Hidup Safa tak segaring itu, Guys. Buktinya dia kini berjalan dengan senyuman lebar. Setiap orang yang ditemui, pasti disapanya. Dia memang terkenal karena sifat cerianya.
"Syifa!" panggil Safa.
"Nggak usah keras-keras. Deket, tau."
Safa cengengesan.
"Kok jalan kaki?" tanya Syifa.
"Masih pagi. Pengen hirup udara segar. Lagian aku tadi nggak olahraga."
Syifa mengangguk paham.
Mereka pun berjalan ke kelas pertama. Dilihatnya beberapa wajah baru di sana. Ada pula wajah-wajah yang sudah dikenal. Safa menyapa mereka lalu duduk di kursi urutan pertama tepat di depan papan tulis.
Syifa mengikuti Safa. Mereka memang tak terpisahkan.
Perkuliahan dimulai dan berlangsung dengan lancar dan singkat. Karena pertemuan pertama hanyalah diisi dengan perkenalan, penjabaran materi selama sesemester, pembagian kelompok, dan diskusi ringan.
Usai perkuliahan pagi, Safa mengajak Syifa sarapan bakso. Mereka sangat suka bakso dengan lava cabai yang melimpah. Kedai bakso tersebut ada di seberang gedung kampusnya.
Walau kepedasan, kedua gadis itu masih tetap melahap bakso. Rasanya yang enak sangat sayang jika ditinggalkan.
"Ssshhh. Ah, Saf. Nanti jam sepuluh lebih seperempat ada jam lagi, kan. Katanya dosennya ganteng loh."
"Masak?" Safa menjawab dengan remeh.
"Hish. Gue sumpahin lo klepek-klepek sama tuh dosen," kata Syifa.
"Iiih, atut." Safa tertawa.
Syifa dibuat jengkel olehnya.
Selesai makan, mereka kembali ke kampus dengan motor Syifa. Kelas kedua di hari pertama.
"Ingin rasanya waktu lekas berlalu. Ini mana sih dosennya?" omel Safa.
Sudah hampir setengah jam dosen yang mengampu tak kunjung datang.
"Sabar, Saf. Bentar lagi," kata Nathan dari belakang Safa.
"Eh, lama banget sih. Bolos aja," timpal seseorang yang ada di samping Nathan.
Safa lantar berdiri. "Ide bagus."
Sesampainya Safa di ambang pintu ....
"Selamat pagi menuju siang semua. Mari kita awali perkuliahan hari ini." Seseorang yang mempengaruhi Safa berdiri. Lantas, maju ke depan kelas.
Safa melotot pada orang tersebut.
"Nama saya Aswindra, yang akan mengampu pada mata kuliah Penulisan Sastra. Sebelum ...."
"Nggak lucu."
Semua mata memandang pada Safa. Beberapa mahasiswa terkikik, sebagian mahasiswa bergidik.
"Anda mau keluar atau masuk?" tanya Indra dengan suara yang tenang.
Seorang mahasiswa memberi kode pada Safa untuk duduk. Namun Safa tak mengindahkannya.
Indra berjalan mendekati Safa dan memberikan kartu pengenalnya. Bukan ketegangan yang tercipta setelah Safa membaca kartu tersebut. Gelak tawa memenuhi kelas. Rupanya, dalam kelas tersebut juga mengira Indra adalah mahasiswa yang membuat lelucon karena dosen tak kunjung datang.
Beberapa mahasiswa meminta maaf karena mengobrol dengan tidak sopan sebelum kelas, bahkan dengan panggilan lo-gue.
Indra tersenyum. "Nona, silakan duduk." Indra berjalan ke tengah. "Begitulah saya. Tahun ketiga tak dikenal jadi dosen, malah dikira mahasiswa akhir yang bentar lagi D.O." Ucapan Indra kembali mengundang tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Mekar Kembali
Novela JuvenilBahkan jomlo dari orok pun tahu rasa sakit karena kandasnya hubungan. Apalagi Safa yang sering sakit hati layaknya flu, musiman. Cerita ini adalah cerita yang dikemas ringan. Menceritakan kehidupan mahasiswa yang membosankan karena tokohnya termasuk...