8

192 14 0
                                    

"Jeongin mana pa? " Tanya hyunjin keluar ketika dia tidak mendapati sesosok adiknya itu dikursi sebelah. Hyunjin tadi turun terlambat dia bangun kesiangan jadi dia terburu-buru turun kebawah karena khawatir keluarganya akan menunggu dirinya untuk memulai sarapan.

Dalam keluarga Yang memang ada aturan tidak tertulis jika harus sarapan bersama dan itu juga berlaku pada jeongin bahkan ketika dia masih hidup berdua dengan papa.

"Jeongin sakit tadi kata mama. " Jawaban papa membuat hyunjin mengerutkan kening. Bisa sakit juga bocah titisan setan macam jeongin. Seingat hyunjin, kemarin bocah itu masih bisa menatapnya tajam namun sekarang malah jatuh sakit. 

Mama datang membawa semangkuk nasi goreng dan satu piring berisi beberapa butir telur mata sapi dan setelah mama duduk di kursinya, maka sarapan pun dimulai.

"Mama sama papa harus pergi ke luar kota sebentar. Papa ada urusan penting dengan kolega dan mama harus ikut dengan papa. " Itu kalimat yang diucapkan mamanya tadi sebelum 30 menit kemudian berangkat. Hyunjin sempat protes karena pemberitahuan yang mendadak itu, namun berakhir diam karena ingat kemarin setelah hyunjin pulang dari acara menontonnya dengan jisung dia langsung masuk kamar karena terlalu lelah.

Mama paoanya akan pergi keluar kota selama 2 minggu. Meninggalkan hyunjin sendirian dengan jeongin. Yang sialnya hari ini malah jatuh sakit. Acara papa tidak bisa ditunda dan mama tidak bisa untuk tetap di rumah merawat jeongin meskipun mama pun inginnya seperti itu. Papa memaksa agar mama ikut dan mama akhirnya dengan terpaksa menyetujuinya juga. Menyerahkan jeongin yang tengah sakit kepada hyunjin. Berdoa saja semoga dalam 2 minggu kedepan hyunjin sabar dalam menghadapi segala tingkah laku jeongin.

Tok tok

"Jeongin, ini hyunjin. Gue izin masuk ya? Ini gue bawain sarapan sama obat. " Hyunjin menghitung dalam hati, bertekad jika dalam hitungan kesepuluh jeongin tidak menjawab maka dia akan menerobos masuk.

Sebenarnya akan lebih gampang jika dari awal hyunjin terobos saja, namun dia masih ingat bahwa adiknya ini orang yang menyeramkan jadi mana berani hyunjin untuk menerobos kamar orang yang seperti hewan buas ini.

'Sepuluh'

Hyunjin berguman dalam hati. Sepuluh detiknya sudah habis, jadi hyunjin perlahan memutar kenop pintu kamar jeongin, mendorong pintunya perlahan sampai terlihat kamar jeongin yang gelap tanpa pencahayaan.

Gorden kamarnya tidak dibuka dan sinar matahari yang harusnya masuk itu jadi terhalang. Tangan hyunjin meraba mencari saklar lampu yang berada di samping pintu. Setelah lampu berhasil dinyalakan, hyunjin membawa pandangannya untuk menyusuri kamar jeongin.

Kamarnya masih sama seperti pertama kali hyunjin masuk kesini, namun bedanya sekarang tampak lebih berantakan dan sedikit bau... alkohol. Pandangan hyunjin dibawa fokus pada satu orang yang sedang terbaring tengkurap diatas kasurnya.

"Jeongin bangun. " Tangan hyunjin menggoyang pelan bahu jeongin. Hyunjin dapat merasakan suhu tubuh jeongin yang memang diatas suhu tubuh rata-rata.

"Je bangun dulu, makan habis itu minum obat. " Kembali hyunjin berusaha membangunkan jeongin. Goyangan pelan dibahu masih belum berhenti hyunjin berikan.

"Pusing.. " Senyuman tercipta diwajah hyunjin. Astaga ternyata jeongin bisa merengek juga ya dan itu tampak lucu dimata hyunjin. Kalau gini kan jadi terasa kenyataan jika jeongin itu adiknya.

"Iya, makanya makan dulu terus minum obat ya. " Usapan lembut dikepala hyunjin hadiahkan, membuat jeongin sedikitnya merasa nyaman. Namun tak bertahan lama karena setelahnya jeongin membuka matanya dengan ekspresi terkejut. Sepertinya baru menyadari siapa gerangan orang yang ada di hadapannya.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang