𝕾𝖊𝖉𝖎𝖈𝖎

822 68 13
                                    

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 ❦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 ❦

_______

Entah berapa jam proses operasi yang menyiksa itu dan Mingyu duduk di sana dengan seluruh tubuh menegang dan tersiksa. Seokmin masih menungguinya di sana, sementara Jisoo sudah berpamitan, karena putranya membutuhkannya. Jiaoo bilang akan kembali besok pagi. Lalu terdengar suara tangis bayi. Tangis bayi yang sangat kuat dan keras, seakan memompa seluruh udara yang ada ke dalam paru-parunya. Mingyu terkesiap dan saling berpandangan dengan Seokmin, tubuhnya makin menegang. Apakah itu suara anaknya?

Tiba-tiba lampu menyala hijau, dan seorang perawat keluar, memanggilnya, "Tuan Kim Mingyu."

Mingyu diajak masuk ke ruangan dalam di bagian ruang persiapan operasi, yang menjadi pembatas antara ruang tunggu dan ruang operasi.

"Ini Putra anda Tuan Mingyu, kami menunjukkannya sebelum dia dibawa ke kamar bayi."

Bayi itu menangis begitu keras, seolah-olah memprotes kenapa dia direnggut dari kehangatan yang nyaman di perut ibundanya yang ke dunia yang penuh marabahaya Ini. Mingyu mengamati bayi itu dengan takjub, makhluk kecil tak berdaya itu yang selama ini tumbuh di perut Seungcheol darah dagingnya, yang tumbuh dari percintaannya dengan Seungcheol. Makhluk itu begitu tak berdaya, dan ingatan bahwa Mingyu memusuhinya dulu terasa begitu konyol.

Anak laki-laki ini anaknya. Buah cintanya dengan Seungcheol. Perawat itu menunjukkan alat kelamin bayi itu, anak laki-laki yang sehat. Dan wajahnya itu, yang bahkan sudah menunjukkan kemiripannya dengan seluruh keturunan Kim, lalu membawa sang bayi ke ruangan khusus. Sejenak Mingyu masih tertegun di sana, lalu teringat Seungcheol.... Seungcheol..... Bagaimana istrinya?

"Suster." Mingyu memanggil suster itu, berusaha agar tidak terdengar panik, "Bagaimana dengan istriku?"

Suster itu melirik ke ruang operasi, "Masih belum sadar Tuan, kondisinya cukup stabil meskipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi waktu-waktu mendatang. Anda bisa melihatnya nanti ketika dia sudah dipindahkan dari ruang operasi ke ruang ICU."

Lalu suster itu pergi meninggalkannya, memaksa Mingyu menunggu ke dalam ketidakpastian yang menyiksa lagi.

Jika dulu, Mingyu pasti akan membentak, memaksa, menggunakan cara kasar agar ia bisa dituruti kemauannya. Dia ingin melihat Seungcheol segera! Kenapa para dokter tidak becus itu begitu lama menanganinya? Tetapi Mingyu menahan dirinya. Tidak. Mereka sedang menyelamatkan Seungcheol. Dia tidak boleh mengganggu mereka, karenanya nyawa Seungcheol taruhannya.

_______

Ruang ICU itu sepi, hanya ada Seungcheol dan suara detak jantungnya yang dimonitor. Seungcheol masih belum sadarkan diri, dan menurut penjelasan Dokter tadi, kondisinya masih belum lepas dari kritis. Mingyu duduk di sana, di samping ranjang Seungcheol, mengamati wajah Seungcheol yang terbaring pucat pasi. Dia pernah mengalami ini sebelumnya dan ternyata Ha Young tidak pernah terbangun lagi. Akankah Seungcheol melakukan hal yang sama pada dirinya?

"Kau tidak boleh meninggalkanku, Seungcheol." Mingyu menggeram parau, "Kau tidak boleh meninggalkanku sebelum aku mengizinkanmu, putra kita menunggu disana, ingin disusui jadi kau harus bangun dan menyusuinya, membantunya tumbuh menjadi anak yang sehat... yang...." suara Mingyu tertelan, menyadari bahwa dia sudah berkata-kata terlalu banyak.

