23

10.1K 1.1K 187
                                    

Typo.
Vote dulu lur, matursuwon.

________________________

Selamat membaca.
__________________________

Di koridor rumah sakit, pandangan Antares tidak hentinya menatap tangan yang berlumuran darah Darga itu. Dirinya terisak kuat akibat melihat kondisi Darga yang dikatakan sangat parah. Antares belum menghubungi kedua orangtua dan kakaknya, takut jika kondisi Celvin semakin turun.

Bunyi ponsel membuat atensinya teralihkan, tertera nama daddynya.

Pak Bos
00.01

"Ke rumah sakit Purasena, Res. Aa' kamu kejang."

Suara daddynya itu begitu panik di sebrang sana. Belum sempat ia menjawab, panggilan itu sudah terputus sepihak. Cobaan apalagi ini? Menyandarkan punggungnya pada dinding rumah sakit, air matanya terus meluncur tidak mau berhenti.

Derap langkah kaki tidak Antares hiraukan, sampai panggilan seseorang membuatnya semakin merasa bersalah.

"Om....." Tubuh Antares didekap oleh Dikta yang baru saja datang.

Seketika itu juga, Antares kehilangan kesadarannya.

______________________________
______________________________

Darga mengerjapkan matanya, seluruh tubuhnya terasa sakit semua. Menelisik sekitar dan ia baru sadar jika dirinya saat ini berada di rumah sakit. Tubuhnya banyak sekali dibalut perban, mencoba mengingat apa yang terjadi padanya.

"Gue kira, gue udah mati." Gumaman yang sangat pelan meluncur begitu saja dari belah bibirnya.

Bola matanya bergulir ke samping, mencari keberadaan seseorang, namun nyatanya ruangan itu sepi tanpa ada yang menemaninya. Tidak lama, pintu ruangan terbuka, menampilkan Daksa yang datang dan terkejut saat melihatnya yang sudah sadar.

Langkah kaki itu berlari ke arahnya dan langsung memeluk tubuhnya dengan pelan.

"Akhirnya kamu sadar, papa takut, bang," Ujar Daksa dengan haru.

Darga hanya diam, menatap seseorang yang telah melahirkannya itu. Papanya itu terlihat seperti orang yang tidak mandi beberapa hari karena penampilannya terlihat kucel dengan rambut berantakan dan kantung mata menghitam.

"Abang kenapa? Kok diem aja? Ada yang sakit, nak?" Darga menggeleng mendengar pertanyaan Daksa. Perlahan tangannya akan melepas masker oksigen yang bertengger di hidungnya, namun ditahan oleh Daksa.

"Jangan dulu, nunggu perawat atau dokternya. Abang mau minum?" Daksa membenarkan kembali posisi masker oksigen Darga.

Darga mengangguk, sedikit mendesis akibat kepalanya yang tiba-tiba sakit.
"Jangan banyak gerak dulu, kamu habis operasi diperut sama kepala kamu dijahit. Kaki kamu juga patah."

Penjelasan Daksa membuat Darga tertegun, separah itu kecelakaan yang menimpanya? Boleh kah Darga merasa bersyukur dirinya selamat? Tidak bisa membayangkan jika ia tidak selamat dalam kecelakaan itu. Membayangkannya saja membuat tubuhnya jadi merinding.

__
______________________________
__

Sudah beberapa hari dirawat, Darga sama sekali belum bertemu dengan Celvin, padahal ia sudah rindu sekali dengan kekasihnya itu. Saat ia bertanya pada Antares, sahabatnya itu hanya mengatakan jika Celvin masih sakit dan belum bisa bertemu dengannya.

Bicara soal Antares, Darga jadi teringat tentang masalah yang mengganggu pikiramnya akhir-akhir ini dan yang menyebabkan dirinya kecelakaan. Semua bukti sudah terkumpul, tinggal menunggu Celvin menyerahkannya pada kepolisian. Lagi, apakah cara mereka benar? Seharusnya benar, karena sebuah kejahatan harus terbongkar dan dipertanggung jawabkan. Tapi ia takut, takut Antares akan membencinya.

KETOS VS PRESBEM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang