Baru beberapa hari Kirman berada di Asgard, sudah terlihat jelas hasil pembangunan yang ia lakukan. Mulai dari bangunan hingga taman-taman, dirinya benar-benar merubah kondisi Asgard.
Tentu saja Megi membantu pria itu saat mengumpulkan bahan-bahan untuk pembangunan, di mana dirinya juga bisa berlatih kekuatan di saat yang sama.
"Jujur saja, Megi. Aku memang mempercayai dirimu, namun tidak cukup untuk membuat diriku yakin dalam masalah hubungan." Kirman menghela napas. "Kau tidak perlu menungguku terus, Megi. Aku yakin kau akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan diriku."
"Hei ...." Megi kemudian meletakkan tangan kanannya di pipi kiri pria manis itu sebelum tersenyum tipis. "Aku tidak masalah harus menunggu selama apapun itu, asalkan aku bisa terus menjagamu. Kau tidak tahu bukan betapa banyak orang luar biasa yang telah aku temui? Namun yang aku mau hanya kau, Kirman!"
"Berhentilah terobsesi kepadaku, Megi ...."
Megi pun terdiam mendengar perkataan Kirman, lidahnya terasa kelu. "Apakah ... apakah senantiasa bersamamu adalah suatu obsesi bagimu ... Kirman?"
Kirman pun menunduk. "Aku takut kau akan kecewa padaku seiring berjalannya waktu, aku tidak sebaik yang kau kira, Megi."
"Memangnya aku pernah mengatakan bahwa kau adalah seseorang yang sempurna dan memiliki kebaikan tidak terbatas, hm?" tanya Megi gemas sembari mencubit pelan pipi pria itu. "Aku tahu kau itu manusia, aku tahu kau juga memiliki keburukan yang mungkin tidak aku ketahui. Aku juga manusia, sama seperti dirimu. Semua orang pasti melakukan kesalahan di masa lalu, tidak ada yang sempurna."
Kedua manik biru itu perlahan nampak berkaca-kaca, pemuda itu masih diselimuti oleh perasaan takut dan khawatir. "Jangan terlalu baik kepadaku, Megi .... Aku takut ... suatu hari aku malah menghancurkan hatimu itu ...."
Megi pun tertawa. "Kau tidak usah terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang bahkan mungkin tidak pernah terjadi, Kirman. Sudahlah, ayo kita kembali ke Asgard untuk menyimpan semua bahan yang telah kita dapatkan ini."
Pemuda itu tentu tahu, dirinya harus segera mengalihkan topik pembicaraan mereka. Dirinya tidak mau pria itu sampai memikirkan perasaannya, dirinya sendiri bahkan hanya pernah sekali mengatakan hal itu kepada Kirman.
Ia tidak mau pria itu menerima dirinya hanya karena merasa terpaksa atau tidak enak kepadanya, itu sama saja dirinya melukai pria itu secara perlahan.
Dirinya juga sangat paham bahwa pria itu membutuhkan waktu, hubungan adalah sesuatu yang tidak dapat disepelekan.
Terkadang saat dirinya menatap pria manis itu, terdapat gejolak dalam dirinya yang menginginkan pria itu menjadi miliknya seutuhnya. Ingin sekali rasanya dirinya memeluk erat pria itu, menghirup aroma kayu manis yang entah kenapa senantiasa tercium dari tubuh pria itu.
Sepasang mata biru jernih itu senantiasa memberikan ketenangan setiap kali dirinya menatap mereka, juga rambut coklat yang senantiasa rapi itu.
Megi kemudian menggeleng, mencoba menyingkirkan bayang-bayang Kirman yang muncul di benaknya. Dirinya tidak boleh melakukan hal itu, itu sama saja dengan melukai Kirman. Pria itu bukanlah suatu objek fantasi.
"Kau baik-baik saja, Megi? Aku perhatikan ... sejak tadi kau beberapa kali menggeleng. Kau bisa menceritakannya kepadaku, jika kau tidak keberatan."
"Tidak apa-apa. Terima kasih atas tawaran itu, Kirman"
T. B. C.
So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN [Completed]
FanfictionMain cast : Megi (Megane) BxB area! Brutal Legends Universe! Tidak perlu pengakuan dari semesta untuk menyatukan dua insan, cukup keduanya yang mengetahui sebesar apa asmara yang bergejolak di dalam relung hati mereka. Dari hina menjadi terhormat, b...