16. Kencan di Malam Minggu

35 5 0
                                    

Dari banyaknya malam minggu yang sudah dilewati, malam ini adalah yang paling berkesan karena untuk pertama kalinya Dara menghabiskan malam minggu bersama crush-nya sejak kecil. Siapa lagi kalau bukan Raden Yudha Kusumawardhana.

Padahal Dara hanya iseng mengirim PAP kepada calon tunangannya itu, ia tidak berekspek kalau Yudha akan datang menemuinya. Bahkan penampilan pria itu saat menemuinya begitu memikat, membuatnya tak henti mencuri pandang karena untuk pertama kalinya ia melihat rambut Yudha yang tidak disisir rapi seperti biasa. Sisir rapi bukan berarti Yudha terlihat culun, oke. Dara pastikan sisiran rapi Yudha membuat pria itu terlihat well done sekali.

Saat ini keduanya tengah berjalan menyusuri trotoar yang cukup ramai. Yudha pertama kali merasakan malam mingguan di tempat seramai ini. Kalau Alpen berpikir ia tidak pernah malam mingguan, itu salah. Karena nyatanya selepas pulang dari café Auntumn, Yudha akan menghabiskan waktu malam minggu dengan berdiam di rooftop gedung perusahaannya. Melihat gemerlapnya kota di waktu malam, serta ramainya orang yang berlalu lalang. Nyatanya Jakarta sesibuk itu di malam minggu.

“Kak, kita ke sana yuk!”

Yudha mengikuti arah telunjuk Dara, gadis itu menunjuk tempat angkringan yang lumayan penuh di seberang jalan.

Seumur hidupnya Yudha tidak pernah makan di angkringan, tentu karena alasan kesehatan. Setelah dinyatakan sehat pun Yudha hanya memakan makanan yang sudah tidak asing di hidupnya. Hanya beberapa makanan asing yang ia makan, itu pun karena penasaran. Sejauh ini tidak ada makanan asing yang menjadi makanan favoritnya.

“Kamu mau makan di sana?”

Dara mengangguk semangat. Yudha lantas tersenyum tipis, kemudian menggenggam tangan Dara menuju tempat angkringan itu.

Jangan ditanya bagaimana perasaan Dara sekarang! Yang jelas ia merasa senang sekaligus salting ketika tangannya digenggam oleh Yudha. Dara sampai mengelus dadanya agar suara detak jantungnya normal kembali.

“Kalo kayak gini kita gak ada bedanya sama mereka-mereka,”

“Mereka siapa?”

“Yang pacaran,”

“Kita kan calon tunangan,”

Dara mengulum senyumnya, ia mengalihkan tatapannya ke sembarang arah sembari terus berjalan. Rasa bahagianya sekarang ia anggap sebagai hadiah kelulusannya. Dara tidak menyangka setelah menjadi zombie di semester akhir, ia akan dihadiahi dengan menjadi tunangan dari pria yang ia cintai.

“Mau makan apa?”

Yudha menggeleng, setelah membaca menu makanan jujur saja nama makanannya begitu asing. Yang paling familiar adalah sate, dan itupun beragam. Yudha baru tahu kalau usus ayam itu bisa dijadikan sate dan di makan. Bukan sok kaya, tapi ia memang tidak tahu. Memangnya siapa yang akan memakan sate usus ayam?

“Pak, nasi kucing satu porsi sama sate usus nya 5 tusuk ya,”

Yudha langsung menoleh pada gadis di sampingnya, apa tidak salah nasi kucing dengan sate usus?

“Kak, cepetan mau makan apa?”

“Kakak gak tau, semuanya asing,”

“Sate usus mau?”

Yudha menggeleng, “Nasi aja,”

“Nasi kucing?”

“Bukan. Itu, nasi bakar satu,”

Dara lantas memesan pesanan Yudha, “Minumnya teh anget semua ya, Pak.”

Mereka berdua duduk di tempat kosong dekat jalan raya. Suara bising dari aktivitas manusia membuat Yudha sedikit tidak nyaman. Itulah kenapa ia kurang suka dengan keramaian.

Miracle of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang