10. Mengkesampingkan

1.2K 17 1
                                    

Bara sudah mengatakan berulang kali bahwa dia bajingan, pria tidak bermoral yang sepantasnya dijauhkan dari Lana. Sebab, tidak seharusnya ia begini, melepas iblis dalam dirinya yang mungkin menyakiti gadis mungil itu.

Setelah jeda lumayan panjang terjadi di antara mereka, Bara langsung meraih tengkuk Lana, menyambar bibir yang tadi pagi membuatnya sakit kepala. Bara melumat rakus bibir itu selayaknya manusia kelaparan, membiarkan miliknya dan milik Lana bengkak oleh gairah yang mereka miliki.

Awalnya tentu Lana terkejut mendapatkan serangan tersebut, ingat, dia belum pernah berciuman! Namun, lama kelamaan Lana belajar, terbuai, apalagi ketika Bara mulai melibatkan lidah. Tidak! Tolong Lana atau dia akan pingsan kehabisan napas! Bibirnya sudah kebas dihisap, digigit, ditekan oleh bibir Bara.

Mengepalkan tangan dan memukul dada papanya beberapa kali, Lana selamat, tautan bibir mereka dilepas oleh Bara, dan keduanya sama-sama mengatur napas yang memburu berat.

Keparat! Cantik sekali Lana Cantika dengan bibir merah membengkak akibat ciuman mereka. Bara bisa seratus persen hilang kendali. "Papa antar tante Maya sebentar," bisiknya ternyata masih memiliki sedikit kewarasan, tidak mungkin ia mengapa-apakan Lana ketika Maya masih berada di luar. Tapi, mulutnya saja yang berujar, sedangkan tubuh bertindak kebalikannya. Pria itu meraih tubuh Lana dengan kedua tangannya, menggendong seperti induk koala.

Otomatis Lana melingkarkan kaki ke pinggang Bara, lalu, memeluk leher pria itu. "Nanti aja, Pa ...."

"Maunya begitu." Bara hempaskan tubuh Lana ke atas ranjang, kemudian ia tindih. Satu tangannya ia jadikan tumpuan, sedang yang satu lagi membelai paha Lana sensual, ingin memiliki, ingin menggeranyangi lebih dari ini. "Tapi, Kakak tau gimana Papa, 'kan?"

Kedua pipi Lana bersemu, dia tahu, Bara tipikal lelaki sulit berhenti ketika sudah memulai. "Berapa lama Kakak harus nunggu?" Lana membelai rahang Bara, ia usap damba.

Papanya benar-benar seksi, pria matang yang sanggup menaklukkan puluhan wanita jika ia mau. Lihat rahangnya, bahunya, bisepnya. Lana menggigit kecil bibirnya membayangkan bisa menyentuh semua itu tanpa penghalang apapun.

"Satu jam?"

"Are you kidding me?" Tatapan Lana langsung tidak terima, protes besar.

"Hotelnya lumayan jauh, Kak." Bara merunduk, mencium lembut pipi dan pelipis Lana. "Tapi, Papa usahakan lebih cepat."

"Suruh pulang sendiri aja ...," merengek sudah. Kentang sekali jika berhenti lalu menunggu satu jam, keburu Lana benar-benar mengantuk.

"Nggak mungkin." Bara menyembunyikan wajah ke dalam ceruk leher Lana, susah payah ia menahan gejolak dalam dirinya yang ingin langsung menelanjangi gadis ini, tentu juga menelanjangi diri sendiri. Dan Lana justru menambahi, membuat Bara benar-benar sulit bangkit, tidak rela moment ini berakhir.

Bayangkan, Lana polos tanpa sehelai benang, berbaring pasrah di bawah kekuasaannya. Yang bisa gadis itu lakukan hanya menatap sayu dan mendesah hingga gairah Bara padam, shit! Kejantanan baperan pada Lana itu mulai mengeras tak tahu diri.

"Kenapa nggak mungkin, Pa?" Lana masih memeluk leher Bara, ia cengkram lembut beberapa helai rambut pria itu.

Bara menggeram, menekan diri agar segera bangkit dari posisi. Ia berhasil, kini sudah meninggalkan ranjang Lana, merapikan penampilan.

Lana mendengkus melihatnya, merajuk sebentar lucu bukan?

"Sebentar aja, kamu jangan tidur."

Lana justru berbaring telungkup, memeluk bantal yang menampung kepalanya, kemudian memejamkan mata.

LOST - 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang