DUA

333 40 11
                                    

n: semua yg terjadi disini hanyalah fiksi!!

Netra vermilion itu menatap sekeliling kelasnya malas, guru yg tengah mengajar hari ini begitu membosankan membuat dirinya tak henti-henti kehilangan fokus kemana-mana. Sesekali ia menatap keluar jendela dari ujung matanya, bibir itu tersenyum tipis saat melihat surai biru yg familiar.

Ia menghela nafas lelah saat melihat tubuh kecil itu dengan gesit melewati tembok pembatas sekolah, gelengan kecil sekaligus memutar bola matanya malas. Ia sudah berusaha sebaik mungkin membuat surai biru langit itu kapok, tapi tak satu pun yg berhasil. Memilih acuh, ia memfokuskan dirinya kembali kepada sang guru yg masih saja asik bercerita mengenai kampung halamannya.

. . . . .

"Aman gak Sou?" Tanya Harris setelah melihat surai biru langit itu berhasil melewati tembok pembatas sekolah

"Aman ajaa" jawabnya

"Yaudah ayo, udah kangen berat nih gw sama seblak nya Teh Elis" ucap Harris mendapat tawa kecil dari Souta.

Kedua siswa yg masih mengenakan seragam sekolahnya itu dengan sengaja bolos kelas hanya untuk makan seblak. Bisa dibilang Souta ini hanya ikut-ikut saja karena ketua gengnya ini akan sesekali menarik dirinya untuk menemani makan seblak.

Mereka berjalan santai di pinggiran jalan menuju sebuah warung seblak angkringan yg berjarak setengah kilometer dari sekolahnya. Memesan menu yg biasa mereka pesan sampai teteh pemilik warung itu hafal betul kadar kepedasan dan isian apa saja yg mereka suka dan tidak. Sungguh penjual seblak idaman kata Harris mah.

Souta mengabaikan ponselnya yg terus bergetar tanda chat masuk, sesekali ia meliriknya sekilas dan setelahnya benar-benar mengabaikan serentetan pesan disana. Entah kebetulan atau memang hari sialnya lagi-lagi Gin tahu kenakalan apa lagi yg ia lakukan. Kakak kelasnya itu meminta dirinya cepat kembali ke sekolah atau akan mendapat hukuman berat darinya. Persetan, pria yg hanya 1 tahun lebih tua darinya itu terlalu banyak mengatur.

Usai memakan seblak-nya mereka berdua bertemu dengan kawan-kawan geng motornya yg juga ikut bolos sekolah hari itu. Mereka nongkrong di sebuah bangunan usang yg mereka klaim sebagai sebuah markas. Sebenarnya mengingat ketua geng ini memiliki banyak uang, bangunan kecil itu tak bisa disebut usang juga sebenarnya. Setidaknya sudah sangat layak untuk di tempati 9 orang anggota kelompok.

"Ris, kata geng sebelah ada balapan entar malem. Lu mau join gak?" Tanya si surai hitam sembari menghisap vape-nya.

"Riji" panggil Harris menegur, pria yg di panggil Riji itu kemudian menaruh vape-nya dalam saku. Ia lupa jika ketua nya ini tidak menyukai vape, rokok atau nikotin apapun yg dapat merusak kesehatan.

"Boleh juga tuh, udah lama banget lu gak turun ke jalan bang" ucap pria lain berambut abu

"Gimana kalau yg turun malem ini Souta? Kayaknya bakal lebih seru gak sih" usul Harris yg langsung mendapatkan seruan tertarik dari yg lain

"Gas kata gw sih Sou" kali ini ucap seorang gadis berambut ungu pastel. Souta sendiri sih tak keberatan sama sekali, bisa dibilang ia cukup menyukai itu.

"Satu lagi siapa tuh?" Tanya gadis berambut putih

"Gw juga mau turun" ucap pria berambut merah yg lain.

"Okay fix, berarti yg turun balapan malam ini Souta sama Funin" ucap pria surai putih yg mendapat anggukan mantap dari kedua orang itu.

"Kamu pasti juga mau ikut turun kan hayoo" goda Riji pada si surai putih

"Yaudah next time Mako aja yg turun duluan" ucap Harris

"Ish bang Ayyis baik banget" ucap pria yg di panggil Mako itu, Harris memicing tidak suka mendengarnya.

Little BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang