10th. Light and Shadow

190 25 2
                                    

Saat libur dua hari, Nando menyempatkan untuk pulang ke rumahnya di Tangerang sebentar. Cowok itu nggak berniat lama-lama karena memang ada rencana bertemu dengan Caca setelahnya. Dia pulang karena mamanya mengirim pesan dramatis kalau rindu dan ingin bertemu. Sebenarnya soal rindu mah bisa Nando abaikan karena setiap dua minggu sekali mereka bertemu, tapi Nando tidak bisa mengabaikan begitu saja kalimat mamanya yang bilang akan pergi ke Jepang selama dua bulan untuk mengikuti workshop.

Nando tidak bisa mengabaikan wanita satu-satunya di keluarga itu berangkat ke bandara sendirian. Ya, meski katanya bareng kolega saat di Jepang, Nando tidak mungkin membiarkan mamanya naik taksi sendirian ke bandara. Papanya jelas sibuk karena pria itu sedang berada di China untuk mengurusi bisnis. Leo dan Louis juga tidak memungkinkan untuk pulang. Sebagai satu-satunya orang yang dekat dengan keberadaan sang mama, Nando yang akan mengantarkan wanita itu.

Ngomong-ngomong, keluarga Nando ini cukup terpandang ya. Mamanya bahkan lahir dan dibesarkan di China sebelum menikahi papanya. Kalau papa Nando tulen orang Indonesia, tepatnya orang Jakarta. Papa Nando sibuk mengelola bisnis keluarga sementara mamanya adalah salah satu dosen profesional di kampus kuning. Jadi, nggak heran baik mama maupun papanya suka sibuk dan jarang di rumah. Rumah akan ramai jika musim liburan. Leo dan Louis juga pasti pulang kalau liburan.

Sebenarnya mereka keluarga cemara kok. Baik papa dan mama Nando masih saling sayang hingga saat ini. Leo dan Louis juga tipe adik yang rukun dengan Nando. Namun, karena kesibukan masing-masing mereka terkesan seperti keluarga berantakan. Padahal mah enggak. Mereka hanya kekurangan waktu untuk saling bercengkerama seperti keluarga cemara lainnya. Meski sibuk bolak-balik China dan Indonesia, papanya sering menghubungi Nando hanya untuk menanyakan Nando sudah makan apa belum, butuh duit apa enggak, dan sehat apa enggak. Baik Leo maupun Louis juga tahu kakaknya itu makin betah kerja di TSL.

Nando ini sama seperti Andrew, memilih punya rumah di Jaksel supaya dekat dengan tempat kerjanya. Bedanya Andrew memang asli orang Surabaya yang merantau ke Jakarta sementara dia ya aslinya orang Jabodetabek. Awal tahu Nando akan beli rumah di Jaksel, mamanya mengomel.

"Kamu tuh kalau mau move-on dari Shannon nggak usah sok dramatis deh, Nan. Duit emang bukan masalah, tapi beli rumah buat apa? Kamu bisa tinggal di apartemen kalau nggak mau di kosan, kan?"

"Karyawan mana yang tinggal di apartemen awal kerja, Ma?"

"Yaudah, ngekos aja kalau begitu."

"Nggak suka tempat sempit."

Mamanya mendecak tidak percaya. "Kamu ini banyak alasan mulu."

"Ma, lagian aku nggak beli rumah itungannya, tapi cuma sewa rumah selama setahun."

Eh, ujung-ujungnya dia memperpanjang masa sewa karena nggak jadi resign.

Mamanya masih nggak terima, tapi Nando makin ngeyel karena sudah bulat keputusannnya. Mamanya pun manyun kesal, tapi pada akhirnya menyetujui keputusan Nando. Papanya mah nggak begitu peduli karena orang itu tahu Nando sudah bisa membuat keputusan sendiri. Lagian dia terlalu sibuk untuk mengurusi Nando yang sedang masa penyembuhan dari patah hati.

Meski akan jarang bertemu dengan anak sulungnya itu, sang mama menurunkan ego dan membiarkan Nando menyewa rumah di sebuah perumahan. Apalagi waktu itu Nando emang baru panas-panasnya putus dengan Shannon sehingga sang mama yang tahu anaknya itu sangat depresi pun memilih mengalah.

Meski menyayangkan hubungan itu berakhir, mama Nando tidak pernah membahas Shannon jika Nando pulang ke rumah. Wanita itu tidak mau mengungkit penyebab sakit hati anak sulungnya itu. Makanya dia kaget waktu Nando pulang ke rumah lalu bilang kalau sekarang sudah punya pacar. Mamanya yang sedang mengurus materi presentasi di ruang kerja itu tersentak dan sepenuhnya menoleh pada Nando.

Coloring the Shadow | YJ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang