangku sekolah menengah. Lantas setahun setelahnya, ia mendapat keluarga baru, seorang wanita cantik dan anak bawaannya yang terpaut satu tahun di atas Sunoo. Wanita itu adalah wanita karir, ia terbiasa sibuk dengan pekerjaan dan bersosialisasi hingga Sunoo tak mendapat kasih sayang yang seharusnya, namun semua tergantikan oleh kakak tirinya sendiri. Seseorang yang kini akan ia temui dengan riang sambil menjinjing papper bag berisi mintchoco ice cream.
Seorang hyung yang dapat menggantikan peran ibu, bahkan ayah yang begitu sibuk hingga tak ingat mereka memiliki dua anak yang telah beranjak dewasa. Bahkan ketika sang hyung memutuskan membawa Sunoo tinggal di apartement bersamanya sebab mereka merasa sepi tinggal dirumah yang besar hanya berdua. Ditambah lagi mereka di pindahkan di sekolah yang sama saat memasuki sekolah menengah atas, jaraknya pun terbilang lebih jauh, bukannya sedih atau melarang, orang tua mereka justru terlihat seperti sedikit kehilangan beban.
Tiga tahun berlalu begitu saja tanpa hal berarti, kini Sunoo telah masuk universitas dan sedang menjalani semester pertamanya. Ia selalu senang bersosialisasi, namun ia juga akan lebih bersemangat ketika pulang, sebab ia tau hyungnya selalu menunggu untuk makan malam.
Langkah Sunoo terus mengayun, memasuki koridoor, lift, hingga sampai pada unit apartement mereka. “Heeseung hyung! Aku pulang!” Nadanya dibuat tinggi karena apartement yang ia tinggali cukup besar meski hanya ada satu kamar.
Tak ada jawaban, dahi Sunoo tertaut, tak biasanya begini sepi. “Heeseung hyung?” Panggilnya lagi sambil melangkahkan kaki menuju kamar. Benar, Heeseung ada disana, tapi kenapa tak menyaut? Pikir Sunoo. Dari obsidian kembarnya Sunoo dapat melihat Heeseung tengah sibuk memasukkan beberapa pakaian pada tas ransel. “Hyung? Mau kemana?”
Sekali lagi tak ada jawaban, pihak lain tampak muram, jadi dengan inisiatifnya, Sunoo mendekat lalu merangkul tubuh yang lebih tua dan bergelayut manja. “Hyuungg, kenapa tidak menjawabku??”
Bukannya jawaban yang Sunoo terima, justru tepisan kasar yang ia dapat, membuatnya semakin bingung. “Hyung, ada apa? Kenapa kasar sekali?”
Yang dipanggil akhirnya menoleh dengan tatapan datar, menatap lurus pada mata lawan bicaranya. “Aku akan pindah mulai sekarang.”
“Hah? Pindah? Tapi kenapa? Hyung tidak mendiskusikan ini dulu padaku?”
“Kurasa kau sudah besar sekarang, tidak perlu aku lagi kan? Kau bisa bebas tinggal sendiri dan melakukan apapun sesukamu.” Heeseung kembali mengemasi baju-baju dan peralatan lainnya, melipat serapih mungkin untuk dimasukan pada tas ransel yang cukup besar.
Sunoo hanya diam, memperhatikan setiap gerak-gerik lelaki itu. Jelas Heeseung sedang marah padanya, tapi sebab apa? Heeseung memang kerap kali marah pada Sunoo ketika ia didekati temannya, baik itu pria mau pun wanita. Heeseung selalu menyuruhnya menjaga jarak, dan selama ini ia pun menurut. Sunoo mengerti, Heeseung melakukan itu karena ia tak mau Sunoo salah pergaulan, atau dimanfaatkan. Heeseung sangat hafal watak sang adik yang memiliki sifat tak enak hati untuk menolak dan cepat akrab dengan orang lain. Tapi untuk kali ini apa? Sunoo seharian hanya menghadiri kelas dan belajar di perpustakaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother [Heesun - Heeseung x Sunoo]
Fanfictionshort story / HEESUN / WARNING!!! BOYPUSSY 🔞 Sunoo hanya memiliki hyung dalam hidupnya, menggantikan sosok kedua orang tua yang sudah bertahun-tahun tak ia rasakan.