1

555 20 0
                                    

Angin malam berhembus pelan melewati wajah hyunjin. Suasana sepi seakan mendukung hyunjin untuk lanjut berkelana dalam lamunan yang dibuatnya sendiri. Kata-kata sang mama yang akan menikah lagi terus terngiang dikepalanya seperti kaset rusak, terus terputar tanpa henti.

Bukan, bukan hyunjin tak mau sang mama menikah lagi, hyunjin bukan tipe anak yang membangkang dan berpikir yang tidak-tidak tentang orang tua sambung. Hyunjin itu tipe anak yang akan selalu menuruti permintaan sang mama, yang selalu memprioritaskan mamanya dari segala hal yang dia punya.

Hyunjin tidak menolak saat mamanya tadi bilang jika ingin menikah lagi, namun hyunjin meminta izin untuk memberi jawabannya nanti setelah bertemu calon ayahnya. Iya, mamanya tadi bilang jika satu minggu lagi, dia dan mamanya akan bertemu dengan calon keluarga barunya. Lantas mengapa hyunjin sekarang memikirkan kalimat mamanya yang akan menikah lagi? Jawabannya adalah hyunjin merasa takut. Bukannya apa, namun selama 3 tahun kebelakang ini, setelah ayahnya meninggal, hyunjin dan mamanya hanya hidup berdua. Menjalani hari dengan saling menjadi topangan satu sama lain, hyunjin hanya takut jika dia tak akan terbiasa dengan kehidupan barunya, hyunjin juga takut jika dia malah terbayang sang ayah yang telah tiada, membandingkan calon ayahnya yang masih belum hyunjin tau bagaimana sifatnya itu dengan sosok ayah yang menjadi panutannya ketika ia tumbuh berkembang.

Hyunjin takut membuat mamanya kecewa, itu alasan mengapa saat ini kepala hyunjin seakan ingin meledak saking penuhnya pikirannya. Ah dan satu lagi, hyunjin takut tidak bisa menjadi kakak yang baik bagi adik tirinya nanti.

Sudah lewat satu minggu dari malam yang penuh dengan benang kusut yang membelenggu pikiran hyunjin. Dalam satu minggu itu tentu saja hyunjin memanfaatkannya dengan membenahi benang kusut itu satu persatu, meyakinkan dirinya sendiri jika nantinya dia akan terbiasa dengan keluarga barunya, mencoba untuk yakin dengan apapun nanti keputusan mamanya, tak apa hyunjin yakin pasti dia akan bisa.

Ngomong-ngomong sekarang hyunjin tengah berada didalam taksi, duduk berdampingan dengan sang mama yang senantiasa mengelus punggung tangannya lembut. Tangan mamanya dingin, kentara sekali jika mamanya ini sedang gugup, tapi senyuman yang terpahat manis diwajahnya ditambah mata yang berbinar menatap kearah lampu jalan yang terlewati cukup membuat hyunjin merasa yakin akan keputusan sang mama yang ingin menikah lagi. Mamanya nampak bahagia, maka hyunjin tidak bisa berbuat apapun selain mengiyakan.

"Maaf aku terlambat, kamu udah nunggu lama mas? " Ucapan sang mama terdengar lembut sekali, hyunjin sampai tertegun sendiri mendengarnya.

"Ah tidak, saya juga baru saja sampai. Ayo silahkan duduk. " Senyuman terpasang apik di wajah calon ayahnya, tangan yang menarik kursi untuk sang mama pun tak luput dari pandangan. Hyunjin tersenyum tipis melihatnya, ah sepertinya memang dia tak perlu ragu akan jawaban yang akan disampaikannya pada mama nanti waktu pulang.

Setelah hyunjin dan mamanya duduk, mereka memulainya dengan acara perkenalan. Calon ayahnya itu memperkenalkan diri dengan nama Yang Yoseob, dan anaknya yang sekarang ini duduk tepat didepan hyunjin bernama Yang Jeongin. Setelah nya giliran mamanya yang memperkenalkan dirinya sendiri dan hyunjin.

Tiga puluh menit di restoran hyunjin habiskan dengan mendengarkan mama dan tuan Yang berbicara dan sesekali hyunjin akan menanggapi jika ditanya, hyunjin mengambil kesimpulan jika tuan Yang adalah orang yang baik, beliau tegas namun juga ramah, bisa mencairkan suasana canggung dan mudah mengakrabkan diri, dan hyunjin tentu saja senang dengan hasil pengamatannya ini. Sejauh ini hyunjin yakin jika calon ayahnya ini baik dan hyunjin sungguh merasa lega akan hal itu. Namun hal baik itu tidak jauh-jauh dari hal buruk kan? Tidak bisa disebut buruk juga sebenarnya, tapi anak didepannya ini benar-benar diam tanpa suara, tak berbicara apapun bahkan ketika ditanya. Dari cerita yang tuan Yang bilang, jeongin berumur setahun lebih muda dari dirinya.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang