x. Evanescent

296 36 7
                                    

Zhang Hao terbangun dan menemukan sisi sebelah kanannya kosongㅡ tak ada Jiwoong disana. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dan menyusuri setiap anak tangga lantai dua rumahnya. Sayup-sayup terdengar suara Jiwoong dan Mamanya yang sedang mengobrol diiringi kekehan. Ia hentikan langkah, menyenderkan badannya pada dindingㅡ menikmati pemandangan di depannya. Mama dan suaminya itu sedang memasakㅡ entah apa, Zhang Hao tidak tahuㅡ tapi yang jelas bau harum dari arah sana membuat perutnya keroncongan.

"Asik banget sih sampai aku dicuekin daritadi."

Keduanya mendongakㅡ melihat ke arah Zhang Hao dengan tatapan "apa?"

"Lapaaaaar" ucapnya sambil menarik kursi makan di depannya.

"Mau susu?" Tawar Jiwoong.

"Mau dong!" Yang ditimpali gestur 'ok' oleh Jiwoong.


Prang


Zhang Hao terperanjat dari duduknya, berlari kecil ke arah Jiwoong yang sudah berjongkok di depan kulkas.

"Jangan." Zhang Hao menahan tangan kanan Jiwoong yang hendak mengambil pecahan beling di depannya. Tangannya sudah terluka akibat terkena pecahan gelas itu.

"Bersihin dulu lukanya, biar aku yang beresin sisanya." Jiwoong hanya mengangguk. Mama Zhang membantu Jiwoong mencuci tangannya saat melihat tangan menantunya itu gemetaran.

"Nak, kamu gak apa-apa?" Bisik Mama Zhang yang khawatir melihat Jiwoong memucat seolah-olah darah berhenti mengalir di mukanya.

Jiwoong mengangguk, tapi Mama Zhang tak percaya begitu saja. Apalagi saat ini Jiwoong memejamkan matanya, terlihat seperti kesakitan.

"Sebentar." Mama Zhang dengan terburu-buru mengambil beberapa lembar tisu. Untungnya lukanya tidak terlalu dalam sehingga tidak begitu banyak darah yang keluar darisana.

Mama Zhang menuntun Jiwoong untuk duduk, tangannya tidak berhenti mengelus pundak Jiwoong dengan lembut. Sedangkan tangan lainnya masih menggenggam tangan kanan Jiwoong yang masih gemetaranㅡ walaupun tak separah sebelumnya.

"Maaf ya Ma gelasnya jadi pecah. Tadi gelasnya licin jadi gak sengaja selip dari tangan." Jiwoong mencoba menjelaskan.

"Yang penting kamunya gak apa-apa."

"Mana lihat lukanya?" Tanya Zhang Hao setelah membereskan kekacauan yang Jiwoong buat tadi.

"Ini cuma luka kecil aja kok, maaf."

Zhang Hao tersenyum "Gak usah minta maaf, yang penting gak ada luka serius."

"Aku ambilin lagi ya susu nya..."

Zhang Hao dan sang Mama kompak menahan tangan Jiwoong. "Biar aku aja. Sekalian ada yang mau aku ambil juga di atas. Tunggu ya." Kata Zhang Hao sambil berdiri, tidak tega melihat Jiwoong yang pucat pasi. Jiwoong hanya bisa mengangguk pada akhirnya.

"Sayang, jujur sama Mama. Apa yang kamu rasain? Kepala kamu sakit?"

Jiwoong hanya mengangguk "Suka tiba-tiba sakit terus nge-blank gitu, Ma."

Tidak ada gunanya Jiwoong berbohong. Ia diberi tahu oleh Ibunya kalau Mama mertuanya tahu penyakitnyaㅡ katanya jaga-jaga kalau ada apa-apa. Walaupun ia tidak setuju, tapi akhirnya mengalah dan kemarin ia sudah membuat Mamanya berjanji tidak akan memberitahu Zhang Hao terkait kondisinya.

Hanya saja yang Jiwoong tidak tahu, Mama Zhang memang sudah mengetahui semuanya sejak awal.

"Istirahat aja dulu, kemarin kata Dokter gak boleh kecapean kan?"

Iridescent (neuljyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang