chapter 九

159 25 8
                                    

HAPPY READING

09






Malam ini, setelah akhirnya diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Felix kembali melakukan rutinitasnya ketika rasa bosan melanda. Berada di atap rumah sewanya, sibuk menenangkan diri dengan pemandangan indah yang terlihat dari atas sana.

Di tengah lamunannya, tiba-tiba tangan seseorang melingkar di pinggang laki-laki manis itu, ada yang memeluknya dari belakang. Dari aroma tubuhnya saja Felix langsung bisa menebak siapa disana. Lagipula tidak ada orang lain di rumahnya selain pria itu. Minho Edevane.

"Saya cari kamu kemana-mana." Gumam Minho.

Felix terkekeh. "Rumahku tidak luas, jadi mencarinya tidak susah kan?"

Hanya diam, Minho semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Felix. Laki-laki manis itu ikut bergerak, menyandarkan kepalanya di tubuh Minho.

Dinginnya angin malam menerpa tubuh keduanya. Tidak ada yang Felix sukai selain hal seperti ini ketika berada di atap, dan malam ini entah kenapa semakin terasa spesial, mungkin karena ada Minho bersamanya.

"Kak Minho tidak pulang?" Tanya Felix pelan.

"Kamu mengusir saya?"

"Bukan begitu." Felix menggeleng kecil. "Kalau mau tidur disini juga tidak apa-apa sih. Tapi hanya ada satu tempat tidur, bagaimana?"

"Nanti saya bisa tidur di ruang tamu."

Felix mencibir. "Tumben banget, biasanya juga tidur satu kasur."

"Jadi maksudnya kamu mengajak saya tidur dengan kamu?"

"E—eh enak saja!"

Di belakang Felix, Minho tersenyum miring. "Tanganmu sedang sakit, saya mau kamu cepat sembuh."

Mengingat kalau tidur Felix memang cukup banyak tingkah, laki-laki manis itu tidak bisa diam ketika terlelap. Dari pengalaman yang Minho dapatkan setelah beberapa kali tertidur satu ranjang adalah Felix yang tangannya bisa secara tiba-tiba memeluk tubuh Minho, tapi terkadang juga bisa menggantung disisi kasur. Minho tidak mau mempersempit ruang gerak laki-laki itu saat tidur, takut-takut nanti tangan Felix tidak sengaja tertekan oleh tubuhnya.

Lagipula dalam keadaan Felix yang seperti ini membuat Minho tidak bisa leluasa memeluk Felix saat tidur.

"Saya takut meninggalkan kamu sendirian."

Felix tanpa sengaja tersenyum dan memilih untuk diam. Ia masih berusaha adaptasi dengan seorang Minho Edevane yang manis seperti ini.

"Kak, sepertinya tanganku tidak perlu pakai penyangga seperti ini bisa mungkin ya?" Tanya Felix. Masih dengan posisi yang dipeluk oleh Minho, satu tangan Felix dengan usil mencoba melepas alat penopang yang membuat tangan kanannya menggantung di depan tubuh.

"Jangan dilepas." Larang Minho seraya menahan tangan Felix.

"Tapi kan kata Dokter Eunwoo tulangnya retak sedikit saja tidak patah, kalau dibalut begini aku tidak bebas geraknya."

"Kamu ini sebenarnya sakit atau tidak?" Tanya Minho kesal.

"Sakitlah."

"Kalau begitu jangan banyak tingkah, justru tanganmu dipakaikan alat seperti itu supaya kamu tidak banyak gerak Felix. Kamu dengar penjelasan Dokter Dumbledore tidak kemarin?"

Beyond EvilWhere stories live. Discover now