"De bangun de!" teriak Satya saat membangunkan adik nya yang masih terlelap didalam kamar
"Heeemmm iya bang" jawab Qiya namun dirinya kembali lagi tertidur
"De bangun didepan ada yang cari kamu tuh mana ramai banget!" teriak Satya lagi agar Qiya terbangun
Qiya yang masih bersandar pada headboard kasur perlahan berdiri dan membuka kamarnya. Tangannya berada pada mata yang sedang ia bersihkan. Wajah khas bangun tidur Qiya memang terasa begitu jelas.
"Kenapa si bang? Ada acara?" tanya Qiya dengan suara parau
Satya menarik kembali adiknya kedalam kamar lalu menutup kembali pintu kamar tersebut.
"Ish kenapa si?" tanya Qiya bingung
"Lo ko ngga pernah bilang punya pacar? Terus kenapa sekarang langsung lamaran? Lo mau langkahin gue? Kuliah lo gimana Qiya? Untung ibu ngga jantungan didepan!" terang Satya bicara tanpa jeda
"Hah apaan si? Gue ngga punya pacar bang apalagi lamaran. Ngaco!"
"Itu didepan ada pak Hutama dan ibu Dinda serta 3 orang pemuda. Yang satu perempuan, yang satu bule dan yang satu lagi kaya preman pasar mukanya asem banget" terang Satya
"HAH? PAK HUTAMA DAN BU DINDA?" tanya Qiya meyakinkan
"Iya, Qiya kenal?" tanya Satya pada Qiya
"Itu bos Qiya di toko alat kesehatan bang"
"Qiya kerja?" tanya Satya
"Hehehe sambilan bang tapi Qiya tetep fokus kuliah ko!" terang Qiya
"Awsshh abang!!!" keluh Qiya saat Satya menjewer telinga adik nya
"Abang kan pernah bilang, Qiya fokus kuliah! Cepet lulus dan banggain ibu sama abang, tentu sama almarhum ayah bukan kerja"
"Sambilan abang! Qiya juga ngga enak kalau minta uang terus!" terangnya
"Qiya kalau mau kerja tuh sama ibu aja di warung bukan malah gini! Terus sekarang tiba-tiba kamu di lamar. Gimana si?" terang Satya
Kedua kakak beradik itu masih berdebat dan adu argumen. Sedangkan keadaan tampak tenang di ruang tamu. Keluarga hutama sudah duduk dengan rapi dengan pakaian batik sedangkan Ajeng, ibunda Qiya masih menggunakan baju rumahan.
"Sebelumnya maaf kedatangan kami mengagetkan ibu ya?" tanya Dinda
"Betul bu, saya sangat kaget apalagi dengan tujuan bapak dan ibu sekeluarga. Saya juga tak mendapatkan konfirmasi langsung dari Qiya" terang Ajeng
Hutama dan Dinda memang sudah mengatakan tujuannya sebelum dirinya di persilakan masuk oleh Ajeng. Baiknya Ajeng tak terkena serangan jantung.
Kini keluarga besar mereka duduk bersama. Ajeng, Qiya dan Satya duduk sejajar di sofa panjang. Sedangkan Dinda dan Hutama di sofa dua seat. Raffa, Reffa dan Petter duduk di sofa kecil satu seat. Ruang tamu yang sekaligus ruang keluarga itu penuh dengan banyaknya orang. Bak mimpi baginya karena baru 2 hari yang lalu ia menjenguk Hutama di Rumah Sakit dan dituding menjadi pacar Raffa. Hari ini ia sudah dilamar untuk menjadi istrinya. Apakah ini yang dinamakan perjodohan?
"Qiya pasti kaget ya nak?" tanya Dinda, ibunda Raffa
"Iya bu, perihal ucapan Qiya di Rumah Sakit waktu itu ngga bener ko bu! Qiya bukan pacar dr. Raffa" jelas Qiya pada Dinda
"Iya nak Raffa sudah menjelaskan kepada kami tapi nak..." Dinda diam, suaranya tercekat ia bingung harus menjelaskan bagaimana
"Ya, saya bisa bicara sama kamu berdua?" ujar Raffa cepat
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal Terakhir
RomanceSaqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...