Disclaimer: Fiksi ya dek ya. Tidak bermaksud menyudutkan golongan tertentu.
Sabila memperhatikan ekspresi suaminya sedari tadi. Jelas ada sesuatu yang mengganggunya, tapi sejak pulang dua jam lalu, Renner belum cerita apa-apa.
"Mas, ada masalah apa sih?" tanya Sabila.
Renner hanya menggeleng, "Biasalah di kantor, ada kasus belum selesai."
Sabila mengerutkan alisnya, "Nggak biasanya rahang tegang banget, udah dari tadi kulihat-lihat." balasnya.
Terduduk di sofa, Renner memijat kepalanya yang pening, "Iya...Emang nggak biasa. Masih hubungan sama kasus Anggi yang lalu itu. Anggi pernah autopsi korban kan, nah yang bunuh korban itu... Salah satu terduganya orang yang sangat, sangat berbahaya." jawab Renner sambil menghembuskan nafas.
Pertemuan pertama Renner dengan Rony alias Ronald alias Baron, adalah sepuluh tahun lalu. Pertama kali ia lulus akademi dan bergabung dengan Reskrim di Polres Metro Jakarta Selatan. Saat itu ia belum menjadi penyidik, masih diperbantukan segala tugas di Reskrim. Ia ingat betul, TKP pembunuhan pertamanya, sebuah rumah kecil di Jalan Cikajang. Metodenya simpel, satu buah peluru tepat di dahi korban. Anehnya, TKP-nya bersih, tak ada tanda-tanda perlawanan, tak ada jejak. Hanya ada satu selongsong peluru.
Renner ditugaskan untuk jadi asisten penyidik, mengamankan TKP, memastikan tak ada warga masuk dan TKP tidak terkontaminasi. Ia melakukan tugasnya dengan baik, sangat baik malah, sampai ia tidak memperhatikan bahwa di gerombolan warga yang menonton, terdapat juga si pelaku. Ya, Rony kembali ke TKP untuk memastikan korbannya benar-benar diproses oleh polisi. Renner terlalu fokus di depan garis kuning polisi, menghalau juga para wartawan yang ingin mengambil gambar. Rony berkamuflase di antara warga yang berdesakan, jauh di belakang.
Tim Reskrim baru mengungkap fakta ini setahun setelahnya, saat kasus tersebut dibuka kembali oleh penyidik baru, Pak Jeffry. Ia menyisir semua footage berita, dan di latar belakang reporter terlihat sosok mencurigakan berpakaian serba hitam, tidak berinteraksi dengan warga lokal lainnya. Ketika Renner bergabung dengan tim Pak Jeffry, kekesalannya bertumbuh.
Rony, bukanlah pembunuh berantai. Ia tidak memilih korban, tapi memilih klien. Korban pertama Rony (atau setidaknya yang diketahui polisi, entah mulai kapan Rony memulai karir kriminalnya) di Jalan Cikajang merupakan seorang guru SD di sebuah sekolah dekat rumahnya. Sekilas tak tampak ada kejanggalan memang, tapi setelah ditelusur, rupanya tunangan korban adalah anggota keluarga konglomerat. Ia disinyalir dibunuh karena keluarga tersebut tak merestui hubungannya dengan kekasihnya. Sampai hari ini, kasus tersebut tak terselesaikan. Dan jelas, Rony mendapat bayaran tinggi untuk ini.
Ada dua poin krusial untuk membuktikan kasus pembunuhan. Satu, pelaku harus terkait dengan senjata atau alat pembunuhan. Kedua, pelaku harus terbukti berada di lokasi saat kejadian perkara. Rony, selalu saja lolos dari kedua poin tersebut.
Nama Rony mulai beredar bukan di jaringan polisi. Melainkan di level informan kriminal. Paul yang pertama kali mendengar ini ketika ia mulai jadi penyidik. Lewat telinganya yang ada di mana-mana, Paul mendengar kabar bahwa nilai rewards untuk kematian pewaris perusahaan minyak di Sumatra meroket. Eksekutor tidak dibayar dengan rupiah melainkan dengan lukisan antik berharga seperempat juta dolar atau hampir lima miliar rupiah. Dan nama aliasnya, Baron, yang kemudian muncul di kalangan kriminal.
Biarpun tak pernah terbukti, kasus-kasus yang berkaitan dengan Rony hampir selalu kasus high-profile. Meski korban tak melulu orang dari kalangan atas, setidaknya ada sepuluh kasus pembunuhan yang diduga ada kaitannya dengan Rony, yang menguntungkan bagi para elitis. Puncak aksi kriminal Rony adalah ketika ada kasus pembunuhan anak duta besar Lebanon. Polisi Indonesia sampai harus melibatkan Interpol (International Police) karena khawatir mengganggu hubungan diplomasi dan memulai kisruh internasional. Interpol kemudian mengusut dan berkesimpulan bahwa dalangnya adalah ibunya sendiri. Kesimpulan yang tentu cepat ditampik oleh pemerintah Lebanon, dan lalu kasus tersebut menguap begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tim Shadow dan Perintilannya
Ficción GeneralOne-shots. Cerita pendek seputar Tim Shadow, Renner, dan Sabila. Sekuel dan prekuel dari "Two Worlds Colliding". Nggak urut.