Di sebuah rumah gubuk kecil di pinggir kota, Niko sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Dia menghadap cermin, memastikan seragam sekolahnya rapi. Senyum kecil terlukis di wajahnya, meskipun di dalam hatinya, dia terasa hampa. Setiap hari adalah pertarungan untuk tetap bertahan.
Niko adalah seorang siswa di sebuah sekolah menengah pertama. Bagi banyak orang, hidup Niko tampak biasa saja, namun tidak ada yang tahu beban berat yang dia pikul.
Pagi itu, seperti biasa, Niko tiba di sekolah dengan senyum yang dipaksakan.
Tiba-tiba Niko dikagetkan dengan seorang guru yang menyapanya dari kejauhan.
“Pagi, Niko!” sapa Bu Ani, guru yang selalu ceria.
“Pagi, Bu,” jawab Niko sambil mencoba menyembunyikan kesedihannya.
Hari-hari di sekolah selalu terasa panjang. Niko merasa terperangkap dalam rutinitas yang tak ada ujungnya. Setiap senyum yang dia berikan kepada temannya, semuanya hanya permukaan. Niko merasa semakin tenggelam. Setelah belajar, Niko pulang ke rumahnya yang sepi. Tidak ada yang menunggunya, tidak ada yang peduli. Dia membuka jendela kamarnya, memandang keluar dan bertanya-tanya apakah ada yang akan merindukannya jika dia menghilang.
Malam itu, Niko duduk di atas tempat tidurnya, memeluk erat foto keluarganya yang sudah lama hilang. Orang tuanya meninggal dalam kecelakaan tragis ketika dia masih berumur sebelas tahun. Sejak saat itu, dia harus hidup mandiri. Kesepian menjadi sahabat setianya, dan depresi mulai merayap masuk ke dalam hidupnya.
Esok paginya, Niko terbangun dengan berat hati. Setiap langkah menuju sekolah terasa seperti beban berat.
Ketika dia tiba di sekolah, tiba-tiba dia bertemu dengan seorang gadis kecil.
“Halo, ada apa?” tanyanya lembut.
“Aku kehilangan ibuku.” Ucap gadis itu sambil mengusap air matanya.
“Siapa nama ibumu? Mari kita cari sama-sama.” Tanya Niko dengan senyum manisnya.
Setelah beberapa saat, ibu gadis itu ditemukan, dan mereka bersatu kembali. Melihat senyum di wajah gadis itu membuat Niko merasa sedikit lebih baik. Namun, perasaan itu hanya sementara. Saat hari berlanjut, dia kembali merasa tenggelam dalam kesedihan.
Setiap malam, Niko mencoba melawan pikirannya sendiri. Depresi adalah musuh yang tak terlihat, tapi sangat nyata baginya. Dia merasa seperti terjebak dalam lingkaran setan yang tak ada ujungnya. Rasa putus asa semakin menguasai, dan dia mulai berpikir tentang cara untuk mengakhiri penderitaannya. Dia bingung ini mengakhiri penderitaannya atau mengakhiri hidupnya.
Suatu hari, seorang tukang bakso depan sekolah bernama Pak Pebri, yang juga seorang pensiunan guru, datang ke sekolah. Dia selalu menyempatkan diri untuk berbicara dengan Niko.
“Bagaimana kabarmu, Nak?” tanyanya dengan penuh perhatian.
Niko mengangguk sambil tersenyum tipis.“Alhamdulillah baik, Pak. Terima kasih.” Jawab Niko dengan kepala menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang Dalam Kelam
Short StoryCerita ini menggambarkan perjuangan seorang anak bernama Niko yang terjebak dalam depresi mendalam karena ditinggalkan kedua orang tuanya dalam kecelakaan tragis, hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. simak keseruan ceritanya!!