1. Pindah

106 15 6
                                    

Fero dan bibinya, Maya. Untuk kesekian kalinya, kedua orang ini berada di ruang bimbingan konseling sekolah.

"Jika nilainya terus seperti sekarang...."

Guru itu melihat Fero dan bibi Maya bergantian. Lalu dia menyerahkan sebuah buku raport milik Fero pada Maya, selaku walinya.

Guru itu membantu membuka lembar demi lembar buku raport itu dan menunjukan setiap angka yang menjadikan patokan nilai harian, mingguan dan ulangan semester, milik Fero.

"Takutnya Fero bisa tinggal kelas!"

Dengan keringat yang mengucur deras sampai membanjiri wajahnya, Fero ketar-ketir, takut dan gelisah begitu melihat ekspresi wajah bibinya.

Dia terlihat marah! Matilah aku!

Bibi Maya mengambil rapot itu dan melihatnya. Mata sipit itu melotot begitu mengetahui semua nilai rata-rata milik keponakannya yang begitu, RENDAH!

Dengan tatapan kematian itu, bibi Maya menatapnya. Seperti ada aura hitam keluar dari balik badan bibinya, yang alhasil membuat Fero ketakutan setengah mampus.

"Alfero Nathaniel!"

Setiap kata itu ia tekankan, dengan mata melotot, gigi di gertakan, lalu Maya meletakkan tangan itu di bahu kakan Fero dan meremasnya.

Mulut Fero seolah sedang merapalkan doa, apapun. Yang penting dia berharap bisa selamat dari amukan bibinya.

"JANGAN HARAP KAU BISA KABUR MALAM INI!"

*******

"Ingat! Sepulang sekolah, bibi mau ngomong tentang masalah ini! Jangan coba-coba kabur, atau bibi akan membuang semua koleksi komik dan video game milikmu, memutus semua jaringan internet di rumah, juga tidak akan bibi kasih uang bulanan buat jajan lagi! MENGERTI!"

Fero cuman bisa menganggukkan kepalanya lemah. Dia mengantar bibinya ke luar gedung sekolah, disana sudah ada taksi yang menunggu.

Setelah bibinya berpamitan dan taksi itu sudah pergi, tubuh Fero langsung jatuh ke tanah.

"Sialan! Matilah aku! Matilah aku!"

Rengeknya degan wajah penuh frustasi.

"Bwahahahahaha! Sumpah aku pengen ngerekam adegan tadi! Alfero yang sok jagoan di sekolah, takut sama bibinya! Menciut seperti udang rebus!"

Itu temannya Fero, satu geng. Sama-sama satu frekuensi, udah bodoh, tukang buat onar pula. Tapi, setidaknya peringkatnya masih aman dibandingkan Fero, yang kini terancam tidak naik kelas.

"Diam kau, babi!"

Dengan wajah kesal, Fero meninggalkan temannya. Namun temannya itu seolah tak mau berhenti mengejeknya, hingga keduanya sampai di depan kelas.

Mereka berdua segera masuk ke dalam kelas, karena bel tanda masuk sebentar lagi akan berbunyi.

Sialan! Bahkan aku belum sempat beli makan dan jajan pas istirahat tadi. Gara-gara guru BK tadi sih! (ಥ_ಥ)

Fero dan kawannya sudah berada di kelas, beruntung guru sastra itu belum datang.

Keduanya mengambil tempat duduk di bangku barisan paling belakang.

Tak lama guru sastra itu datang dan segera memulai pelajarannya.

Sepanjang pelajaran, bukannya memperhatikan, pikiran Fero malah kemana-mana. Dia cuman kepikiran, gimana nanti menghadapi amukan bibinya. Dia benaran takut sama bibinya, yang kalau marah mirip monster 😰

[BL]  CHASING LOVE WITH A MONSTER || GEMINIFOURH AU (21++) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang