"Maaf ya."
Berulang kali Chindy mengucap kata maaf ke Kala, bahkan kata maaf yang keluar dari mulutnya sudah yang ke 10 kali.
"Gapapa, kamu kan juga punya kesibukan sendiri."
Chindy tersenyum miris, ia menatap Kala yang berdiri di depan pagar rumahnya sendiri. Chindy terpaksa membatalkan acara singgah di kosannya karena mengingat sehabis pulang sekolah ia ada janji harus bertemu Dilan ayahnya Andre.
"Nanti kalo aku udah sampai sana aku kabarin kamu di wa ya."
"Iya. Kamu balik aja dulu ke kosan, kue nya jangan lupa di simpen dalem kulkas."
Chindy menggeleng, waktunya sudah mepet lantaran Dilan yang sudah menunggu di salah satu cafe tempat usahanya sendiri.
"Aku nitip kue nya sama kamu bisa nggak? Nanti aku balik lagi kesini ngambil kue nya."
"Kamu gak ganti baju dulu?"
Chindy menggeleng, "Aku udah di tungguin..."
Kala hanya tersenyum masam, "Yaudah, jangan lupa makan."
"Iyaaa, sayangkuu, maniskuu, cantikkuu, duniakuuu."
"Dih, jamet."
"Kok?"
Kala mendorong lengan Chindy yang masih berdiri di depannya, ia tertawa melihat Chindy yang masih memakai helmnya dengan wajah yang cemberut, persis seperti kurir pengantar paket yang kepanasan menunggu di depan rumah.
"Udah sana berangkat. Udah di tungguin kan?"
"Iya," Chindy menyerahkan plastik isi kue tadi ke tangan Kala, "Yaudah nih, aku nitip yaa. Nanti kalo mau pulang aku kabarin juga, kamu kalo capek atau ngantuk bobok aja dulu, jangan lupa makan juga, okey? Minum air putih yang banyak jangan lupa, kamu dari tadi minum air dikit banget."
Kala hanya mengangguk kecil terhadap kebawelan Chindy, "Iyaaa, kamu juga. Kak Reva ngajarin kamu kok jadi bawel gini sih? Makin sayang aku sama kamu."
"Tau nih, biar jadi makin pacar yang baik buat kamu katanya."
"Bucinnn."
Chindy hanya tertawa menanggapi Kala, "Aku berangkat dulu ya."
"Chin." Panggil Kala saat Chindy sudah duduk siap di atas motornya.
"Iya?"
"Love you. Hati-hati."
Chindy mendelikkan matanya, ia sangat merasa gemas atas ucapan Kala, "Love you more, princess."
Kala tersenyum sembari menatap sekelilingnya, ia bersyukur tidak ada orang tuanya disini, bahkan tetanggapun tak ada yang menampakkan diri. Ditatapnya Chindy yang mulai menghidupkan mesin motor, ia melambaikan tangan yang juga di lambaikan balik oleh Chindy.
"Babai!" Seru Chindy.
"Babaiii!"
Chindy dengan motor vario nya mulai menjauh dari pekarangan rumah Kala, ia sedikit menaikkan laju gas pada motornya. Dilan sudah menunggu di cafe, semoga saja Chindy lebih cepat datang kesana, ia tak mau om nya yang sudah membantunya hidup itu menunggu terlalu lama. Mata Chindy terus menatap ke arah sekeliling jalanan.
Broommm!!
"Anjing." Kaget Chindy terhadap pengendara motor bermerek CRF tak lupa knalpot brong nya itu tiba-tiba melaju dari arah sampingnya.
Jantung Chindy hampir keluar hanya karena mendengar suara dari knalpot motor tersebut, benar-benar nyaring di telinganya.
"Alay banget dah cewek pake motor gituan." Gumam Chindy saat mengetahui pengendara motor CRF itu seorang perempuan, bahkan ia masih mengenakan baju pramukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
11 MIPA 3
Novela Juvenil[Cerita di deskripsi nyambung ke chapter 1] Pernah gak sih kamu naksir sama kakak kelas yang ngambil jurusan MIPA dan ternyata ada pelajaran matematika lanjut? Otomatis dia pinter matematika dong? Jelas. Ini tentang Kala yang naksir sama kakak kelas...