Setelah Ria dan Alex melakukan hubungan di meja makan
"Mbak, aku harus kerja dulu," bisik Alex pelan, seolah tak ingin mengganggu ketenangan yang baru saja tercipta.
Alex segera naik ke kamarnya untuk bersiap-siap pergi, meskipun keinginannya untuk meliburkan diri sangat besar. Namun, tanggung jawab pekerjaan memaksanya tetap harus menghadiri meeting penting di luar. Setelah selesai bersiap, Alex turun ke bawah dan melihat Ria sedang menyusui Kai, bayinya, di ruang keluarga. Pemandangan itu sejenak membuatnya terhenti.
"Mbak, aku harus pergi," katanya dengan nada menyesal.
"Hati-hati, Lex," jawab Ria lembut, mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya.
Sebelum pergi, Alex mendekat dan dengan cepat mencium bibir Ria. Tangannya dengan lembut menyentuh bagian atas tubuh Ria, membangkitkan perasaan yang belum lama ini mereka lepaskan. Meskipun hanya sebentar, momen itu cukup untuk menyalakan kembali api yang baru saja mereda.
Alex akhirnya berlalu, namun Ria mengantarnya hingga ke depan pintu dengan Kai di pelukannya. "Mbak, nanti malam kita harus melakukannya lagi," bisik Alex dengan nada penuh hasrat, memeluk Ria erat sebelum benar-benar pergi.
Setelah Alex pergi, Ria kembali masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang campur aduk. Ada sesuatu yang aneh yang mulai merasuk dalam dirinya—ketakutan, keraguan, dan rasa bersalah yang semakin menguat. Meski tubuhnya masih bisa merasakan jejak sentuhan Alex, pikirannya mulai dipenuhi dengan kekhawatiran akan konsekuensi dari hubungan terlarang ini.
Malam itu, Alex pulang lebih cepat dari biasanya. Lampu rumah masih menyala terang, menandakan bahwa Ria belum tidur. Dengan hati-hati, Alex menaiki tangga menuju kamar Ria, langkahnya perlahan namun pasti, dipenuhi keinginan yang tak bisa ditahan.
Di depan pintu kamar, dia melihat Ria sedang menggendong Kai yang hampir terlelap. Pemandangan itu membuat hatinya berdesir. Tanpa berkata apa-apa, Alex mendekat dan memeluk Ria dari belakang, merasakan kehangatan tubuhnya yang menenangkan.
“Lex…” bisik Ria, suaranya lembut namun terdengar sedikit cemas.
“Aku harus menidurkan Kai dulu. Lepas, Lex,” Ria mencoba melepaskan pelukan Alex, meskipun hatinya terbelah antara tanggung jawab sebagai ibu dan godaan yang ada di hadapannya.
“Santai saja, Mbak,” jawab Alex, suaranya dalam dan tenang. “Waktu kita masih panjang.” Dengan penuh gairah, dia mulai mencium leher Ria, perlahan-lahan, sementara tangannya tetap memeluknya erat pinggang Ria.
Ria hanya bisa merasakan sentuhan Alex yang semakin intens, dan di saat yang sama, dia berusaha keras untuk tetap fokus menidurkan Kai. Suasana di kamar itu menjadi semakin intim, dengan keheningan malam yang menambah keintiman yang mereka bagikan. Namun, di balik setiap sentuhan, perasaan bersalah dan ketakutan mulai menyelinap dalam pikiran Ria, membuat segalanya terasa lebih rumit dan berbahaya.
Setelah beberapa saat, Alex akhirnya menarik diri dan mengatakan dengan lembut, “Mbak, aku mandi dulu. Jangan lupa ganti pakaian Mbak dengan lingerie, ya.”
Dia memberi Ria satu tatapan penuh hasrat sebelum beranjak dari kamar. Ria, masih memegang Kai dengan lembut, menatap kepergian Alex dengan perasaan campur aduk. Ketika Alex meninggalkan kamar, Ria mulai merasakan ketegangan dalam dirinya semakin menguat.
Setelah Alex masuk ke kamar mandi, Ria menenangkan Kai yang akhirnya tertidur dengan tenang. Sambil berusaha menenangkan hatinya, Ria mulai berpikir tentang permintaan Alex dan bagaimana harus melanjutkan malam ini. Dia tahu bahwa saat ini adalah saat yang penuh gairah dan tantangan, dan keputusan berikutnya akan menentukan arah hubungan mereka selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Lies : Affair With Brother-in-Law 21+
Roman pour Adolescents21+ Ria, seorang ibu tunggal, berjuang mengasuh bayinya dan menghadapi trauma masa lalu. Alex, adik iparnya, jatuh hati padanya, tetapi Sheila, adik tiri yang ambisius dan penuh rahasia, berusaha menghancurkan hidupnya. Dalam intrik cinta dan keboh...