Pagi ini Nadin terpaksa menerjang hujan gerimis untuk sampai ketempat kerjanya, dengan motor metic andalannya dan juga jas hujan plastik berwarna hijau itu ia sampai di tempat kerja dengan tepat waktu.Saat ini ia hanya berdua bersama Angga, karena Ambar libur dan sisanya masuk di shift siang. Dimulai dengan menata meja dan kursi cafe, mengelapnya dengan kain, sampai dengan membersihkan kaca dilakukan oleh Nadin, sedangkan Angga membereskan bagian dapur dan area kasir.
Satu persatu pelanggan Cafe mulai berdatangan, hujan pun mulai reda. Sampai di jam istirahat Nadin pamit untuk bergantian lebih dulu dengan Angga. Jam yang menunjukkan pukul 12 lebih sepuluh menit itu ia gunakan untuk pergi ke masjid yang berjarak tidak jauh dari cafe untuk menunaikan sholat Zhuhur.
"Assalamualaikum warahmatullah." Ucapnya mengucapkan salam sembari menoleh kekiri, pertanda ia telah menyelesaikan sholatnya.
Setelah berdoa, Nadin melipat kembali mukena miliknya dan keluar masjid untuk membeli makan. Perutnya yang belum sempat diisi tadi pagi membuatnya sudah menahan lapar sejak tadi.
Dilihatnya sebuah gerobak mie ayam langganannya yang mangkal di samping masjid Nadin memilih untuk melipir lebih dulu.
"Pak, mau mie ayam bakso satu." Pesannya pada bapak tukang Mie ayam.
"Okey siap, Neng Nadin. Mau makan disini?" Tanyanya.
"Iya, Pak." Nadin mengangguk dan duduk di bangku panjang yang sudah disiapkan.
"Masuk pagi, Neng?" tanya Pak Romlih sembari memberikan semangkuk mie ayam bakso di depan Nadin.
"Iya, Pak. Mari pak, makan." tawar Nadin.
"Iyah, Neng"
Pak Romlih kembali kegerobaknya melayani pembeli yang baru datang. Nadin melahap mie dengan sedikit cepat, karena takut kondisi cafe ramai saat ia tinggal.
Setelah beberapa menit akhirnya satu mie ayam bakso itu sudah habis tak tersisa. Nadin menengguk segelas teh tawar yang disediakan lalu berdiri dan membayar pesanannya.
"Makasih ya, Pak, Nadin masuk dulu." Kata Nadin setelah mendapatkan kembalian dari uang yang ia berikan untuk membayar pesanannya.
"Iya, Neng Nadin."
Sesampainya di Cafe untungnya keadaannya masih sama, hanya tersisa 3 pelanggan Cafe yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Ngga, sana gih istirahat biar gantian gue yang jaga."
"Okey, Ndin, gue keluar yah."
Nadin hanya mengangguk sebagai jawaban.
Nadin menyetel lagu dari handphone miliknya yang ia sambung ke speaker Cafe. Lagu berjudul Sepatu dari penyanyi Tulus itu terdengar diseluruh penjuru cafe.
Sampai seorang pelanggan datang, sepasang kekasih muda. Nadin menyapa ramah mereka, menanyakan menu apa yang akan mereka pesan dan menyiapkannya.
Setelah selesai menghantarkan pesanan, Nadin buru-buru kembali karna ada pembeli baru yang datang.
"Mau pesen yang mana, Kak?" Tanya Nadin setelah menyebutkan menu bestseller di Cafe.
"Saya mau pesen Cheese Cake dua sama Croissant-nya satu yah, di take away aja ya kak."
"Ada lagi, Kak?"
"Sudah, Kak."
"Baik, Kak, totalnya tujuh puluh lima ribu." Kata Nadin mengucapkan nominal yang tertera di layar.
"Ini yah." Perempuan berambut sebahu itu memberikan uang pas ke Nadin.
"Uang pas ya, Kak, ini struknya mohon tunggu sebentar ya, Kak." Setelah memberikan struk pembelian Nadin menyiapkan pesanannya, mulai dari mengambil dua Cheese cake dari ciller, dan roti Croissant di etalase dekat meja kasir. Membungkusnya dan menyerahkannya pada pembeli tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHTERA (ON GOING)
SpiritualMenikah tanpa saling mengenal? Emang bisa? Menikah tanpa pacaran? Emang bisa? Nadin dan Hanan mencoba itu semua, saat akhirnya keadaan menghantar kan mereka pada kalimat, "Jodoh kita itu gak tau siapa dan dateng dari mana." Pacaran setelah menikah...