Nathaniel menatap datar ke arah kakaknya, ia kesal dengan kehadiran manusia berjenis kelamin laki-laki menjengkelkan ini yang sayangnya adalah kakak kandungnya, sedangkan Daniel justru menatap sang adik dengan pandangan menggoda, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah sebab datang tapi tidak diundang.
"Betapa durhakanya dirimu yang tidak berkunjung ke rumah setelah istri mu sembuh, ayah dan ibu juga ingin bertemu dengannya Tatha."
"Berhenti memanggil ku itu!."
"Tatha?." Beo Arabella bingung.
"Hm. Panggilan kesayangan untuk suami mu dari ku." Ujar Daniel ringan.
"Aku sudah menikah, bahkan sejak dulu aku tidak pernah setuju saat kau memanggil ku itu."
"Tidak peduli kau sudah beranjak dewasa, menikah, atau bahkan mempunyai anak nantinya, panggilan itu akan selalu melekat pada diri mu, karena aku akan tetap menganggap mu adik kecil, walaupun sekarang kau justru melangkahi ku dalam hal pernikahan."
"Itu salah mu yang tidak tertarik dengan wanita manapun, aku bahkan curiga jika kau tidak memiliki rasa suka kepada lawan jenis."
"Jaga bicara mu adik tampan!." Nathaniel hanya memutar bola matanya malas.
"Kau sudah lihat bagaimana Arabella bukan? Sebaiknya kau pergi sekarang!."
"Sepertinya kau sangat menyukai ku sampai-sampai menyuruh ku istirahat. Baiklah, dimana letak kamarnya?." Tanya Daniel penuh dengan percaya diri dan kesalahpahaman, ia hampir saja bangkit jika Nathaniel tidak berkata.
"Kau tau maksud ku Daniel."
"Kau selalu tidak ingin repot-repot memanggil ku dengan sebutan 'kak' bahkan setelah menikah dan sekarang didepan istrimu. Kelak, kau tidak boleh seperti itu didepan anakmu Tatha!."
"Jika kau paham arti selalu seharusnya kau tidak perlu membahasnya dan sudah ku pastikan anakku kelak tidak akan bertemu dengan mu sehingga aku tidak repot menyebut mu 'kak'."
"Lihat adik ipar! Kenapa kau mau dinikahi olehnya? Dia bahkan kekurangan asupan akhlak."
"Daniel.." Geram Nathaniel kesal.
"Baiklah. Baiklah. Jadi, kapan kalian akan berkunjung ke Sagitarius?." Tanya Daniel.
"Bagaimana jika minggu depan?." Tanya Arabella memberi usulan, ia menghadapkan wajahnya kearah Nathaniel.
Arabella merasa bersemangat karena ia akan bertemu dengan kedua orang tua suaminya, jika dipikir-pikir selama ini memang mereka tidak pernah bertemu secara langsung bahkan sebelum perpindahan jiwa terjadi pun Arabella yang asli enggan bertemu Nathaniel, apalagi untuk bertatap muka kedua orang tuanya. Rasanya sangat mustahil.
"Kita lihat nanti." Jawab Nathaniel.
"Kenapa? Kau tidak mau?."
"Tidak ada yang tau pasti bagaimana masa depan, siapa yang akan tau jika waktu itu ternyata kita tidak bisa kesana karena ada hal lain yang mungkin saja mendesak. Aku hanya tidak ingin memberi harapan padamu." Ujar Nathaniel seraya menyelipkan helai rambut Arabella ke belakang telinganya.
"Masih ada orang lain disini jika kau lupa Nathaniel!." Sindir Daniel.
"Kau memang pengganggu!."
"Kau juga seharusnya sadar tempat jika ingin bermesraan!." Balas Daniel tidak ingin kalah.
"Kau yang tiba-tiba datang dan mengganggu waktu bersenang-senang ku dengan Arabella!."
"Mana ku tau kau akan bersenang-senang dengan istri mu!."
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Of Destiny (Tamat)
FantasyMenceritakan tentang seorang gadis bangsawan yang pada awalnya begitu ceria dan penuh dengan senyuman, sebelum sang kekasih pergi untuk selama-lamanya dari kehidupannya karena sebuah insiden. Ia menjadi pribadi yang bertolak belakang dengan sikapnya...