Di kamar yang tenang, Raina berbaring di atas tempat tidurnya, menatap langit-langit tanpa benar-benar melihatnya. Pikirannya terus berputar pada perkataan yang Rendi ucapkan pada cowonya Nana di bar tadi malam.
"Gua terpaksa kerja disini karena ada sesuatu yang harus diselidiki, jadi tolong bantu gua ya bro."
Apa yang sebenarnya Rendi mau selidiki? Padahal tadinya Raina ingin menyelidiki Pria itu, namun mendengar dari percakapan Rendi dan cowonya Nana, ia undurkan niat itu.
Tring!
Cep 🐄
| Malam bing, gimana harinya?Rain mulu yg cerita, gantian dong |
| Gaada yg harus diceritain sayang, semuanya baik-baik aja
selalu gtu g pernah mau cerita |
| Yaudah kalo gada yg mau diceritain, kita bobok aja yuk
luan aj blm ngantuk |
| Yaudah kalo gitu Dewangga bobok luan ya
| Good night cantikkuRaina melempar ponselnya sembarangan, Dewangga selalu bersifat seperti itu. "Setiap ada masalah pasti izin tidur terus ngilang terus silent treatment, pacaran aja sana sama diri sendiri." Gumam Raina yang sudah badmood.
Keesokan harinya, suasana kantin kampus terasa ramai seperti biasa. Raina, Riska, Ayu, Julia, Nana, dan Marisa duduk bersama di salah satu meja yang berada di pojok, menikmati mangkuk bakso hangat sambil mengobrol santai.
"Liona itu baik lo sebenarnya cuma emang aga gesrek dikit," ucap Riska. "Emang baik loh dia pokonya selagi dia ga disenggol dia gabakal nyenggol yang lain," sahut Marisa.
"Terus dia kenapa waktu itu ngelabrak Raina, padahal Raina gada nyenggol dia," komentar Nana sambil menyeruput kuah bakso. Ayu mengangguk setuju, "iya tuh, mau gimanapun dia gaboleh loh kaya gitu,"
"Karena Liona tau gimana problemmatiknya cowo-cowo Darmaraja," jawab Riska. "Dia ngelabrak Aira kan karena si Aira bilang ke Raka kalau Liona yang nyuruh dia sama Rendi, padahal kenyataannya Aira yang selingkuh, tapi si Rendi jadi pengalihan isu." Julia menyaut penuh syok, "anjir demi apa? Berarti maksudnya si Aira ini ada cowo lain gitu?" Riska mengangguk.
Mata Riska sesekali melirik ke Raina yang sejak tadi diam, memang gadis itu pendiam, tapi kali ini ekspresinya berbeda seperti sedang kesedihan. "Diam aja ya Rain," pancing Riska, namun Raina tetap membisu. "Woi Rain!" Raina terkejut, "apa coy?! Kaget!"
Riska tertawa kecil, "bener kan... lo ada masalah ya?" Raina tetap membisu, Nana yang berada di sebelah Rainapun ikut menyaut. "Cuma dia dan Allah lah yang tau Ris sama masalahnya, tah dianggap apa kita sampai dia ga pernah mau cerita sama kita." Marisa terkekeh, "karena Dewangga kah Rain?"
Raina menghembus napas panjang, "gw cape banget sama sifat silent treatment. Ga mood ah gw, mau balik kelas aja." Riska menarik tangan Raina, "ceritalah ke kita biar lebih lega." Raina duduk kembali, Riska tersenyum menggeleng. "Cintai aja sampai cape kalau belum cape ya bertahan, emang cinta buat paok." Nana, Ayu, Marisa, Julia, dan Ayu tertawa setuju dengan perkataan Riska.
"Tapi ini tentang hubungan Ris, gw ga boleh nyerah gitu aja dengan rasa cape, tapi gatau nantinya." Ucap Raina air matanya jatuh sebelum menjelaskan lebih panjang, ia benci dirinya yang lemah seperti ini. Nana, Riska, Ayu, Julia, dan Marisa tersontak kaget pada gadis itu, untuk pertama kalinya Raina menangis di hadapan mereka. Mereka mendekat pada Raina, menepuk-nepuk pundak Raina sambil memeluk raga kecil gadis itu. "Kita semua punya problem yang sama Rain, mulai dari keluarga, percintaan, makanya Tuhan mempertemukan kita semua."
Sampai di rumah, Raina langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari yang melelahkan di kampus, ditambah memikirkan Dewangga yang sejak tadi pagi tidak mencarinya atau mengabarinya. Kepalanya mulai beramsumsi yang tidak-tidak, namun pikiran buruk itu ditepis cepat oleh Raina.Raina memberanikan dirinya untuk mengirimkan pesan pada Dewangga, walau dalam hatinya begitu sakit dan tidak nyaman.
Dewangga
Rain udh di rmh Ngga |
Rain izin tidur luan y || Iya sayang, selamat istirahat
Kayany klo Rain pergi, Dewangga gabakal cegah Rain, kan? |
| Kenapa ngetik gitu cintaku?
gpp, ydh gw tidur luan |
| Iya cintaku, good night cantik
Setelah membalas pesan Dewangga, Raina merasa pikirannya terus melayang. Untuk mengalihkan perhatian, Jarinya dengan cepat menggulirkan daftar putar, lalu memilih playlist berisi lagu-lagu bahagia—lagu-lagu yang bisa membawa sedikit ketenangan dan keceriaan di tengah kerumitan pikirannya.Ia menutup mata sejenak, membiarkan irama musik yang dinyanyikan oleh taylor swift membawa dirinya pergi dari semua kerisauan—tentang Rendi, Aira, Raka, percakapan di kantin, dan dari Dewangga. Untuk beberapa saat, semua itu menghilang, digantikan oleh perasaan damai yang perlahan mengalir melalui nada-nada yang ia dengar. Meskipun begitu, di dalam hati kecilnya, Raina tahu bahwa musik hanya menjadi pelarian sementara.
————Rain In The Darknight
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE DARKNIGHT [END]
Teen FictionKisah yang bermula dari Dewangga jatuh cinta kepada adik tingkatnya hingga teman-temannya ikut terlibat untuk mengetahui gadis yang menjadi incaran seorang Dewangga Ravindra, sosok yang anti romantis dan bersifat dingin. Akankah kisah cinta itu berl...