⚠️ Cerita ini fiksi, apabila terdapat kesamaan nama, alur dan tempat adalah kesengajaan untuk sarkas kepada pemerintah. Tindakan tidak terpuji yang dilakukan aparat serta para pegawai pemerintah hanyalah mendukung alur cerita ⚠️ Cerita ini juga tidak mengandung unsur dewasa dan child grooming karena agegap, harap membaca cerita sampai tamat ⚠️
===
"Turunkan celanamu!" Perintah aparat itu sembari menunjuk celana luntur yang dikenakan Santoso. Celana ini bekas sang kakak, mana mampu ia membeli celana baru. Lebih baik membeli lauk untuk makan besok. "Hei! Kamu jangan pura-pura tidak dengar. Lepas celana kamu sekarang di depan kami semua kalau kamu mau teman-teman kamu dilepaskan."
Yang dimaksud teman-temannya sama sekali tidak ada yang Santoso kenal. Mereka semua wajah-wajah asing, beberapa bahkan mengenakan seragam sekolah. Mereka bukan mahasiswa dari kampusnya. Kelelahan kentara sekali di wajah mereka, tentu karena mereka berlari sementara para polisi mengejar mereka dengan bantuan kendaraan.
"Saya nggak peduli sama mereka," ucap Santoso tanpa ragu. "Begini. Kalau kalian mengajukan syarat tidak masuk akal, saya juga bisa. Saya bakal melepaskan celana saya, tapi kalian harus berjanji untuk mengatakan kepada para wartawan bahwa kalian memukuli kami di ruangan ini. Bagaimana?"
"Apa?" Salah seorang aparat mendekat, tampak siap menebas dengan laras panjangnya. "Kamu mau menjatuhkan kami? Itu kebohongan! Kami hanya mengamankan kalian di sini sampai bala bantuan kepolisian datang dan membawa kalian untuk diwawancarai."
Santoso sudah membuka kancing celananya. "Kenapa? Salah satu hukuman yang pantas untuk pelecehan itu bagi saya fitnah. Karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan."
Untungnya, sebelum Santoso benar-benar menurunkan celananya, seseorang mencoba membuka paksa pintu ruangan dari luar dengan kasar. Seluruh perhatian kini tertuju pada pintu tersebut.
"Buka pintunya!" Itu suara Wening. Santoso tidak menyangka Wening akan mempunyai tenaga sekuat itu mengetuk pintu ruangan dengan jemarinya yang lurus dan lentik. "Saya tau di dalam ada banyak aparat kepolisian dan juga para pendemo. Tolong lepaskan para demonstran dan berdamai kalian semua."
Santoso mengenakan celananya lagi dengan benar. Baru saja ia akan menasihati Wening bahwa apa yang dilakukan gadis itu sia-sia sampai akhirnya Wening membuka sendiri kartu rahasianya. "Saya Wening Soeryo Diningrat! Putri bungsu Soeryo Diningrat, kalian pasti tau ayah saya orang terkaya nomor satu di Indonesia jadi sebelum ayah saya dengan mudah membeli karir dan kehidupan kalian, turuti kemauan saya sekarang juga. Dasar, orang-orang dewasa! Kalian yang berulah, saya yang hanya remaja kena imbasnya!"
===
Santoso (25)
Sengaja menghapus nama belakangnya karena tidak mau memakai nama sang ayah. Ditolak beasiswa berkali-kali tidak membuat Santoso menyerah, karena menjadi buruh semir sepatu tidak membuatnya bisa meninggalkan rumah dan ayahnya yang kasar. Mendapatkan beasiswa dari Soeryo Foundation, membuat Santoso bisa berkuliah dan menjadi primadona kampus dengan kepintaran dan kharismanya ketika berbicara. Namun, sampai kapan Santoso akan bertahan menjadi kacung Soeryo demi sebuah beasiswa?
Wening Soeryo Diningrat (17)
Terlahir dengan keluarga kaya raya, membuat Wening ingin hidup sederhana. Hal yang tidak dapat dimengerti oleh rakyat biasa. Baginya, menjadi bagian keluarga Soeryo membuatnya dipandang remeh, lemah dan tidak jauh dari nama ayahnya. Seolah ia tidak bisa membuat namanya sendiri.
Makna sampul
Selamat datang. Semoga kalian bertahan hingga akhir. Cerita ini berlatar tahun 90' sampai dengan masa kini. Rencana, cerita ini akan update setiap hari Selasa atau Jumat malam pukul 8 malam atau 4 sore Jika memungkinan maka akan update lebih rajin.
Silakan tekan vote dan berikan komentar. Terima kasih.
Perang dimulai: 26 Agustus 2024
Perang berakhir: ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanda Seru
ChickLit"Pergi dari Indonesia atau kau akan mati menderita." Itu seruan yang mengerikan, tetapi kenapa masih banyak yang bertahan di negeri ini? Santoso merelakan beasiswanya demi menjadi musuh pemerintah, membuat ia harus meninggalkan Indonesia. Hanya ada...