"Kau terlihat begitu manis tadi." Ujar Nathaniel setelah mereka berdua tiba di kediaman.
"Kau bicara apa?." Tanya Arabella. Jelas jika ia pura-pura tidak tau apa yang sedang Nathaniel katakan.
"Aku membicarakan dirimu yang cemburu tadi."
"Siapa yang cemburu? Aku hanya tidak suka bahkan sejak pertama kali melihatnya, maka dari itu aku bersikap kurang ajar padanya tadi."
"Benarkah? Bukan karena cemburu?."
"Aku tidak pernah bilang seperti itu!."
"Tidak masalah jika kau tidak mengakuinya lewat mulutmu, karena sikap mu sudah bisa menjelaskan segalanya."
"Kenapa bisa kau menyimpulkan seperti itu?."
"Karena memang itu kenyataannya. Lagi pula.." Ucapan Nathaniel terhenti karena tiba-tiba ia berjalan secara perlahan kearah Arabella, sang putri dibuat gugup lagi dengan sikap Nathaniel yang berubah kembali kali ini.
"Aku senang jika kau bersikap seperti tadi. Sangat menggemaskan sampai rasanya aku ingin..."
Cup.
Arabella mematung setelah mendapatkan kecupan ringan di pipinya oleh Nathaniel, ia tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Posisi mereka sudah teramat dekat, Arabella berhenti berjalan sebab Nathaniel pun demikian hingga secara mendadak ia mencium pipi Arabella, memperjelas bahwa ia memang benar-benar gemas dengan segala hal yang melekat dalam diri istrinya. Kecupan tersebut dapat menjelaskan segalanya meski Nathaniel tidak menyelesaikan ucapannya.
Nathaniel terkekeh pelan hingga mengembalikan kesadaran Arabella. Sang putri menatap suaminya dengan tatapan kesal namun disisi lain ia juga malu.
"Pipimu benar-benar seperti apel merah sekarang, bahkan ini lebih menggoda dan lebih manis." Ujar Nathaniel. Arabella menyingkirkan tangan Nathaniel yang berada di pipinya, ia mengingat sesuatu sekarang.
"Tunggu! Bukannya kau akan berburu bersama kakak mu setelah sarapan? Kenapa kau mengatakan pada gadis itu akan menemani ku seharian di kamar?." Pertanyaan itu berhasil mengalihkan perhatian Nathaniel agar tidak terus menggodanya. Untung saja otak Arabella bisa diajak kerja sama walaupun sempat melambat karena begitu gugup beberapa saat yang lalu karena sikap Nathaniel.
"Tidak jadi. Seketika aku tidak ingin meninggalkan mu." Jawab Nathaniel.
"Kenapa begitu?."
"Bagaimana aku bisa pergi jika pikiran ku hanya berpusat padamu, dan setelah melihat sikap mu yang begitu manis tadi? Aku lebih baik disini bersama mu."
'Kenapa ucapannya tidak jauh-jauh dari manis dan menggemaskan? Dia terus saja menggoda ku!.'
"Kakak mu tidak marah?."
"Tidak akan. Ia pasti memaklumi, aku sudah mempunyai istri sekarang, dan waktu longgar ku yang ada tentu saja untuk dihabiskan bersama istri ku." Jawab Nathaniel santai.
"Terserah. Jangan salahkan aku jika kau bosan nantinya." Ujar Arabella kemudian berlalu meninggalkan Nathaniel untuk memulai kegiatannya pagi ini.
"Tidak akan pernah bosan! Aku jamin, hanya melihat wajah mu saja sudah sangat cukup Ara!." Ujar Nathaniel dengan senyuman tipis dan suara rendah.
Keempat dayang mulai membantu Arabella menyiapkan alat dan bahan untuk merajut, mereka juga mengajarkan tuan putri mereka bagaimana cara merajut, karena Arabella beralasan bahwa ia sedikit lupa dengan teknisnya.
Wajah Arabella yang serius membuat Nathaniel begitu gemas rasanya, sudah ia katakan bahwa Nathaniel tidak akan bosan meski ia hanya duduk diam dan tidak melakukan apapun, cukup dengan melihat wajah Arabella ia merasa terhibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Of Destiny (Tamat)
FantasyMenceritakan tentang seorang gadis bangsawan yang pada awalnya begitu ceria dan penuh dengan senyuman, sebelum sang kekasih pergi untuk selama-lamanya dari kehidupannya karena sebuah insiden. Ia menjadi pribadi yang bertolak belakang dengan sikapnya...