09

10 2 1
                                    

|Happy Reading|

Malam hari nya, tepat nya pada pukul 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam hari nya, tepat nya pada pukul 19.35 aku baru selesai menyelesaikan sholat isya, aku melihat Adisti dan renjana yang sudah siap sejak tadi.

"Udah, kan?"tanya Adisti memastikan.

"I-iya, udah kok"jawab ku yang terlihat clingak clinguk melihat ke arah luar pintu.

Renjana yang sedari tadi sibuk dengan merapikan rambut nya, kini mulai menatap heran ke arah ku yang terlihat kikuk. Seperti ada yang membuat ku gelisah, ia mencoba memahami dan mencari tahu apa yang sedang aku pikirkan sekarang.

"Lagi nungguin siapa?kok, kelihatan gelisah gitu"tanya renjana spontan tanpa basa-basi terlebih dahulu.

Aku yang mendengar itu pun lantas langsung menatap balik renjana, aku menggeleng kecil sebagai jawaban.

Aku mencoba untuk terlihat biasa saja, walaupun sebenarnya aku sedang menunggu seseorang yang sudah ku pikirkan sejak pagi tadi.

Adisti menepuk pelan pundak ku, aku terhenti sebentar lalu menoleh ke arah nya,"kayak nya ada suara mobil, di depan"kata nya yang membuat ku langsung mengulas senyum lebar.

Aku bergegas berjalan menuju teras dan berharap bahwa itu adalah mas pandu

"Selamat malam, nona-nona cantik,
Sudah siap?"tanya bima dengan tersenyum ramah.

Spontan aku menghela nafas panjang, saat aku melihat bahwa yang datang bukan lah mas pandu, melainkan bima.

"Aa bima, pas banget lagi kita udah pada siap semua, berasa kayak di jemput pangeran ya, ren"kata Adisti seraya menyenggol pelan sikut renjana.

"Iya, pangeran kodok"ujar renjana dengan dingin.
"Khusus buat dahayu, duduk di depan"ujar bima dengan tersenyum nan beberapa kali mengedipkan sebelah matanya.

"Kenapa mata nya? cacingan ya?"tanya renjana tanpa basa-basi.

Bima menatap balik renjana dengan malas, ia mencoba untuk tidak berbicara atau menjawab, karena jika ia menjawab nya sudah sangat pasti pembicaraan ini akan berakhir heboh.

Beberapa kali aku menatap keluar jendela mobil, yang kulihat hanya kegelapan yang sesekali di selingi dengan lampu-lampu jalan yang sudah mulai redup, pohon jati mulai terlihat di kiri dan di kanan jalan, mungkin sebentar lagi kami akan sampai saat aku melihat umbul-umbul bendera yang terpasang di setiap jalan.

Selang beberapa menit akhir kami sampai di pasar bazar yang di adakan tepat nya di lapangan pesisir pantai.

Bima turun terlebih dahulu dari mobilnya, lalu ia berjalan untuk membukakan pintu mobil untuk ku, aku melihat banyak orang yang sudah berdatangan, bahkan sebagian ada yang sudah membawa banyak kantong belanja.

"Dahayu, tunggu..."kata bima yang langsung menahan pergelangan tangan ku.

"Kenapa, mas?"tanya ku, aku melihat ia tersenyum tipis.

Laut Menangis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang