4. Survival plan

98 10 0
                                    

Setelah kejadian itu, sudah 4 hari berlalu. Aria hanya akan di rumah sakit dari pagi sampai sore karena setelahnya dia akan pulang menemani Leo. Sementara, dari sore sampai malam Luca akan ditemani Arthur. Tentu saja, selama itu juga Arthur selalu melarang kunjungan Julian seorang. Ya hanya dia yang datang ke rumah sakit. Ingin menjenguk sih katanya, tapi Arthur yang tidak menyukai pria itu menolak kunjungannya berkali kali.

Luca sih juga tidak mau bertemu. Lagian dia mengiyakan ajakan Julian karena malu saja, bukan ingin beneran pergi. Jadi dia hanya menatap polos pada perdebatan Julian dan Daddynya.

Walau sedikit Arthur sesalkan karena dia tidak bisa memaksa Leo memutuskan Sebastian. Ya, Arthur sudah menyelidiki hubungan 'mencurigakan yang ternyata benar' milik keduanya. Saat dia menyuruh Leo menjauhi pria itu, malah Leo menangis dan berakhir dia dipukuli istrinya. Sementara Luca hanya tertawa melihat Daddynya di siksa. Okey Lupakan.

Hari ini, Luca sudah benar benar sehat dan boleh pulang. Sebenarnya Luca sadar alasan dia sakit selama sebulan lebih, bahkan sempat koma itu karena jiwanya sedang menyesuaikan diri dengan badannya. Dia hanya tau, seakan sudah diberitahu. Dia pikir saat transmigrasi, sudah gitu tanpa ada masalah. Tapi dia malah sakit sakitan karena Jiwanya yang lebih tua dari badannya. Pantas saja Luca dan dirinya harus bersatu dulu.

"Daddy, Lu mau Ice cleam"

"Jangan dulu ya sayang. Kan kata dokter Lu ga boleh mam es dulu"

Sedikit kekecewaan terlihat di wajah bulat itu. Arthur yang tidak tega kemudian melanjutkan ucapannya

"Ya sudah kita beli sekarang. Yang banyak, tapi baby janji makannya 1 kali aja dan harus makan sayur. Kalo enggak....."

Luca kembali bersemangat.

"Janji!" Serunya. Akhirnya mereka bersiap kembali ke mansion keluarga Moreau




"Lu pulangggg....."
Lica berlari keluar mobil dan langsung berlari kearah pintu mansionnya. Arthut langsung berwajah pias, selain takut bayinya terjatuh dia sudah membayangkan wajah istrinya yang akan menghabisinya karena membiarkan bayinya berlari padahal baru sembuh

"Sayangg...jangan lari!!! Astagaaa"
Arthur segera menyerahkan kunci mobilnya pada penjaga dan mengejar Luca yang sudah memasuki Mansion

Benar saja, saat masuk dia mendapati Luca sudah dipelukan Aria yang mengenakan celemek dengan tangan yang memegang sutil dan menunjuk nunjuk pada dirinya berkali kali dengan ekspresi marah

"Sayang, baby...daddy kekantor dulu ya. Daddy pergi..byee sayang" Arthur tidak jadi masuk dan berlari keluar. Untung saja mobilnya belum di bawa. Dia langsung pergi ke kantornya.

Luca hanya menatap Mommynya polos

"Mommy, Lu beli ice cleam banyakkk. Tapi Lu janji ke Daddy kalo boleh mam nya selesai mam sayur banyak juga. Boleh kan?"

Aria yang ingin menolak tapi urung melihat wajah imut Luca. Padahal itu anaknya tapi dia tetap saja gemas. Aria hanya mengecup pipi Luca dan mengiyakan.

"Janji ya jangan dibuang sayurnya. Besok kan Lu sudah masuk sekolah"

"Ungg..Janji"
Aria akhirnya membawa Luca ke meja makan agar segera makan dan kemudian berisitirahat. Karena masih menunjukkan pukul 10 pagi, sementara Leo akan pulang agak siang jadi Luca memilih beristirahat. Dia akan bermain dengan Leo sepulang nanti. Dia sudah merindukan kembarannya.



"Wahhh...kamalnya gede banget. Kayak lumah kontlakan aku tapi dikali 5. Okey kita tidak boleh belsantai lia. Halus menyusun 'LENCANA BELTAHAN IDUP'"

Astaga kan mommy suruh tidur. G boleh teriak teriak..upss. Luca menutup mulutnya. Tapi kemudian dia sadar kalau kamarnya kedap suara dan berseru kegirangan. Dia kemudian memulai room tournya. Walau dia sudah tau karena mendapat ingatan Luca. Tetap saja pribadi Andrenya masih penasaran.

Rewrite FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang