6. Menetap atau kembali

16 1 0
                                    

"Thanks udah main, kapan-kapan dateng lagi ya!" Ucap Maysa melambaikan tangan pada temannya. "Kabarin gue kalau udah nyampe rumah!" lanjutnya saat Dami sudah masuk ke dalam mobil yang dipesan.

"Iyaaa! langsung gue telepon! Dadah, jangan kangen!" katanya dibalik kaca mobil yang diturunkan.

"Serah hati gue mau kangen atau nggak!" Maysa memasang wajah cemberut.

"Utututu anak gadis Buna!" goda Dami yang membuat Maysa tersenyum.

"Pak, tolong anterin sampai depan rumahnya ya. Jangan ngebut-ngebut, pokoknya--"

"Ayo pak berangkat, Dadah Mey!" Dami memotong ucapan Maysa yang bakalan gak ada ujung. Dia tahu sekali tabiatnya.

Bahu Maysa melorot, semangat hidupnya sudah habis dia gunakan kemarin.

"Lemes banget, olahraga sana!" Ucap Gavin. Dia mengeluarkan sepedanya dan bersiap keliling desa.

"Ikut dong!"

"Bawa sepeda sendiri lah!"

"Iya!"

Maysa keluar rumah dengan sepeda miliknya sendiri. Tidak lupa memakai pengaman siku, dengkul dan helm.

"Double safety sekali."

"Iya lah!"

Gavin menghela nafas, "yakin? cuman keliling desa doang."

"Malu lu sama gue?"

"Sayang teh Maysa! Lopyu much!"

Maysa meringis bergidik jijik lalu berjalan lebih dulu.

"Curi start weh!"

Mereka berputar mengelilingi desa. Suasana pagi hari yang sejuk. Sudah lama Maysa ingin bersepedahan seperti ini, namun nyalinya belum cukup untuk bisa membalas sapaan tetangga-tetangnya.

Karena sekarang ada Gavin, dia merasa tenang.

Apa yang saat ini Maysa syukuri? Ya, jalanan desa mereka tidak ada tanjakan semua datar. Dia tidak perlu khawatir sepedanya tidak kuat maju, haha.

"Teh beli ketoprak yu!"

"Asik di jajanin!"

"Bang Juan udah kasih uang dong!"

"Loh kok aku belum dapet?"

"Kasian deh~"

"Itu pasti disuruh bagi dua kan??"

Gavin mengayuh sepeda nya dengan cepat sambil tertawa. Dia ketahuan!

"Woy bagi dua!"

Maysa melesat menambah kecepatan sepedanya untuk mengejar adiknya.

Saat itu, Sangga baru membeli sesuatu di toko. Dia tersenyum senang menyaksikan sepasang adik kakak yang terlihat lebih akur.

***

"Nek Isa! Sangga bawain kue nih. Kemarin katanya mau yang manis-manis kan?"

Sangga mencari-cari sang nenek ke setiap ruangan di rumahnya. Ternyata beliau berada di belakang rumah asik berkebun.

"Simpan dulu di meja saja." Ucapnya pada sang cucuk.

Setelah menyimpan kue, Sangga menghampiri nek Isa lengkap dengan peralatan berkebun.

"Aku juga mau nanem ah." Ucapnya.

Ada beragam benih yang sudah dibeli. Yang dia pilih adalah tanaman sawi, salah satu sayuran yang paling disukainya. Sementara sang nenek menanam benih tomat.

Hit Me Up! | Choi San ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang