Bab 5

76 8 0
                                    

HARGAI KARYA PENULIS DENGAN MEMBERIKAN VOTE DAN KOMEN KALIAN. SATU VOTE DAN KOMEN SANGAT BERARTI BUAT LARA.

*

*

*

*

-•☆✿☆•-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-•☆✿☆•-

Dua hari berlalu setelah kejadian di mana pusing yang kehilangan kesadarannya di teras rumah, kini semuanya tetap berjalan seperti hari-hari biasanya. Seperti pagi ini mereka semua tengah duduk bersantai di ruang tengah. Mereka sedang menunggu satu oknum yang tengah bersiap-siap di ruang ganti.

Sepersekian detik kemudian, terdengar suara langkah kaki yang mulai terdengar mendekat. Mereka semua menengok menatap sang oknum yang  ditunggu yang kini tengah berpakaian rapih mengenakan setelan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam, jangan lupakan tas yang tersampir di bahunya.

“Jeno.” panggil Jaemin membuat Jeno memberhentikan langkahnya, dirinya menatap datar Jaemin yang tersenyum ramah padanya.

“Lo mau berangkat kuliah? Ini masih pagi. Sini ikut kita sarapan, gue bikin bubur ayam, ” tawar Jaemin sedikit berharap.

“Tidak. Saya buru-buru.”

“ 'Tidak' lagi? Tapi hanya Lo  satu-satunya yang belum mencoba masakan gue. Lo harus mencobanya malam ini,” kekeh Jaemin tersenyum lebar.

“Tidak, makasih. Aku bakalan pulang telat.”

Setelah mengatakan itu, Jeno kembali melanjutkan langkahnya ke luar rumah untuk pergi kuliah. Melihat itu, Jaemin melunturkan senyumnya.

“Gue berjanji gue tidak akan pernah menawarkan dia untuk makan lagi. Dasar sialan!” kesal  Jaemin yang mana membuat Chenle tertawa karena merasa lucu. Jaemin berdecih, menatap malas ke arah Chenle yang menertawakannya. Selera rumor Chenle memanglah rendah dan juga garing.

“Jisung. Gue berpikir teman-teman kita ini bukan mau ngerjain Lo. Mereka benar-benar tulus melakukannya, ” sahut Mark membuat mereka semua mengalihkan pandangannya ke arah Jisung yang kini tengah menunjukkan raut wajah tertekan.

“Oh, jadi maksud kak Mark, gue harus berterima kasih pada mereka?” Mark mengangguk, membuat Jisung manggut-manggut. “Makasih banyak, tapi kedepannya jangan lakukan lagi ya.” lanjutnya bergidik ngeri membayangkan kejadian dua hari yang lalu. Dia tentu saja malu, sejujurnya dia takut dianggap aneh oleh mereka.


Renjun bersimrik, membuat menatap was-was padanya. “Di masa depan, kita tidak akan melakukannya. Tapi untuk hari ini, iya.”

“Apa yang lo katakan?”

“Berikan gue kesempatan lagi.”

Jisung menggeleng brutal. “ Lo tidak gue berikan kesempatan lagi. Jangan  pedulikan gue.”

-•☆✿☆•-

-•☆✿☆•-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-•☆✿☆•-

Jisung saat ini tengah duduk di sebuah bangku panjang yang  memang tersedia di sana dengan Chenle di belakang dirinya dengan tangan yang tengah membuat simpul kain yang di gunakan untuk menutup mata Jisung agar kainnya tidak terlepas.

Entah kenapa Jisung memiliki firasat yang tidak baik tentang ini. Dirinya bertanya pada Chenle apakah dia sudah boleh membuka ikatan kain yang menutupi matanya. Namun Chenle melarangnya. Chenle mengatakan dirinya akan diberi sedikit kejutan.

Sedangkan di kursi lain tepatnya kursi yang biasa Jeno gunakan untuk tidur, Jaemin , Haechan, dan Mark tengah duduk santai memperhatikan tingkah mereka dengan ditemani beberapa biskuit.

“ Menurut Lo, apakah ini akan berhasil?” ujar Jaemin menatap keadaan di hadapannya tak yakin.

Haechan menghedikan bahunya acuh. “Mari kita bertaruh. Jika mereka berhasil, yang kalah harus membayar yang menang. Setuju?”

Jaemin terlihat tengah berpikir. Dirinya kemudian bersimrik. “Deal!”

Sedangkan Mark menatap Haechan dan Jaemin jengah. Menurutnya tingkah Jaemin dan Haechan itu sedikit kekanak-kanakan. Tapi biarlah, selama mereka tidak melebihi batas tidak apa-apa.

Beralih lagi ke Jisung yang kini telah duduk bersampingan dengan seorang gadis. Chenle membuka penutup kain yang menutupi mata Jisung.

Jisung mengerjakan matanya pelan, netranya kemudian bergulir menatap sesosok gadis yang kini tengah tersenyum manis padanya. Dirinya terus memperhatikan gadis tersebut, yang mana hal itu malah membuat teman-temannya merasa was-was.  Namun selama beberapa menit, Jisung tak menunjukkan adanya gejala-gejala yang muncul seperti dua hari yang lalu, hal itu membuat teman-temannya tersenyum puas.

“Jisung lihatlah, Lo bisa melakukannya.” Renjun menepuk pelan pundak Jisung, membuat Jisung mengalihkan pandangannya ke arah Renjun.

“Sepertinya hal ini tidak akan berhasil. ”

“Lha, kenapa?”

“Gue nggak merasakan gejala kemarin karena ... Gadis ini jelek.”

Jawaban Jisung berhasil membuat mereka terkejut. Terlebih gadis itu yang kini tengah menatap marah padanya. Dan hal selanjutnya yang terjadi adalah

Plak!

7 Bayangan Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang