10

570 107 7
                                    

Warning!

Cerita ini hanyalah fiksi belaka, tidak ada sangkut paut secara nyata untuk nama-nama yang digunakan.

Dilarang keras menyebar luaskan isi dari cerita terutama pada bagian sensitif.

Tidak disarankan untuk para homophobia.

Tidak untuk ditiru!

Rate 17+

Jangan lupa like & komen

~ Selamat Menikmati ~

✧ SELLA ✧

Mataku terasa perih melihat pemandangan tadi, mereka resmi bersama? Ah, tak ada yang lebih menyakitkan daripada melihat pria yang selama ini menjadi salah satu teman dekatku malah menyematkan cincin di jari wanita yang pernah menjadi kekasihku. Rasanya aku ingin berteriak, memohon agar semua yang ku lihat itu tidak pernah terjadi. Aku mengharap ini hanya mimpi buruk di siang bolong.

Tapi, kenyataan menamparku tanpa ampun. Faktanya Vikar benar-benar menyematkan cincin itu ke salah satu jari Thia dan Thia menerimanya. Beruntung aku tidak mendengar percakapan mereka, itu akan jauh lebih menyakitkan.

Sial, mengapa aku harus berada di sini? Mengapa aku harus menyaksikan ini semua? Bukankah aku sudah memutuskan untuk menjauh, untuk melupakan semua perasaan ini? Tapi, mengapa aku sendiri yang bodoh? Yang dengan sengaja mendekatkan diri kepada wanita ini. Harusnya aku tidak kemari. Bahkan seharusnya aku tidak perlu berpikir untuk mendatangi Thia dan menjelaskan apapun. Aku salah langkah.

Aku terlambat datang karena urusan pekerjaan, ponselku tertinggal di apartemen. Sepulang dari rumah Thia aku seharusnya langsung menuju lokasi syuting di Tangerang, Frey sudah menungguku. Namun entah kenapa, langkahku malah membawaku kembali ke apartemen untuk berganti pakaian terlebih dahulu sebelum ke lokasi syuting. Sialnya, aku malah meninggalkan ponselku di apartemen itu.

Bahkan pengambilan gambar jauh lebih lama dari perkiraanku karena aku tidak fokus. Berujung aku tidak bisa kembali ke apartemen untuk mengambil ponsel. Aku membiarkan ponselku tertinggal dan langsung menuju rumah Thia. Secara keseluruhan, semua ini memang salahku. Harusnya aku tidak terlambat datang karena Thia sudah pasti menunggu lama.

Bodoh.

Sekarang, aku, Thia, dan Vikar berada di restoran milik Vikar. Aku memilih untuk diam menyaksikan Vikar dan Thia berbincang. Vikar fokus mengajak Thia berbicara, mengabaikan kehadiranku, dan wanita cantik itu merespons dengan senyum hangat yang membuatku terbakar. Cemburu menggerogoti hatiku, melihat bagaimana mereka begitu akrab, seakan aku tak pernah ada dalam hidup Thia.

Sepertinya memang bukan siapa-siapa, karena aku mengenalkan diri sebagai adik kelasnya, bukan mantan kekasihnya. Tapi, semua ini bukan tanpa alasan. Track record yang kudapat tentang Thia selama beberapa tahun terakhir dari berbagai situs web menunjukkan betapa berbedanya dia sekarang. Hubungannya dengan para pria, ketertarikannya yang kini jelas berbeda. Sepertinya dia lebih tertarik pada lawan jenis, itu semakin membuatku sadar akan posisiku sekarang.

"Sel, dimakan dong, jangan ngelamun," suara Thia membuyarkan pikiranku. Saat tersadar, aku melihat posisinya yang hendak menyuapiku.

"Eh? Kamu aja, aku kenyang," jawabku dengan senyum kaku. Namun, Thia menggelengkan kepalanya, memaksaku untuk memakan steak yang sudah ia sodorkan.

Dengan ragu, aku melahap sirloin itu, lalu mengangguk memberi isyarat bahwa aku sudah melakukannya. "Enak?" tanya Thia.

"Enak," jawabku dengan makanan masih di mulut. Tak lama kemudian, ia mengusap ujung bibirku dengan tisu, "Berantakan," ucapnya sambil tersenyum, membuatku sedikit salah tingkah.

Scandalous 2 (Greesel x Cynthia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang