Hari-hari di kafe "Morning Brew" selalu dimulai dengan aroma kopi segar yang memenuhi udara. Para pengunjung datang silih berganti, mencari secangkir kafein untuk menyambut hari mereka. Namun, ada satu pelanggan yang selalu datang di jam yang sama, dengan langkah lebar dan senyum tipis yang mengintip dari bibirnya. Dia adalah Mingyu.
Moonbin, barista muda dengan senyuman yang selalu mengembang, sudah hafal betul rutinitas ini. Setiap pagi, Mingyu akan memesan Americano dengan sedikit tambahan susu, dan setiap pagi pula, Moonbin akan salah menuliskan namanya. Tapi, bukan karena dia tidak bisa mengingat, melainkan karena dia selalu sengaja melakukannya.
Suatu pagi, seperti biasa, Mingyu berdiri di depan konter dengan kemeja putih yang digulung hingga siku. "Satu Americano, sedikit susu," katanya, seperti biasa.
Moonbin mengangguk sambil tersenyum, mencatat pesanannya di cangkir kertas. Namun, alih-alih menulis "Mingyu", ia menulis "Mingu".
“Namamu siapa tadi?” tanya Moonbin, berpura-pura tidak ingat.
Mingyu tertawa kecil, memperlihatkan sederet giginya yang rapi. “Kau tahu namaku, Moonbin.”
“Oh, ya?” balas Moonbin dengan senyum licik. “Mungkin aku lupa.”
Saat Moonbin menyerahkan kopi itu beberapa menit kemudian, Mingyu melirik tulisan di cangkir dan menggelengkan kepala sambil tertawa. “Kau tahu, namaku Mingyu, bukan Mingu.”
Moonbin hanya mengangkat bahu, ekspresi wajahnya penuh kepuasan. “Maaf, mungkin aku memang payah dalam mengingat nama. Tapi setidaknya, aku tahu kopi favoritmu, kan?”
Mingyu tersenyum lagi. Ada sesuatu yang menyenangkan tentang kejenakaan kecil Moonbin yang membuatnya terus kembali ke kafe ini. Setiap hari, ada saja variasi baru dari kesalahan penulisan namanya: “Mingyu” menjadi “Mingi”, “Mingy”, atau kadang-kadang, “Minwoo”.
Hari itu tidak berbeda. Mingyu mengambil kopinya dan menuju tempat duduk favoritnya di dekat jendela. Sambil duduk, ia memperhatikan Moonbin yang dengan cekatan melayani pelanggan lain dengan senyum ramah yang sama.
Tak lama kemudian, seorang pelanggan lain datang. Moonbin mengangkat pandangannya dari mesin espresso dan langsung mengenalinya. “Oh, hai, Jisoo! Seperti biasa, ya?”
Jisoo mengangguk, tersenyum lembut. "Iya, terima kasih, Bin."
Moonbin segera membuatkan kopi Jisoo, tanpa pernah salah mengeja namanya. Mingyu mengangkat alis, merasa sedikit terhibur dan sedikit cemburu.
Ketika Jisoo pergi, Moonbin mendekati Mingyu, membawa sepotong muffin yang baru dipanggang. "Ini untukmu, bonus karena namamu selalu salah," katanya sambil tersenyum.
Mingyu mengambil muffin itu dengan hati-hati, menatap mata Moonbin yang cerah. “Kau tahu, aku bisa melaporkanmu karena kesalahan ejaan berulang kali.”
Moonbin tertawa, ringan dan tanpa beban. “Oh, ya? Dan siapa yang akan mau mendengarkan keluhan seperti itu?”
“Kau benar,” jawab Mingyu, menggigit muffinnya. “Mungkin aku hanya akan datang ke sini setiap hari dan memaksamu belajar mengeja namaku dengan benar.”
Moonbin mendekatkan diri, menumpukan satu tangan di meja, membuat jarak mereka semakin dekat. “Mungkin aku akan terus salah menulisnya agar kau terus datang ke sini.”
Mingyu terdiam sejenak. Ada sesuatu di mata Moonbin, mungkin isyarat tak terucap, atau hanya sekadar kelicikan yang manis. “Kalau begitu, mungkin aku akan terus datang,” jawabnya, hampir berbisik.
Moonbin tersenyum lebih lebar, penuh kemenangan. "Kita lihat saja nanti."
Dan sejak hari itu, keduanya memulai semacam permainan tak tertulis, di mana setiap cangkir kopi adalah kesempatan baru untuk sebuah kesalahan yang disengaja dan sebuah janji yang tersirat. Hari demi hari, cangkir demi cangkir, hubungan mereka tumbuh dalam kehangatan secangkir kopi dan kejenakaan nama yang salah, di mana tak satu pun dari mereka ingin permainan ini berakhir.
Bagaimanapun juga, ada sesuatu yang lebih dari sekadar kopi di "Morning Brew" bagi Mingyu—ada Moonbin, dengan senyumnya yang penuh teka-teki dan cangkir yang selalu salah mengeja, tapi selalu tepat dalam segala hal lainnya.
.
Hari-hari berlalu, dan setiap pagi selalu sama namun terasa berbeda di kafe "Morning Brew." Hubungan antara Moonbin dan Mingyu menjadi semakin akrab dan penuh tawa. Mereka berbicara lebih lama, bercanda lebih sering, dan kejenakaan Moonbin dengan nama Mingyu menjadi semacam ritual harian yang ditunggu-tunggu oleh keduanya.
Suatu pagi, ketika langit di luar mendung dan kafe lebih sepi dari biasanya, Mingyu datang lebih awal dari biasanya. Moonbin yang sedang membersihkan meja menyadari kehadiran Mingyu sebelum lonceng di pintu berbunyi. Dia menatap ke arah pintu dan tersenyum, sedikit terkejut melihat Mingyu datang lebih cepat.
"Wow, apa yang membawamu ke sini sepagi ini?" tanya Moonbin sambil berjalan ke belakang konter.
Mingyu hanya mengangkat bahu, memasukkan tangannya ke saku jaket. "Mungkin aku ingin memastikan kau tidak salah menulis namaku lagi."
Moonbin tertawa kecil, mengambil cangkir kertas dan spidol hitam, dengan sengaja membuat gerakan berlebihan saat menulis. “Baiklah, biarkan aku mencoba lagi. Kali ini aku akan melakukannya dengan benar,” ucapnya, dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya.
Mingyu menyandarkan tubuhnya di konter, matanya tak lepas dari tangan Moonbin yang menulis. Tapi kali ini, ketika cangkir itu diserahkan, ada sesuatu yang berbeda.
Mingyu mengambil cangkir itu dan melihat tulisan di sampingnya. Kali ini, nama yang tertera di sana benar-benar tertulis dengan benar: "Mingyu." Dia menatap Moonbin dengan alis terangkat, setengah tersenyum, setengah bingung.
"Wow, ini pertama kalinya," ujar Mingyu pelan, sedikit terkejut. "Apakah kau akhirnya ingat namaku?"
Moonbin mengangguk pelan, menyandarkan tubuhnya ke meja konter dan menatap Mingyu dengan serius untuk pertama kalinya. “Ya, kurasa sudah waktunya untuk mengingatnya dengan benar.”
Mingyu merasakan ada sesuatu yang berubah dalam nada suara Moonbin, seolah-olah di balik candaannya ada sesuatu yang lebih mendalam. "Ada apa, Bin?" tanyanya, nada suaranya lebih lembut, penuh perhatian.
Moonbin menarik napas dalam-dalam, seolah mengumpulkan keberanian. “Aku hanya berpikir… mungkin aku sudah cukup lama bermain-main denganmu. Mungkin sudah waktunya kita lebih serius.”
Kata-kata itu menggantung di udara, membuat Mingyu terdiam. Dia bisa merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. “Lebih serius bagaimana?” tanyanya akhirnya, meskipun dia sudah memiliki firasat tentang ke mana arah pembicaraan ini.
Moonbin tersenyum, kali ini lebih lembut dan tulus. "Aku menyukaimu, Mingyu. Sejak pertama kali kau masuk ke sini dengan senyum sinismu dan cara berjalanmu yang percaya diri. Dan mungkin, semua kesalahan ejaan itu hanya caraku untuk mendapatkan perhatianmu."
Mingyu tertawa pelan, merasa sedikit lega namun juga gugup. “Jadi, kau mengakuinya sekarang? Kau sengaja salah menulis namaku?”
Moonbin mengangguk, wajahnya sedikit memerah. “Ya, aku sengaja. Karena aku tahu, setiap kali kau melihat kesalahan itu, kau akan datang ke sini lagi dan lagi, hanya untuk melihat apakah aku akan melakukannya lagi.”
Mingyu tidak bisa menahan senyum yang mulai mengembang di wajahnya. “Kau tahu, mungkin itu berhasil. Karena aku memang selalu penasaran apakah kau akan pernah menulisnya dengan benar.”
Moonbin tertawa, lega melihat bahwa Mingyu tidak marah atau kecewa. “Jadi, bagaimana kalau kita berhenti bermain-main dan mulai sesuatu yang nyata? Aku akan membuatkanmu kopi setiap hari, dan kau bisa memastikan namamu selalu tertulis dengan benar.”
Mingyu mendekat, menatap langsung ke mata Moonbin. “Tawaran yang menarik. Tapi aku punya satu syarat.”
“Apa itu?” tanya Moonbin, sedikit gugup.
“Kalau kau bisa menulis namaku dengan benar setiap hari selama seminggu penuh, kita bisa makan malam bersama,” jawab Mingyu, senyum licik muncul di wajahnya.
Moonbin tertawa. “Tantangan diterima, Tuan Mingyu.”
Dan sejak saat itu, setiap cangkir kopi bukan hanya sekedar kopi; itu adalah bagian dari permainan baru mereka—sebuah langkah menuju sesuatu yang lebih manis daripada sekedar kopi pagi hari. Sebuah awal dari cerita yang baru saja dimulai di kafe kecil di sudut jalan, dengan aroma kopi dan cinta yang mulai merebak di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
B R A V E 💪🏿 bottom!Mingyu [⏯]
FanficKim Mingyu. Manly. Cool. Tangguh. Perkasa. Gagah. Kuat. Tampan. Dominan. Tidak akan ada seorangpun yang mengira peran apa yang ia lakoni di dalam sebuah permainan panas. ©2019, ichinisan1-3