Malam ini, akan menjadi lebih buruk dari sekedar keinginan untuk tidur yang tidak terpuaskan. Lima belas menit terlewat dan Liera masih sibuk dengan minuman yang senantiasa selalu Leo tuangkan untuknya. Percakapan kecil terjadi sebab Leo selalu memiliki topik untuk ia lontarkan, dan itu juga selalu dijawab seadanya oleh Liera.
Sekilas, Liera melirik dan melihat Leo tersenyum begitu ramah padanya. Sontak membuat wanita itu kembali dengan lagunanya. Jika aku melarikan diri, bukankah aku tak akan bertemu pria ini?
Cukup lama Liera memandangi pria itu dengan air wajah innocent-nya. Di saat ia meneguk kembali segelas wine ditangannya, tanpa sadar pun Liera masih saja memandanginya. Karena perkara sialan yang terjadi beberapa menit lalu, Liera seketika saja mendengus kasar.
Tidak, kami akan tetap bertemu lagi, seolah-olah itu memanglah hubungan buruk yang tak dapat dihindari. Tanpa kemauannya atau kemauanku sendiri.
Bertemu dengannya adalah antara kebetulan dan keniscayaan. Mungkin hal itu memang tidak bisa dihindari.
Mulanya, Liera kira itu tak bermasalah selama dia tak mengusik tentang hal itu, tak mempercayai adanya kebetulan yang datang berkali-kali. Namun, dengan berbagai hal yang telah Leo tunjukkan padanya, terlalu bodoh pun terkesan tolol jika ia tak menyadarinya.
Jadi, puncaknya adalah malam ini. Ketika Liera datang ke mansion Tuan Muda Vantkoo dan diberikan petunjuk secara terang-terangan, Liera sudah tak dapat menutup mata lagi. Ia yakin beribu-ribu persentasenya akan tetap menunjukkan jika Leovant Koo Evanisto merupakan reinkarnasi dari Evanisto, sosok Malaikat yang jatuh cinta pada wanita Iblis itu.
Liera sempat menutup mata dengan mempercayai adanya sifat yang bertolak belakang. Namun, Liera kini sadar. Semua bisa berubah, sifat maupun sikap manusia, termasuk dengan mereka berdua. Itu tidak akan menutup kemungkinan besar tersebut.
Jadi, ketika Liera mengingat kembali hari itu, cuacanya dingin karena saat itu awal musim dingin, dan mungkin karena itu, menjadi salah satu hari di mana ia merasa tidak enak badan. Bermain api dengan pria yang tidak pernah ia duga akan ia temui lagi. Dampaknya begitu besar hingga kehidupan berubah secara tak terduga. Meskipun hidup Liera tidak pernah berjalan sesuai keinginannya, bukankah ini terlalu keras?
Leo melirik ke arah Liera. Menyadari jika wanita Iblis itu tengah menahan rasa kalut yang mendalam. Terlihat jelas ketika Liera berusaha menutupi dengan terus meminum wine yang Leo tuangkan. Entah sudah kali keberapa Leo menuangkannya sampai-sampai membuat wanita itu hampir hilang kesadaran. Leo menghela napas gusar, mengambil wine terakhir sebelum Liera menghabiskannya.
Liera menatapnya lugu, lalu mulai merengek meminta dikembalikan. Namun Leo tetap menjauhkan wine itu dari jangkauannya. Terkesan sangat lucu, sebelumnya Leo memberikan wine berharap Liera segera hilang kesadaran, dan di saat wanita itu sudah cukup tak sadarkan diri, Leo malah mengambil wine terakhirnya.
"Sudah cukup, Nona," ucap Leo lembut pun terkesan peduli.
"Berikan padaku, Tuan Malaikat! Sebelumnya kau tak mempermasalahkan ini, 'kan? Kenapa tiba-tiba kau ingin kembali menjadi pria baik, huh!?"
Entah mengapa perkataan Liera yang terkesan mengigau itu seolah memiliki artian yang berbeda dari keadaan di saat ini. Mungkin bisa jadi karena Leo yang mengambil wine-nya atau mungkin karena sikap Leo yang menjengkelkan dan tentunya tolak belakang antara sifat yang dimilikinya saat ini dan dulu kala.
"Evan ... kau masih saja tampan. Tapi tidak dengan sikap itu. Kau sangat dingin, congkak, angkuh, tetapi tetap berhasil membuatku jatuh cinta," ungkapnya benar-benar mengigau. "Sejak awal, aku melihat sosok itu ada pada dirimu. Akan tetapi, aku menutup mata. Tak ingin percaya dengan sifat maupun sikapmu yang sangat bertolak belakang. Aku sempat bersikeras mengatakan pada diriku sendiri, jika kalian berbeda. Lalu sampai di mana kau mulai memberikanku petunjuk.
Bodoh jika aku tetap diam seolah kau bukanlah dia. Evan, aku ...." Liera menatap hazel itu penuh kepedihan. Menatapnya sampai memperlihatkan kilat heterochromia miliknya.
Leo menatapnya, kosong untuk beberapa saat. Lalu memejam seolah tengah terkena sihirnya. Cukup lama napas pria itu berembus tak beraturan. Namun tiba-tiba saja sudut bibirnya tersungging. "Kau pikir bisa merasukiku? Evelie, kau masih saja sama. Sama sekali tidak berubah. Kau pikir aku akan jatuh hanya dengan trik semacam ini?"
