Pelajar sekolah itu aslinya pengangguran. Kerjaannya ngapain sih? Kalo nggak tawuran paling juga ngehamilin anak orang. Tapi kalo ada yang berani ngomong begitu depan Solar, siap-siap aja dikuliahi selama sebulan.
Solar juga pelajar. Tapi pelajar ya kerjanya belajar. Menurutnya nggak ada tuh istilah pelajar yang keluyuran malem-malem cuma buat adu kenceng-kencengan knalpot motor di tengah jalan. Apalagi sampe ngajak anak gadis orang berbuat maksiat di hotel pinggir jalan. Eh, tapi pelajar jaman sekarang mana modal. Boro-boro di hotel, paling juga ngelakuinnya di rumah kosong yang udah jadi sarang setan.
Bukannya Solar gak suka cewe. Solar suka kok. Solar suka semua cewe di sekolahnya. Asli itumah. Coba deh pemain bola. Pemain bola itu jumlahnya ada berapa? Sebelas kan? Yaelah, kecil. Solar nanti niatnya mau punya tujuh belas istri. Solar nggak sembarang pilih-pilih angka, terus nancep di angka tujuh belas. Tujuh belas, tujuh belas, tujuh belas ... Kalian mikir apa kalau denger kata tujuh belas? Kalo solar sih, tujuh belas itu tanggal kemerdekaannya negara Indonesia. Tepatnya tujuh belas agustus seribu sembilan ratus empat puluh lima. Intinya tanggal tujuh belas agustus, Indonesia berhasil memperoleh kemerdekaannya. Merdeka kan artinya bebas. Bebas dari tekanan spesifiknya. Tapi intinya tuh bebas kan? Jadi otomatis kalo Solar punya tujuh belas istri, Solar telah mengamalkan istilah kemerdekaan dalam kehidupan sehari-hari. Solar akan bebas! Bebas dari tekanan orang-orang yang cuma memperbolehkan memperistri satu wanita. Lagian itu aturan dari mana coba? Solar sih bodo amat. Istri banyak, Solar juga enak!
Emang boleh Solar punya tujuh belas istri? Boleh boleh aja. Asal nggak ketahuan Halilintar. Kalo ketahuan? Wah, Solar pulang-pulang tinggal mesen batu nisan.
Eh, tapi dibanding seluruh gadis cantik di sekolah, Solar sebenernya lebih cinta sama yang lain loh. Cinta cowo maksudnya? Ya nggak lah! Punya tujuh belas istri aja Halilintar udah ngamuk, apalagi ngaku kalo dia suka cowo. Halilintar udah berubah jadi Raja iblis sigma +1000000 aura kayaknya.
"Solar, kantin gak?" Pria bermanik oranye kemerahan itu mengajak, walau tau yang diajak akan seratus persen menolak, dan memilih sibuk dengan kegiatan 'berduaan bersama pacarnya'.
"Skip. Bang Blaze gak liat kalo aku lagi sibuk?" Solar menjawab ogah-ogahan. Solar nggak suka kegiatan pacarannya diganggu.
"Yailah, belajar mulu sih. Itu buku juga gak bakal kemana-mana kali? Perutmu tuh perhatiin. Kasian banget belum dikasih makan." Meski sudah tau ajakannya akan ditolak, Blaze tetap mencoba menasihati adiknya, yang kerap kali pingsan karena lupa makan.
Solar mendecak sebal. Selalu saja begini. Kenapa sih, orang-orang selalu mengganggunya ketika sedang membaca? Padahal Solar nyaman sekali. Pacaran dengan lembaran penuh tulisan-tulisan cantik yang dibukukan. Sungguh, pujaan hatinya sangat cantik. Saking cantiknya sampai hampir dibakar kakak keduanya karena terlalu sering ia tatap.
Saudara-saudaranya memang sangat berlebihan.
"Ogah ah." Putusnya. Keputusan Solar tidak bisa diganggu gugat. Solar akan makan, hanya ketika dia berhasil menyelesaikan halaman ke tiga ratus lima puluh sembilan dari bukunya. Halaman terakhir.
"Awas aja, gue sumpelin sayur bayem tau rasa." Tau kelemahan sang adik, Blaze mengancam.
Mendengar kata sayur saja Solar sudah merinding satu badan, apalagi mendengar jenis sayurannya. Solar rasanya mau kayang sambil kejang-kejang.
Setelah berhasil membuat adiknya bergidik ngeri, Blaze berlalu pergi sambil tertawa puas.
Solar berusaha mengabaikannya. Lagi pula jika gertakan itu sungguhan, Solar lebih memilih tidak makan dan mengurung diri di kamar seharian.
Baiklah, cukup sudah fokusnya terbagi hanya untuk meladeni kakak sintingnya. Sekarang biarkan ia kembali ke kegiatan awalnya. Sampai di mana dia tadi? Oh ya, paragraf ke tiga pada halaman seratus delapan puluh delapan.
Baru saja Solar hendak melanjutkan bacaannya, tiba-tiba ia merasa sesuatu menyentuh sudut bibirnya. Teksturnya agak kasar, tapi hangat. Apaan tuh? Solar mengira itu bentuk kejahilan lain dari Blaze, atau barang kali, kakak keduanya. Tapi saat Solar melirik ke arah datangnya sumber gangguan di sudut bibirnya itu, jantung Solar rasanya berhenti. Solar keringat dingin. Solar yakin bentar lagi dia bakal didiagnosa memiliki serangan jantung. Solar spontan melantunkan ayat-ayat suci dalam hatinya. Sumpah, Solar takut. Solar ketakutan setengah mati. Solar memang tidak melihat kuntilanak, sundel bolong, guru jadi-jadian yang kepalanya buntung, atau arwah siswa yang mati karena gantung diri. Bukan. Bukan itu semua. Tapi yang Solar lihat, lebih menakutkan dari apapun di dunia ini.
"Solar, bekalku hari ini brokoli rebus loh! Aku sendiri yang masak. Mau nyobain gak?" Gadis ceria itu menodongkan rebusan brokoli tepat pada mulut Solar. Menunggu Solar membuka mulut, sampai ia benar-benar bisa memasukkan brokolinya pada mulut sang jenius.
"I-" Solar bergetar, kalimatnya terbata-bata. Solar muak. Solar kira si gadis sudah menyerah menawarkan dagangannya. Tapi apa ini? Sekarang ia malah memberikan teror baru. Solar mau menangis. Lehernya terasa tercekik saking muaknya. "ITU BUKAN MAKANAN, ITU ANOMALI! JAUH-JAUH DARI GUE SEKARANG!!!"
***
Up ini dulu yaa. Biar ga dikira janji palsu hehe😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayur Sehat, Solar Sekarat || Solar x Reader
Fanfiction「Solar x Reader」 Solar paling benci makan sayur. Eh teman sekelasnya malah jualan salad. Gadis itu memang sok asik! Nggak ada bosan-bosannya menawarkan salad sayur pada Solar tiap jam istirahat. Solar muak. SOLAR MAU PINDAH SEKOLAH, BUNDA!