11. Mie Gacoan

221 30 2
                                    

Aina goleran di atas kasur sambil nonton drakor dari layar HP-nya. Weekend seperti ini, hobinya adalah bersantai. Aina sedang menonton 30 Days. Film Korea tentang pasangan suami istri yang kehilangan ingatan sebulan sebelum proses perceraian. Dua orang yang awalnya ingin berpisah, jatuh cinta lagi setelah memori buruk tentang hubungan mereka menghilang.

Aina menopang dagunya sambil menatap wajah Kang Haneul yang entah kenapa semakin lama semakin tampak menyebalkan. Artis Korea itu mirip bentuk wajahnya dengan tukang ojek yang meminta nomor HP-nya seminggu yang lalu. Tukang ojek kurang ajar yang ghosting begitu saja setelah membuat dia baper. Tukang ojek yang bahkan Aina tidak tahu siapa namanya.

"Kenapa kamu mau balikan sama dia! Cerai aja!" ketus Aina terbawa emosi. Ingin rasanya dia tonjok saja Kang Haneul yang menyebalkan dan tidak tahu diri.

Pop up pesan muncul di layar ponselnya. Ada pesan masuk dari bestie-nya, tetangga sebelah rumah, Agmi, istrinya Bang Reno, sepupu Aina.

Bestie_Agmi
Sis, aku lagi pengen makan orang.

Aina tertawa kecil membaca chat Agmi. Mereka berdua memang punya cukup banyak kesamaan makanya bisa berteman baik. Bahkan bahkan saking akrabnya, kerap kali tanggal menstruasi mereka sama atau berdekatan. Karena sekarang ini Aina sudah merasakan gejala premestruasi sindrom alias PMS, maka Aina menebak Agmi juga merasakannya.

Aina-chan
Kok sama PMS ya? Ayo kita makan Gacoan aja gimana?

Bestie_Agmi
Boleh juga tuh! Aku ajak Shifa ya.

Aina-can
Okey, naik mobilku aja ya. Aku keluarin sekarang.

Aina menutup ponsel lipatnya lalu mengambil tas. Setelah melihat ATM, SIM dan kunci mobilnya ada di sana Aina bergegas ke garasi. Hanya memakai kaos oblong dan celana pendek selutut, Aina merasa dia tidak perlu mengganti baju hanya mengenakan hodie Balenciaga yang modelnya bolong-bolong. Kakeknya Prof Sumarto pernah memakai saat Aina mengenakan hodie ini ke arisan keluarga.

"Aina! Kenapa kamu sekarang kayak gembel!"

Aina berdecak kalau mengingat kejadian itu. Dasar kakek nggak punya selera fashion! Nggak tahu aja dia kalau hodie  rajut ini harganya 27 juta. Aina saja sampai hampir kehabisan stok karena langsung sold out barangnya begitu dirilis.

Aina menyalakan Lamborghini kesayangannya dan mengeluarkannya dari garasi dengan hati-hati. Dia memencet bel agar Pak Rozali, satpamnya yang suka ketiduran membukakan pintu pagar. Benar saja pria tua itu muncul dengan air liur yang masih belum dilap. Tergopoh-gopoh dia mendorong pagar untuk Aina.

"Hati-hati, Non!" sapa pria itu sambil memberi hormat ala militer. Aina memelas singkat sambil tersenyum kecil kemudian berhenti tepat di depan rumah. Dia menekan tombol klakson sekali lagi agar tetangga sebelah rumah keluar.

Agmi muncul dari dalam rumah dengan menggendong Shifa. Si Anak perempuan cantik dalam pelukannya. Bayi kecil itu menyapa Aina dengan riang gembira. Dia belum bisa bicara tapi senyumannya itu lucu sekali, membuat Aina ingin menguyel-uyel pipinya.

"Siapa yang pengen kamu makan?" tanya Aina.

"Siapa lagilah. Sudah pasti abangmu!" ketus Agmi.

Aina tertawa saja. Padahal sebelum punya anak Agmi dan Reno sangatlah romantis serasa dunia milik berdua saja. Ternyata, setelah anak pertama mereka lahir mereka sama saja dengan pasangan suami-isteri pada umumnya.

"Kenapa lagi dia?"

"Aku mau ganti susu lagi nggak boleh sama dia. Aku mau beli Nutrinidrink."

Aina terdiam sejenak. Aina sebenarnya mengerti apa yang dirasakan sepupunya. Agmi terlalu sering gonta-ganti suform. Sebagai dokter anak, Aina tahu bahwa ini bukanlah tindakan yang baik. Pemilihan sufor yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan fungsi dan organ tubuh seperti diare, batuk dan bahkan sesak napas karena alergi. Namun sebagai sahabat yang baik, tentunya, Aina harus berada di sisi Agmi.

"Kenapa kok dia begitu?"

"Tahu tuh, padahal murah kok. 1jt 1800 gram. Aku cuman beli 10 kotak aja. Aku cuman pengen nyoba aja karena kata orang-orang di Puskesmas itu susu buat BB cepat naik."

Aina melongo. Agmi memang sedikit berubah setelah menikah. Padahal Agmi yang dulu suka mikir seribu kali hanya untuk beli menjes, tapi kini dia bisa menghabiskan uang 10 juta sekali belanja saja. Dia sangat sensitif terutama kalau soal Shifa, bayi kecilnya. Yah, Aina paham kenapa sepupunya marah. Uang sebanyak itu memang tergolong murah bagi keluarga Prawirohadjo. Tapi kan mubazir beli susu sebanyak itu kalau akhirnya nantik tidak dipakai. Belum tentu Shifa cocok menggunakan susu itu. Harusnya, Agmi membeli sekotak kecil dulu dan dievaluasi hasilnya selama beberapa hari.

"Ah, lebay juga Bang Reno. Cuman sepuluh juta ini," ucap Aina membela Agmi.

"Ya, kan!" Ibu satu anak itu memoyongkan bibir.

Aina tersenyum kecil saja. Yah, lebih baik dia tidak mengompori ataupun ikut campur urusan rumah tangga sepupunya itu. Mobil mereka berhenti di tempat parkir Gacoan yang luas. Warung mie ekstra pedas itu hanya berjarak 100 meter dari rumah Aina dan Agmi.

Ketika turun dari mobil. Aina melihat barisan ojol yang duduk santai dan mengantri di depan dapur terbuka Gacoan. Netra, Aina fokus pada satu wajah yang dikenali. Si tukang ojek sialan itu!

***

Hahahaha! Rasain lu, Bib. Halo guys! Alex di sini. Ketemu lagi ya kita. Penasaran nggak nasib Habib gimana? Sampai jumpa Minggu depan yak. Jangan lupa beli chapter Mamiku di Karyakarsa seharga bayar parkir Mie Gacoan saja! Btw, chapter ini tidak diendors oleh mie Gacoan... Huhuhuhu. Aku pengen makan Gacoan.

Terpaksa Menikahi Dokter 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang