⋆༺ 28 - HER BOYFRIEND

2.3K 221 204
                                    

kalau tembus 1k comments langsung double update! ·˚₊· ͟͟͞͞꒰➳
________________________________

Delacey tidak berhenti mengeluarkan umpatan dari bibirnya sejak Oscar kabur padahal berhasil ditangkap sebelumnya dan sekarang lelaki itu berakhir di rumah sakit dalam kondisi sekarat karena kecelakaan maut yang terjadi beberapa saat lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Delacey tidak berhenti mengeluarkan umpatan dari bibirnya sejak Oscar kabur padahal berhasil ditangkap sebelumnya dan sekarang lelaki itu berakhir di rumah sakit dalam kondisi sekarat karena kecelakaan maut yang terjadi beberapa saat lalu.

Masih ada kata beruntung karena lelaki itu diberikan kesempatan bernapas. Hanya saja kondisinya kritis dan tidak sadarkan diri bahkan dokter berkata peluangnya untuk tetap hidup tidak banyak. Walaupun koma, polisi masih tetap berjaga di depan ruang gawat darurat, tempat Oscar berusaha diselamatkan.

"Fucking hell. Polisi gak becus! Kenapa bisa kabur sih?!" Adalah makian frustrasi kesekian kalinya dari Delacey yang bersender di mobil di parkiran basement rumah sakit. Sementara Jeaven hanya terdiam dengan rahang mengeras. Ia tidak mengerti mengapa situasi menjadi semakin runyam.

"Fuck." Delacey mengumpat lagi sembari mengeluarkan sebungkus rokok hitam dari sakunya. Baru saja ia mengambil sebatang dan menggigit di sela-sela bibir, benda itu sudah langsung dirampas oleh lelaki di sampingnya, "Sial. Kembaliin!"

"Gue udah bilang berhenti merokok," kata Jeaven seraya merebut sebungkus rokok Delacey. "Lagian..." Jeaven menatap rokok di tangannya. "Lo dapet ini di mana?"

"Punya lo," sahut Delacey. "Gue ketemu di lantai kamar tadi pagi. Lo aja masih ngerokok, gak cocok ngelarang gue."

"Nih." Lagi-lagi Jeaven memberikan permen lolipop yang sering lelaki itu berikan. "Gue udah berhenti merokok. Lo mau berhenti kalau gue juga berhenti 'kan? Fine. Gue gak bakal berurusan lagi dengan benda ini."

"Sekali ini aja," pinta Delacey. "Gue butuh ini at least cegah gue gila, Jev. Rasanya kewarasan gue udah makin tipis since that fucking asshole ran away dan got into an accident! Padahal dia harapan satu-satunya buat gue tau siapa orang yang mau bunuh gue. Please, kasih gue satu batang aja."

Jeaven menggeleng. "No. Cigarettes are not fucking good for your health, Lady."

"Fuck health. Gue lebih baik mati karena kebanyakan nikotin daripada dibunuh sama orang gila."

"No one can kill you. No one can hurt you."

"Stop talking shit, Jev. Lo bahkan gak tau siapa yang coba ngincer dan mau bunuh gue. Lo gak tau itu dan gimana bisa lo lindungi gue kalau lo juga gak tau musuh gue. Jadi stop berpikir everything's going go be okay because it's not." Mata Delacey mulai berkaca-kaca. "Hidup gue emang nyebelin dan nyakitin tapi gue gak mau mati, Jev. Gue... gue gak mau berakhir kayak... kakak gue. Gue gak mau—"

Ucapan Delacey langsung terhenti ketika Jeaven langsung menyambar bibir cewek itu dengan miliknya. Lelaki besar itu juga mendekap Delacey erat, mengelus-elus rambut bergelombang cokelat itu sementara tangan satunya lagi memegang lembut pipi milik lawan ciumannya.

Ciuman kejutan itu berjalan beberapa detik sampai Jeaven melepaskan tetapi tidak dengan pelukan yang senantiasa bertahan.

"Beli es krim yuk?" ajak Jeaven di tengah-tengah mereka berpelukan.

Seberat apapun cobaan dan masalah, terkadang es krim bisa menjadi solusi untuk mencairkan sejenak rintangan yang tengah dihadapi dan Delacey tidak menolak itu.

Hingga dua orang dengan seragam sekolah yang masih dikenakan berakhir di dalam café ice cream terkenal yang berada di pusat perbelanjaan tengah kota. Jeaven hanya memesan secup es krim vanila sementara Delacey membeli begitu banyak varian rasa es krim di cupnya.

"Lebih enak dari rokok 'kan?"

Delacey hanya diam sambil menyuapi mulutnya dengan es krim segar tanpa merespons pertanyaan laki-laki di sampingnya. Pandangan cewek itu juga entah kemana, intinya pikirannya kalut dengan banyak hal di dalamnya.

Delacey memikirkan kembali ucapan Sakura barusan saat ia melabrak cewek itu sembarangan. "Lo pikir cuma gue yang benci sama lo? Look at you, bitch. You need some fucking mirror. Satu sekolah ini bahkan gak suka sama lo, Delacey. Lo lupa kalau lo sering nindas orang-orang di sekolah cuma karena gak sengaja bikin kesalahan sama lo? You are a bully. Wajar kalau ada yang dendam dan mau bunuh lo, bitch."

Delacey marah sekali dengan ucapan Sakura.

Marah karena ucapan cewek itu benar.

DELACEY & HER GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang