Sejak pacaran dengan Nando, Caca sudah jarang menaiki motornya. Motor itu terparkir di parkiran kosan dan sesekali dia panasi kalau ingat. Hari ini dia berniat mencuci motor beat warna putihnya itu. Baru saja dia mengangkat ember dan menarik selang setelah meminjam pemilik kos-kosan, sosok Nando muncul di hadapannya. Cowok itu bersedekap memandangi Caca sambil tersenyum.
"Kayaknya pacar aku pagi-pagi produktif sekali, ya?" Nando mendekatkan diri pada Caca.
"Tetiba pengen nyuci motor, dah dekil banget. Kakak sendiri ngapain pagi-pagi dah kayak satpam begitu?"
"Loh, ya ngapel to."
Caca nyengir. "Padahal kan aku bilang ketemu jam dua aja, ini baru jam sembilan elah, Kak."
"Sengaja. Soalnya sambil bawain ini."
Nando mengacungkan dua bungkus kresek isi makanan. "Kuy, sarapan bareng."
Caca akhirnya meletakkan kembali selang dan embernya. Cewek itu meladeni Nando dan makan bersama di kamarnya. Ya, meskipun dia belum mandi, tapi nggak ada salahnya mengisi perut terlebih dahulu.
Di sela-sela suapannya itu Nando membuka suara. "Motor kamu sedih tuh udah lama nggak kamu peduliin."
Caca terkekeh. "Besok aku pengen ngantor naik motor aja deh."
Nando tersentak. "Lah, ngapain? Kan aku jemput."
"Pengen aja."
"Nggak nggak. Mending dibalikin aja ke rumah atau nggak dijual."
Caca langsung mendelik. "Enak aja. Motor bersejarah itu. Sebelum Kak Nando hadir di hidupku, tuh motor duluan yang menemaniku susah payah. Kesasar di Gunung Kidul ya sama tuh motor bukan sama Kak Nando."
"Lah, ternyata pernah kesasar?"
"Pernah lah, waktu mau ke Heha."
Nando tidak bisa menahan senyumnya ketika Caca menceritakan betapa jengkelnya dia saat tersesat waktu itu. Sambil menyuapkan bubur ayam itu, matanya terus memerhatikan wajah Caca.
"Kalau kantor ada libur, mau liburan nggak? Of course sama aku doang. Yakali ramai-ramai entar dikira mau study tour."
"Ke Jogja?"
"Emang kamu nggak bosan?"
Caca mencuatkan bibirnya. "Bosan sebenarnya, tapi tetep kangen kadang tuh. Apalagi banyak kisah di sana. Ya, tapi kalau boleh request jangan di Jogja yak?"
Nando tersenyum. "Mau ke mana? Bali? Atau Labuan Bajo?"
Caca cengo sebentar. "Mana aja deh asal sama Kak Nando."
Nando terkekeh. "Noted. Tapi kayaknya belum bisa akhir-akhir ini soalnya kantor lagi banyak masalah, kan? HRD juga lagi merekrut karyawan besar-besaran. Mau nggak mau kalau ada yang baru di divisi ya kita yang jadi trainer mereka."
Caca mengangguk. "Iya bener."
Lantas Caca melanjutkan. "Akhirnya bakal punya adek lagi."
"Ya bagus dong. Setidaknya satu jobdesk di divisi kita tuh ada tiga sampai empat orang lah minimal. Ini sejak setahun yang lalu masa cuma satu dua mentok tiga ya serabutan."
Caca menatap Nando dengan raut penasaran. "Emang Kak Nando keteteran banget?"
"Yang keteteran banget sih enggak, soalnya Karel juga becus kerjanya. Cuma tetep butuh tambahan karyawan lah. Meskipun start-up ya jangan pelit-pelit amat ngerekrut karyawan maksudku. Toh, Bu Rahajeng katanya konglomerat, wkwk."
Caca manggut-manggut sambil terkekeh. "Iya bener banget, Kak. Sekalipun kita mampu, tapi kalau pas keteteran ya pikirannya jadi pengen resign. Apalagi desain tuh butuh banyak kepala buat mikirinnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Coloring the Shadow | YJ
Romance[Completed] Ini cerita pendek tentang Carlise dan Jenando yang sedikit berapi-api. Tidak begitu romantis, tapi mampu membuat orang gigit jari karena iri. Coloring the Shadow Copyright©2024, inesby All Rights Reserved | 29 Agustus 2024 Plagiarism isn...