Hal pertama yang mata Caca tangkap saat terbangun adalah seberkas cahaya yang menerobos masuk pada sela-sela korden. Caca bisa merasakan napas Nando di daun telinganya tanda cowok itu masih tertidur. Tubuhnya terbalut kemeja yang Nando pakai kemarin. Caca mencoba menggeser tubuhnya, tapi beberapa bagian tubuhnya masih terasa sakit. Dekapan lengan Nando pada tubuhnya juga tidak akan mudah untuk dilepas. Alhasil, Caca hanya bisa menghela napasnya dan kembali memejamkan mata. Toh, hari ini adalah hari Minggu. Dia bisa berlama-lama tanpa takut telat masuk kantor.
Sambil terpejam, Caca tersenyum ketika Nando makin memeluk tubuhnya seperti guling. Caca membiarkan itu. Namun, saat dia kembali membuka mata setelah terlelap beberapa menit, Nando sudah tidak berada di sampingnya.
"Sudah bangun?"
Caca tersentak saat pintu kamar terbuka dan Nando masuk setelah dari luar.
Caca hanya menjawab dengan anggukan. Sebenarnya dia masih malu, tapi mencoba menutupinya dan berlagak biasa saja. Nando tahu itu kok makanya dia berjalan maju dan duduk menghadap Caca. Cowok itu mengelus lembut pipi Caca.
"Pipi kamu merah dan hangat. Apa masih sakit?"
Caca tersentak. Dia tambah malu untuk menjawab.
Nando tersenyum. Dia mengecup kening Caca seraya berkata. "I'm sorry if you went through that pain."
Caca menggeleng. "Nggak apa-apa karena kita sama-sama suka."
Nando makin tersenyum puas. Cowok itu lantas bangkit dari duduknya dan merentangkan tangannya.
"Sini, aku pengen peluk kamu lagi."
Caca justru termundur. "Nggak mau. Kak Nando pasti mau ngajak aneh-aneh lagi."
Nando ngakak sampai batuk-batuk. "Nggak kok. Cuma pengen peluk aja. Nggak boleh?"
Caca mendecak, tapi bangkit juga untuk menyambut pelukan Nando itu. Cewek itu berdiri di atas kasur sambil memeluk Nando erat-erat. Nando mengecup puncak kepala Caca.
"Hari ini papaku balik ke Indonesia. Aku mau pulang sebentar. Kamu mau ikut? Toh, besok juga libur kerja. Tanggal merah."
"Hah?"
"Kalau mau ketemu sama Leo dan Louis ayok ikut aku pulang. Mereka juga pulang hari ini. Tapi sebelum itu kita jemput mamaku dulu di bandara. Nggak apa-apa?"
"Jadi, aku bakal ketemu sama keluarga Kak Nando?"
"Iya. Nggak mau?"
"Emang nggak apa-apa?"
Nando justru tertawa. "Makin nggak boleh kalau kamu nolak soalnya aku udah bilang sama mereka kalau kamu mau datang. Mama juga antusias banget beliin kamu oleh-oleh."
"Ya, berarti pertanyaan Kak Nando tadi nggak berguna orang udah mengambil keputusan."
"Siapa tahu kamu bakal nolak karena mau ikut kelas dance."
Caca mencuatkan bibir. "Aku kayaknya mau keluar aja deh. Hari Minggu pengennya jalan-jalan sama Kak Nando."
Nando terkikik. "Pilihan yang bagus tuh. Gimana? Kuy?"
Caca mengangguk setuju. "Tapi ke kosan dulu. Mau ganti baju."
"No problem, Love."
**
Nando cengo saat pulang ke rumah lalu dihadapkan dengan realita bahwa dua adiknya kini sudah punya gandengan. Mamanya terkekeh-kekeh melihat Nando yang tampak syok berlebihan.
"Biasa aja kali muka lo, Ko."
"Ya gimana gue biasa aja ketika lo yang ngaku nggak mau pacaran tetiba bawa cewek ke rumah. Lo beneran Louis adek gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coloring the Shadow | YJ
Romantizm[Completed] Ini cerita pendek tentang Carlise dan Jenando yang sedikit berapi-api. Tidak begitu romantis, tapi mampu membuat orang gigit jari karena iri. Coloring the Shadow Copyright©2024, inesby All Rights Reserved | 29 Agustus 2024 Plagiarism isn...