Mingyu lalu menyentuh jemari Seungcheol dan menggenggamnya, "Maafkan aku." bisiknya parau. "Maafkan aku karena selalu memaksamu, menyakitimu, bahkan ketika kau mengandung anakku, Aku tidak pernah memperhatikanmu seperti seharusnya." dengan lembut Mingyu mengecup jemari Seungcheol "Bangunlah sayang, dan akan ku tebus semua kesalahanku."

Hening, hanya suara monitor jantung yang terdengar teratur di ruangan itu. Mingyu  menggenggam jemari Seungcheol makin erat, "Bangun sayang, apa tega meninggalkanku dan putra kita? Kau bahkan belum memberinya nama, akan aku panggil apa dia."

Mata Mingyu terasa panas membakar. Dia tidak pernah menangis sebelumnya, tetapi kediaman Seungcheol yang begitu berbeda dengan keseharian yang berapi-api membuatnya merasakan aliran dingin merayapi benaknya.

Ketika kemudian panas membakar itu berubah menjadi tetesan hangat yang mengalir di sudut matanya, suara Mingyu berubah serak, "Aku mencintaimu Seungcheol, dan Aku bersumpah akan mengabdikan seluruh hidupku padamu Jika kau mau bangun dari tidur pulas mu yang menakutkan ini."

Air mata Mingyu menetes di jemari Seungcheol. Dan kemudian jemari itu bergerak, membuat Mingyu terpaku. Jemari itu bergerak lagi, samar. Dan kemudian gerakannya lebih mantap. Bersamaan dengan itu, bulu mata Seungcheol bergerak-gerak, membuat Mingyu menunggu dengan cemas. Lalu setelah penantian yang sepertinya terasa seumur hidup, mata Seungcheol terbuka langsung menatap mata Mingyu yang basah.

"Kenapa... kau... menangis?"

Mingyu langsung memasang muka sedatar mungkin meskipun perasaannya meluap-luap, "Mataku kemasukan debu."

"Oh." Seungcheol memejamkan mata lagi, sepertinya percakapan itu membuatnya lelah, "Anakku?"

"Dia laki-laki kecil yang sehat dan sempurna, tangisannya sangat keras membuat para suster harus menutup telinga dengan kapas ketika mengurusnya."

Seungcheol tersenyum dan mencoba membuka matanya lagi, "Namanya..."

"Apa Seungcheol?"

"Aku mempersiapkan namanya..." suara Seungcheol melemah, "Gyu... Gyumin..."

"Gyumin?" Mingyu mengerutkan keningnya, dari sekian banyak nama kenapa enggak Seungcheol memilih nama Gyumin?

Seungcheol tersenyum lemah. "Putra... dari seorang... malaikat."

Aku iblis yang jahat! bukan malaikat! Batin Mingyu berteriak keras membantah. Setelah semua yang dilakukan kepada Seungcheol, lelaki itu masih menganggapnya sebagai Malaikat?

"Aku men... mencintaimu."

"Apa Seungcheol?" Mingyu berusaha mendekatkan telinganya ke bibir Seungcheol karena suara Seungcheol semakin lemah.

"A...aku men....mencintaimu." lalu Seungcheol kembali tak sadar, meninggalkan Mingyu kembali dalam tidur lelapnya.

Air mata mengalir lagi di mata Mingyu, mata seorang iblis yang telah disentuh oleh sang malaikat. Seungcheol salah, dia bukanlah malaikat. Seungcheol adalah malaikatnya. Dan pernyataan cinta Seungcheol membuat dada Mingyu terasa sesak. Sesak oleh perasaan meluap-luap yang tak pernah terungkap sebelumnya.

________


٭٭𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐃٭٭

𝑺𝒍𝒆𝒆𝒑 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑻𝒉𝒆 𝑫𝒆𝒗𝒊𝒍 (𝑮𝒚𝒖𝒄𝒉𝒆𝒐𝒍 𝑽𝒆𝒓.) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang