Baru satu hari Dewangga tak ada di dekatnya, namun bagi Raina, waktu itu terasa begitu lambat dan hampa. Rindu itu perlahan meresap, menjalar dari hatinya dan meradang ke seluruh tubuh, seperti api yang membakar pelan namun pasti. Setiap detik tanpa kehadiran Dewangga membuatnya semakin tersiksa oleh perasaan yang kian mendalam.
Pikirannya terus melayang pada sosok Dewangga—senyumannya, suaranya, bahkan cara bicaranya yang tenang. Raina tak bisa menepis kerinduan itu, meski baru sehari berlalu. Ia rindu kehadirannya, rindu percakapan kecil yang membuat harinya terasa lebih hangat, rindu akan pertemuan yang setiap harinya dinanti-nanti. Raina membuka ponselnya, membaca chat lama mereka untuk mengobati rindu, atensinya tertarik melihat bagaimana Dewangga membalas pesannya dengan cepat bahkan dalam keadaan sibuk sekalipun Dewangga selalu mengutamakan dirinya, pria itu selalu berusaha memprioritaskan dirinya bahkan Rainapun belum tentu bisa seperti itu pada Dewangga.
Rasa bersalah muncul dibenaknya kala mengingat tawaran dari adiknya Dewangga tadi sore.
"Kata Dewangga kamu pulang sama aku Rain."
"Makasih sebelumnya Erlangga, tapi aku gamau ngerepotin."
Alasan utama Raina sebenarnya bukan hanya tidak ingin merepotkan saja melainkan hatinya benar-benar tidak nyaman jika bukan Dewangga walaupun wajah mereka begitu mirip. Tanpa sadar air mata itu keluar tanpa izin, "Raina rindu Dewangga..."
Tring!
Sebuah notif masuk, mata Raina bersinar kembali padahal tadinya dia menangis sesegukan dan sekarang tersenyum seperti baru mendapatkan hadiah. Pesan itu dikirim oleh Dewangga, ya Dewangga adalah sebuah hadiah di dalam kehidupan Raina.
Cep 🐄
| Gimana harinya cantik?baik cepiii, cepi gimana harinya? |
| Baik juga bing!
| Tadi Erlangga udah bilang kalo kamu gamau dijemput sama dia, kenapa sayang?icokey cepi gpp |
| Kalo kurang nyaman, gapapa sayang. Malah kagum banget sama cantikku karena hatinya dijaga banget, i know ur heart cantikkuuu. Kalo butuh sesuatu atau ada apa-apa bilang ya sayangku.
ocey cepi |
| Iyaa sayang, good night cantikku
Keesokan harinya, suasana kantin kampus sudah ramai seperti biasa. Di salah satu sudut meja, Raina, Ayu, Riska, Nana, Julia, dan Marisa telah berkumpul, seperti kebiasaan mereka setiap istirahat. Suara obrolan ringan terdengar dari meja itu, diselingi tawa dan candaan yang membuat suasana semakin hangat.
"Eh Rain lo ga takut apa kalo Dewangga disana ada cewe baru?" tanya Nana tiba-tiba, memecah obrolan dengan antusias. "Apa lagi 3 bulan disana yakali gada nama baru di hubungan kalian."
Raina hanya tersenyum tipis, mencoba tidak terlalu memikirkan. "Takut pasti ada, tapi rasa percaya gw ke Dewangga lebih besar, gw gamau karena gw dia terbatas dengan prosesnya. Lagian Dewangga ga semurah itu buat tertarik sama cewe lain kan?" Teman-temannya hanya diam mendengarkan perkataan Raina itu.
Tiba-tiba, keheningan yang di kantin pecah oleh suara gaduh dari arah pintu masuk. Semua orang yang sedang sibuk dengan obrolan masing-masing langsung menoleh ke sumber keributan.
"Liat yok!" Mereka mengangguk pada Riska, kaki mereka bergegas menuju asal suara. Ternyata Raka dan Rendi yang sedang berantem, tapi kenapa? Apalagi mereka sahabat, Itulah pertanyaan yang muncul dari seluruh Mahasiswa yang sedang melihat dari kejauhan. Didepan sana sudah banyak yang mencoba memisahkan mereka berdua, namun tetap belum melerai.
Bugh!
"Kok bisa lo setega itu sama sahabat lo sendiri Rendi!"
Teriakan Raka begitu keras membuat siapa saja bisa merasakan emosi yang ia alami.
"Kenapa Rendi?! Kenapa lo setega itu anjing?! Lo ga pantes ada di DARMARAJA!"
Bugh!
"Lo kira gua mau ada di kelompok penghianat kalian itu?! GUA GA PERNAH MAU ADA DI DARMARAJA!"
Bug—
"Berhenti anjing!"
Saat Rendi, yang semakin terbawa emosi, mengangkat tangannya untuk melepaskan pukulan ke arah Raka,Erlangga, yang entah datang dari mana, dengan cepat menahan lengan Rendi sebelum pukulannya bisa mendarat. Dengan kekuatan yang tenang, ia menarik Rendi mundur, memisahkan kedua temannya.
"Jaga sikap kalian ini bukan kampus nyokap bokap ataupun nenek moyang kalian!" Erlangga menarik dua pria itu keluar. Semua mata tertuju pada mereka, pertanyaan mulai melangit hingga terasa sesak."Katanya Rendi di pecat jadi ketua jurusan."
"Emang dia pantes dapatin itu."
"Bahkan harusnya dia lebih pantes di keluarkan dari kampus."
Raina mendengar bisikan-bisikan yang dilontarkan pada Rendi, namun kepalanya ingin menanyakan sebenarnya apa yang terjadi?
"Pasti karena Kak Aira lagi," cetus Riska. Raina, Ayu, Nana, Julia, dan Marisa, mereka menatap Riska. "Maksudnya?" Sahut mereka meminta penjelasan lebih pada gadis cantik itu.
Riska menghembuskan nafasnya, "Rendi kan dulu sempet ngedeketin si Aira tapi dia ga suka sama Rendi sukanya sama Raka. Jadi pas Raka deketin dia posisinya Rendi dijadiin mainan aja sama Aira supaya bisa deket sama Raka gitusi yang gw tau. Dulu sebelum ada Aira, Darmaraja ga pernah ribut bahkan adu argumen aja ga pernah sampai mereka dipilih sebagai ketua jurusan mereka ga pernah berantem padahal harusnya disitukan mereka bersaing tapi engga malah semenjak Raka jadian sama Aira semuanya bubar hidup masing-masing bahkan kaya orang asing."
"Pantes aja dibilang Rendi si Raka penghianat," sahut Marisa.
"Iyalah cok sakit banget posisinya si Rendi waktu itu, sahabatnya sendiri yang khianati dia. Juga sahabat manasi yang mau pacaran sama cewe yang disukai juga sama sahabatnya sendiri," jawab Nana.
"Tapi Rendi emang sasimo njir, dia semua dideketi sama dia udah tampang kaya gitu juga gatau malu. Intinya si Rendi itu kalo udah ngedeketin cewe terus si cewe ngerespond yaudah gitulah jadinya," sahut Riska. Teman-temannya tertawa, memang Riska paling on top soal menggibah.
—————Rain In The Darknight
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE DARKNIGHT [END]
Fiksi RemajaKisah yang bermula dari Dewangga jatuh cinta kepada adik tingkatnya hingga teman-temannya ikut terlibat untuk mengetahui gadis yang menjadi incaran seorang Dewangga Ravindra, sosok yang anti romantis dan bersifat dingin. Akankah kisah cinta itu berl...