Hari Ketujuh Sabila untuk Lian

7.4K 638 49
                                    

Lian bingung apa yang harus dilakukannya agar Sabil sadar ada noda darah dicelananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lian bingung apa yang harus dilakukannya agar Sabil sadar ada noda darah dicelananya.

Sabila kembali bediri dari kursinya
"Eitttsss mau kemana kamu?"
"Keluar pak, ambil titipan di Jenita"
"Nanti aja itu, coba tolong kamu cek sabun cuci tangan di toilet saya masih ada tidak"
(Apaan sih ni orang anjir random banget suruh ngecek beginian, Sabil sedikit kesal dengan tingkah Lian kali ini)
"Oke, saya izin masuk toilet Bapak ya"
"Masuk aja, cuma toilet kantor juga, lagian masuk kamar tidur saya aja kamu ngga pernah izin"
Lian tidak memperdulikan jawaban apa yang akan Sabil berikan dia hanya sibuk melanjutkan pekerjaannya.
(Idih dikira gue masuk kekamar dia ngintipin dia apa? mesum banget jadi orang, kalo gue ngga masuk waktu itu lo bisa mati Lianda Sanjaya)

Sabila mulai berjalan menuju toilet
("Jangan liat Lian! jangan Liat ! jangan Liat! "Lian berusaha menahan pandangannya namun gagal)

"Anjir makin gede nodanya, itu udah mirip ilernya si Fernan yang nempel dibantal" umpat Lian
"Emang ya tu orang teledornya kebangetan"

___________________________
Toilet Ruang Kerja Lian

Sabila masuk memeriksa apa yang Lian minta, dilihatnya botol sabun masih dalam kondisi penuh.
(Nih masih banyak, lagian yang pake toilet ini dia doang jadi ngga abis-abis nih sabun ditunjuknya wadah Sabun yang melekat didinding)

Sebelum meninggalkan toilet, dia mulai bercermin merapikan sedikit jilbab dan bajunya, lalu berkaca dengan gerakan memutar. Sabila shock melihat banyak bercak darah dicelananya
"Aaaaaah sial banget, ini kenapa harus datang Sekarang sih"
"Aduh gimana nih, kok gue ngga sadar dapet tamu bulanan"
"Apa karena sangking sibuknya gue hari ini ya"
"Pak Lian liat ngga ya?"
"Mana pede banget tadi gue mondar - mandir nganterin berkas"
"Apa jangan-jangan dia udah tau?"
"Mamaaaa tolongin Sabil, ini gimana mau keluar ma, Sabil maluuu..."
Sabila terus bernolog dengan air mata yang dia tahan.

Tak kunjung keluar takut terjadi apa-apa dengan Sabila, Lian pun mulai mengetuk pintu kamar mandi
Tok tok tok
"Sabil kamu masih didalam?"
"Masih pak?"
"Ngapain?"
"Sakit perut pak"
"Kamu pakai toilet saya?"
"Iya pinjem sebentar pak"
"Yakin sakit perut?" Lian seakan menekankan pertanyaannya

Karena tidak mau berlarut Sabil pun memberanikan diri berbicara ke Lian
"Bapak ngga mau keruangan pak Fernan sekarang?"
"Nggak, mau ngapain" jawab Lian
"Mau keluar kemana gitu"
"Nggak, kamu mau ngusir saya?"
"Bukan gitu pak, ini gimana ya ngomongnya.
Bapak bisa ngga jangan liat Saya waktu keluar nanti?"
"Kenapa? Kamu berubah jadi monster? atau susuk kamu habis, jadi ngga pede?"
"Paaak, saya serius"

Seakan paham apa yang Sabila rasakan, dia pasti akan sangat malu jika dilihat Lian dalam kondisi seperti ini
"Saya sudah lihat"
"Mmm...maksud Bapak apa? Liat apaan?"
"Noda merah di celana kamu"
Sabila diam, dan dia mulai menangis
"Saya ngga mau keluar pak"
"Keluar sekarang, sebelum toilet saya penuh dengan darah, kamu mau ngotorin toilet saya? Cepat buka pintunya"
("Emang ya disaat seperti ini aja yang lo pikirin cuma kebersihan toilet lo aja, Lian lo emang bangsat manusia ngga berperasaan" umpat Sabila dalam hati)

30 Hari Menaklukan Hati Pak Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang