BRUK!
"Aw, sialan! Bisa pelan-pelan? Sakit tahu." [Name] dilempar ke atas kasur oleh Madara yang membawanya kembali ke rumah mereka. Begitu keluar dari mobil, Madara langsung mengangkatnya seperti menggendong karung besar karena [Name] berniat melarikan diri. Ia mencoba menenangkan diri sementara matanya tak lepas mengawasi Madara yang kini mengurung tubuhnya.
Madara mencabut dasi dari lehernya dengan kasar, gerakannya penuh kemarahan yang tertahan. Dalam hitungan detik, ia menunduk dan mengapit paha [Name] dengan lututnya, membuatnya tak bisa bergerak. Dasi itu kemudian melingkar di pergelangan tangan [Name], diikat erat di atas kepalanya. Cengkeraman Madara pada tangan [Name] semakin kuat, membuatnya menggeliat dan memberontak, tapi sia-sia.
"Apa harus dengan cara ini kamu baru mau bicara, Nara?" suara Madara rendah dan berbahaya saat ia menarik dagu [Name] dengan paksa, memaksa tatapannya terkunci pada mata Madara yang penuh determinasi.
"Bicara masalah apa? Tidak ada yang harus aku jelaskan. Semuanya sudah jelas. Jadi lepaskan aku sekarang, Uchiha!" geram [Name] dengan penuh kemarahan.
Madara hanya menyeringai, tak menghiraukan ancamannya. Ia justru semakin mendekat, memberikan kecupan-kecupan kecil di leher [Name], membuatnya merinding. Tangan besar Madara mulai menelusuri lehernya, menyusuri clavicula hingga berhenti di kancing kemeja yang [Name] kenakan, seolah menantang setiap kata yang baru saja [Name] ucapkan.
"Berhenti menghisap dan menggigit!" [Name] mengerutkan kening setiap kali Madara memainkan lidahnya di setiap jengkal pangkal lehernya. "Besok aku ada pertemuan dengan Senju. Jangan tinggalkan jejak apa pun atau aku tidak akan penuhi kebutuhan kamu selama seminggu."
Mendengar ancaman itu, Madara sontak berhenti, bersamaan dengan dua kancing teratas kemeja [Name] yang sudah terbuka, sedikit menonjolkan kulit di bawahnya dan bra berwarna hitam dengan renda.
"Apa?" [Name] melempar tatapan tajam saat Madara kembali menempatkan kepalanya di depan wajahnya, membuatnya merasakan hembusan napas berat Madara yang menyentuh kulitnya.
"Kamu bukan anak-anak atau remaja ingusan yang baru saja memulai cinta, Nara [Name]. Beritahu aku, di mana letak kejelasan yang kamu sebutkan tadi?" Madara tetap melancarkan aksinya, membuka satu per satu kancing baju [Name] yang tersisa, tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan dari wajah [Name] yang memerah.
Melihat ekspresi itu, Madara terkekeh pelan. Dengan gerakan pelan dan sensual, ia menjilat rona merah yang menurutnya menggemaskan, membuat [Name] menutup mata dengan mulut terkatup rapat, berusaha menahan reaksi yang timbul.
"Madara," desis [Name] dengan nada kesal setengah mati.
"Kabur dari rumah, menghindari suami, tidak mau berkomunikasi, bahkan tidak memberi kabar. Apa itu bisa disebut sebagai kejelasan? Atau otak kamu sudah tumpul sampai lupa arti sebenarnya dari penjelasan?" Madara mengecup sudut bibir [Name] dalam waktu yang lama. Setelah itu, [Name] merasa enggan bergerak, seakan semua tenaga dan keinginan untuk melawan menghilang begitu saja. Salah-salah, bibir mereka akan bertemu, dan itu bisa berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFUSION ๑ Uchiha Madara
FanfictionSaat dua hati bertemu, mereka saling melengkapi. 𝗡𝗢 𝗣𝗟𝗔𝗚𝗜𝗔𝗧 - 𝗣𝗟𝗘𝗔𝗦𝗘! Jangan lupa tinggalkan jejak. 18+ ───────────────────── ⋆⋅๑⋅⋆ ── © _astrologi 「astro」 © Masashi Kishimoto 𝚂 : 19-08-2024 |•| 𝙵 : Copyright © 2024 by Astro