Napasnya sesak. Liera panik. Efek tubuhnya datang lebih cepat. Ia bingung mengapa ini bisa terjadi padanya sebelum waktu yang sudah diperkirakan. Atau mungkin karena sihirnya telah gagal? Ini merupakan pertama kalinya ia gagal dalam menggunakan sihir.
Liera merogoh ponselnya, melakukan panggilan darurat. Jangan bertanya perihal satu-satunya sosok yang ia masukkan ke daftar panggilan darurat, tentu saja tunangan sekaligus pria yang selalu ada untuknya, Lavyles Niki Elcount.
Hanya perlu hitungan detik, bel berbunyi menandakan kedatangan seseorang, bukan untuk bertamu melainkan untuk mengambil wanitanya. Niki masuk begitu saja setelah pintu dibukakan oleh seorang ahjumma sang pelayan di sana. Leo menatap kedatangan Niki yang langsung memeluk wanita itu, ingin membawanya pergi begitu saja.
Leo tidak menghalangi dengan gerakan apapun, namun bibir sialannya mulai berulah. "Apa kali ini, kau akan menggunakan konsep pria baik-baik?" ucapnya membuat Niki menghentikan langkah. "Lavyles Niki Elcount, Tuan Muda? Jadi, keluarga mana yang mau mengakuimu menjadi anak mereka? Wah, cukup mengesankan, Vy? Bukankah keberuntungan sudah memihak padamu? Lalu mengapa kau masih ingin aku bertemu dengannya?
Mempertemukan kami? Don't act nice, Man. Sungguh, itu tak cocok denganmu."
Niki menatapnya tajam. Memeluk erat wanita digendongannya. Terlihat jelas jika Niki ingin memperlihatkan kedekatannya dengan Liera. Sekejap Niki tertawa pelan. "Kau cukup pintar rupanya. Evan, lama tak jumpa. Aku tak tanya kabarmu, tetapi aku baik.
Jujur saja, aku tidak sok baik padamu. Tetapi aku memang selalu baik padanya. Tidak untukmu, tapi untuknya. Bagaimanapun juga, Moon Goddess selalu menginginkan pertemuan kalian berdua. Jadi, aku hanya ingin membantu-Nya."
Kepala Liera berdenyut semakin kencang. Ia tak tahu apa yang sedang mereka ributkan. Bukan tak peduli, hanya saja efek samping dari sihirnya seolah telah menggerogoti seluruh sel tubuhnya. Bahkan ketika Niki mencoba untuk menutup telinganya, sungguh itu tak berarti apa-apa. Mulanya memang ada setitik rasa penasaran yang bergejolak, namun tetap terkalahkan dengan kondisinya yang semakin lama semakin resah.
"Biarkan dia tinggal di sini untuk malam ini. Ingin membawanya pulang? Memangnya kau punya penawar untuk penyakit itu?"
"Ini bukan penyakit, Evan!" Niki membentak tak terima. Untuk sejenak, ia menolehkan pandangan dari Leo, lalu menatap wanita yang merintih kesakitan di pelukannya. Tubuh mungil itu menggigil, bergetar semakin kuat.
"Kau benar, itu bukanlah penyakit akan tetapi kutukan," pungkas Leo kembali menyunggingkan senyum di sudut bibir tebalnya.
"Kau—!"
"Apa aku salah? Biarkan dia tinggal, dan aku akan berikan penawarnya."
Niki mendengus kasar. "Dengan darahmu? Bukankah itu malah akan semakin membakar tubuhnya?"
"Kau tahu apa tentang itu, huh!? Semua bisa berubah, Vy," pungkas Leo seraya tersenyum licik. "Bukankah aku sudah memperingatimu? Jangan sok baik. Kau harusnya beruntung aku tak mengusik apa yang memang sudah seharusnya menjadi milikku ketika masih berada di wilayahmu. Namun, ketika kau memilih untuk mempertemukan kami, aku anggap kau menyerah untuk memperjuangkannya.
Biarkan dia tinggal, saat ini dia sudah cukup menderita untuk menunggu lebih lama lagi." Niki menunjukkan amarah yang tertahan. Terlebih dengan apa yang Leo ucapkan setelahnya. "Dia lebih membutuhkanku daripada dirimu, Vy."
Haruskah novel menarik itu berisikan kisah cinta penuh kebahagiaan? Mendebarkan dan juga membara? Jika, iya. Bukankah kehidupan Liera tak pantas masuk ke dalamnya? Tidak. Apapun itu tak akan mempengaruhi apapun. Sebab ini merupakan kisah tentang seorang wanita yang mengetahui bahwa seorang pria lebih berbahaya daripada siapa pun di dunia, tetapi tidak punya pilihan selain masuk ke wilayahnya.
𝐒𝐎𝐕𝐄𝐋𝐘-𝐆𝐋𝐎𝐖 𝜗𝜚˚⋆ ©nadhealeer_
KAMU SEDANG MEMBACA
Lilith • Leo Xodiac ✔
FanfictionE-book project X-BLISS' author by [SOVELY-GLOW 𝜗𝜚˚⋆ ©nadhealeer_] A Lee Ou Yin fanfiction. [A. Romance Fantasy Dark Angst] ִֶָ𓂃 ࣪˖ ִֶָ་༘࿐ Evelie Ra Mashmell. Definisi dari rasa sakit yang sesungguhnya. Umumnya, setiap wanita ingin diakui atas se...