Bahaya

71 1 0
                                    

Makan malam kala itu terlewat seperti halnya makan malam pada umumnya. Suasana senyap, semua anggota kerajaan yang tengah memakan makanannya berusaha semaksimal mungkin mempraktekkan tata cara makan dan menerapkan etika saat makan yang diajarkan kerajaan dengan baik dan benar, hanya ada suara pisau yang bergesekan dengan piring, dan sendok atau garpu yang bersentuhan juga dengan piring hingga menimbulkan suara dentingan yang khas ketika kegiatan makan tersebut sedang berlangsung.

Arabella menatap malas tapi juga tajam kearah Lidya yang terus saja memperhatikan Nathaniel yang sedang makan dengan tatapannya yang begitu intens tersebut, bahkan Arabella sendiri tidak yakin jika Lidya pernah mengedipkan kelopak mata sebelumnya. Ingin sekali rasanya Arabella mencongkel kedua mata yang kelewat tidak tahu aturan itu. Tidak peduli sedingin apapun Nathaniel bersikap dan Nathaniel yang selalu memamerkan kemesraan mereka didepan mata Lidya, sepertinya gadis yang sayangnya adalah keponakan ayahnya ini tidak terlalu memusingkan hal tersebut.

Arabella masih mempertahankan sikap anggunnya, sedangkan matanya tidak lepas dari Lidya. Gadis itu tentu saja menyadari tatapan tidak suka Arabella yang ditujukan kepadanya, hanya saja Lidya ini memang sepertinya tidak memiliki urat malu hingga terus saja menatap laki-laki yang sudah beristri secara terang-terangan.

"Kau sudah kenyang?." Tanya Nathaniel kepada Arabella setelah ia menghabiskan makanannya, Arabella hanya mengangguk ringan. Suasana hatinya sangat buruk mengingat bagaimana sikap Lidya walaupun tidak ditunjukkan secara terang-terangan.

"Kau sakit?." Tanya Nathaniel lagi.

"Tidak. Hanya sedikit lelah."

"Beruntung sekali Arabella, bisa mendapatkan suami yang begitu pengertian seperti pangeran Nathaniel. Aku rasa aku juga ingin memiliki suami sepertinya." Ujar Lidya tiba-tiba bersuara.

Arabella menatap tidak suka kearah Lidya, ucapannya seakan mengandung makna bahwa ia menginginkan Nathaniel tanpa peduli dengan statusnya sekarang.

"Itu sudah pasti Lidya. Carilah suami yang baik, bahkan jika bisa lebih baik daripada Nathaniel." Ujar sang ratu. Dari kalimatnya memang seperti merendahkan Nathaniel secara tidak langsung, hanya saja itu adalah sebuah ungkapan agar Lidya tidak memandang terlalu istimewa kepada menantunya itu hingga berakhir mencintainya lalu yang lebih parah bisa melakukan segala cara agar Nathaniel bisa bersamanya. Itu terdengar mengerikan.

"Tentu saja bibi. Akan tetapi pangeran Nathaniel ini sudah sangat sempurna di mata ku, entah dimana aku harus mencari yang seperti dirinya." Ujar Lidya.

"Maaf sebelumnya, istri ku lelah, kami akan ke kamar supaya dia bisa beristirahat."

"Pergilah Nathaniel! Kalian memang membutuhkan istirahat." Ujar raja Charles kali ini menyahuti setelah lama terdiam dan hanya menjadi penonton yang duduk dengan baik seraya mendengarkan pertengkaran tidak jelas ini.

Nathaniel bangkit seraya memeluk pinggang Arabella, seolah jika ia tidak melakukan itu Arabella akan terjatuh.

"Dia masih saja tidak sadar diri. Tidakkah kau merasa risih dengannya?." Tanya Arabella begitu keduanya sudah berada diluar ruang makan dan berjalan menuju kediaman.

"Aku? Tidak nyaman tentu saja."

"Lalu?."

"Lalu.. Apa?."

"Kau sepertinya tidak berusaha untuk menyingkirkannya dari hidup mu atau setidaknya bertindak agar dia tidak lagi mencoba untuk mendekati mu." Ujar Arabella.

"Sebenarnya aku ingin melakukan itu, tapi sudah ada yang melakukannya untuk ku."

"Siapa?."

"Tentu saja dirimu."

Change Of Destiny (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang