- 14

1.5K 250 102
                                    

"Dia tidak ada!" Jokertu berseru. Jokertu menampik ide untuk mencari Gempa pada bagian planet Quabaq yang bahkan tak terpetakan.

Kapten Separo menggagaskan rencana besar; mencari Gempa ke setiap ceruk arena gubuknya, ke kaki gunung di sekitar taman dimana Hang Kasa dulunya berlatih Taekwondo atau apalah.

"Kemana anaknya si Hang Kasa itu pergi!" Sebuah teriakan yang menjadikan burung-burung kabur dari dahan pohon tergelontorkan dari mulut seorang raksasa badut berhidung tomat mengkilap.

Jugglenaut memutuskan dia akan membesarkan ukuran tubuhnya supaya pengelihatannya sampai ke sudut-sudut terjauh dataran tinggi Quabaq. Tapi, alih-alih menemukan Gempa, Jugglenaut malahan hampir menginjakku sebanyak enam kali. Disinyalir, tiga kalinya merupakan ketidaksengajaan, dan tiga sisanya diperbuatnya karena aku menentang usulan mengenai ancang-ancangnya meremukkan tubuh Halilintar. Aku tidak sepenuhnya membela Halilintar. Hanya saja, alien tolol itu terlalu menyebalkan—lagi pula, ucapanku sebagian bersifat empiris, sebab meninjau dari masa lalu mereka, Jugglenaut jelas-jelas dipecundangi oleh satu varian Boboiboy bernama Halilintar. Artinya, secara kelas afinitas, Halilintar mengungguli Jugglenaut, dan meskipun ini sudah bertahun-tahun semenjak Halilintar mempermalukannya, fakta barusan mustahil dielak.

Aku mendongak mewajahi langit. Kulit tanganku berwarna kemerahan, sebab aku terlalu banyak terpapar sinar ultraungu. Tidak ada bintang bernama matahari di Quabaq, namun Quabaq memiliki satelitnya sendiri. Satelit berupa bintang. Agak aneh. Tapi itu betulan bintang, karena dia memancarkan cahayanya sendiri, bukannya memantulkan cahaya bintang lain melalui permukaan gasnya. Satelit Quabaq terdiri dari plasma panas bercampur medan magnet. Diameternya tak sebesar matahari, melainkan setengahnya. Bentungnya bundar, kuning, berorbit elips, dan memuntahkan sinar ultraungu—selayaknya matahari, dengan kromosfer penuh reaksi fusi nuklir. Makanya satelit Quabaq menghasilkan sinar ultraungu.

Sebagian besar materi satelit Quabaq berkumpul di tengah, sementara sisanya memipih menjadi cakram. Bentuknya elok. Kami mencari Gempa di bawah panasnya satelit terang-benderang itu, hingga langit malam telah tiba.

Aku melihat Frostfire berjongkok pada lubang yang digali oleh spesies tikus mondok berhidung mirip babi ternak, tapi mulut lubangnya dilindungi oleh tumpukan ranting pohon berkabium bak rumah berang-berang di atas aliran sungai. Frostfire memasukkan kepalanya ke terowongan bawah tanah di balik lubangnya, menoleh ke segala arah, mencari Gempa di kandang hewan.

Lehernya bergerak ke kanan serta kiri di bawah tanah, dan Frostfire berteriak nyaring dengan suara bergema, "Halo? Gempa? Kamu bisa mendengarku? Gempa? Oh! Halo Tuan Tikus Mondok, dan ah! Ya ampun, selamat malam Tuan Cacing Tanah."

Kemudian Frostfire mengangkat kepalanya ke atas tanah. Rambutnya telah dipenuhi ceceran tanah kering. Oleh karena itu, Frostfire mengguncangkan kepalanya sama seperti kucing yang membersihkan air di bulu basahnya.

"Gempa? Gempaaaaa?" Frostfire menegakkan lututnya, dan kembali mencari di semak-semak weigela berbunga putih, naik ke dahan pohon dan mengagetkan burung beserta kelima anaknya di sangkar, menginterupsi seekor rusa yang sibuk tertidur di sisi bawah lembah, bertanya pada ikan-ikan Molly pada oasis kecil di tengah hutan.

Dan akhirnya, setelah melompat kesana kemari seperti bekantan, Frostfire berjongkok ke sisi hilir sungai, "Halo, Tuan Kodok, apa kamu tahu kemana Gempa pergi?"

Frostfire mendaratkan telapak tangannya ke atas tanah. Bukan sulap, bukan sihir, bintang ordo vertebrata itu melompat ke telapak tangannya Frostfire, lalu Frostfire mensejajarkan tangannya ke dagunya, "Apa? Kamu tidak melihatnya?"

Frostfire mengangguk-angguk ketika si katak mengeluarkan dengungan-dengungan kloaka jantan. Lalu, Frostfire bicara lagi, "Apa? Kamu tidak sekali pun melihat Gempa? Oh, begitu. Baik. Aku mengerti. Tunggu. Apa katamu tadi? Hang Kasa? Kamu justru menyaksikan Hang Kasa pergi ke sini dan mampir ke pondoknya?"

Boboiboy x Reader | The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang