14. Gairah yang tak terkendali 21+

69.2K 240 7
                                    

Alex tersenyum, merasa bangga dengan respons Ria. "Mbak benar-benar luar biasa," bisiknya, sambil mengecup lembut bibirnya lagi.

Ria masih terpejam, menikmati sentuhan-sentuhan lembut Alex yang terus menenangkan dirinya. "Lex... Mbak nggak pernah ngerasain yang kayak tadi. Kamu bener-bener bikin Mbak nggak bisa nahan," ucapnya dengan suara yang masih bergetar.

Alex menatap wajah Ria yang masih terpana dengan pengalaman barunya. "Mbak nggak perlu nahan apa-apa, Mbak pantas mendapatkan kenikmatan itu," jawab Alex, sambil mengusap pipi Ria dengan lembut.

Tanpa banyak kata, Alex kembali menindih tubuh Ria, kali ini lebih lembut, namun dengan niat yang jelas di matanya. Ia ingin membawa Ria kembali ke puncak kenikmatan, tapi kali ini dengan sesuatu yang lebih dari sekadar jari.

Ria merasakan sentuhan Alex yang mulai kembali menghangatkan tubuhnya, dan ia tahu bahwa apa yang akan datang selanjutnya akan membawa mereka berdua ke level yang lebih tinggi lagi. Ria, meskipun sedikit lelah, masih merasakan gairah yang tersisa di tubuhnya, dan ia siap untuk menerima apa yang Alex berikan.

"Lex..." desahnya perlahan, mempersiapkan dirinya untuk apa yang akan datang, perasaan yang sebelumnya tak pernah ia rasakan, kini kembali menyala di dalam dirinya. Alex hanya menjawab dengan senyum penuh arti, lalu membawa mereka berdua ke dalam gelombang kenikmatan yang baru, kali ini lebih dalam dan lebih intens daripada sebelumnya.

Alex sebenarnya hampir tidak bisa menahan dorongannya saat melihat pelepasan Ria yang begitu intens. Namun, dia tahu betapa pentingnya untuk membuat Ria merasa tenang dan nyaman sebelum melanjutkan.

Dengan lembut, Alex memasukkan penisnya ke dalam vagina Ria. Dia mulai dengan satu dorongan kuat, kemudian menariknya keluar sedikit, hanya menyisakan ujungnya penisnya di dalam. Setelah memastikan Ria siap, dia memasukkannya kembali dengan penuh, memperhatikan reaksi tubuh Ria dengan seksama.

"Alex..." desah Ria, merasakan sedikit nyilu saat penis Alex masuk sepenuhnya. Alex dengan hati-hati menyesuaikan gerakannya, mencoba memastikan bahwa Ria merasa nyaman meskipun ada rasa nyilu yang dirasakannya. Dia melanjutkan dengan gerakan lembut dan penuh perhatian, menunggu hingga Ria sepenuhnya beradaptasi sebelum melanjutkan dengan ritme yang lebih mantap.

Vagina Ria berdenyut kuat saat Alex mulai bergerak. Sensasi tersebut menambah intensitas kenikmatan mereka, memberikan rasa yang mendalam dan mendalam bagi keduanya. Ria merasakan setiap dorongan dengan penuh gairah, sementara Alex memastikan setiap gerakan disesuaikan dengan ritme tubuh Ria, menikmati bagaimana tubuhnya beradaptasi dan merespons dengan setiap sentuhan.

Dengan hati-hati, Alex melanjutkan gerakan, memperhatikan setiap reaksi Ria, berusaha memaksimalkan kenyamanan dan kepuasan yang dia rasakan. Setiap dorongan dan tarikan membawa mereka lebih dalam ke dalam pengalaman intim yang saling memuaskan.

Tak berapa lama setelah mereka terlarut dalam kenikmatan, suara tangisan Kai dari kamar sebelah memecah suasana. Ria, yang awalnya terhanyut dalam momen bersama Alex, langsung tersadar dan merasa khawatir.

"Lex, lepas..." bisik Ria dengan nada tergesa, matanya memandang ke arah pintu dengan cemas.

"Tapi, Mbak..." Alex berusaha menahan diri, masih ingin melanjutkan, namun suara tangisan Kai semakin keras, menuntut perhatian Ria.

"Kai nangis, Lex," kata Ria dengan tegas, mencoba melepaskan dirinya meski keinginan untuk melanjutkan masih ada.

Dengan napas terengah dan perasaan yang masih menggebu, Alex akhirnya melepaskan penisnya yang masih menegang dari Ria. Dia menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri meskipun tubuhnya masih penuh dengan gairah yang belum tersalurkan.

Love & Lies : Affair With Brother-in-Law 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang