10

32 4 12
                                    

CERITA DENGAN GENRE THRILLER, MISTERI, DAN DARK ROMANCE.

PERINGATAN: BANYAK SEKALI ADEGAN KEKERASAN, UMPATAN KASAR, ADEGAN BERDARAH, DAN LAIN SEBAGAINYA. DIHARAPKAN UNTUK PEMBACA BISA BERTINDAK BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI. PEMBACA DIHARAPKAN BERUMUR 17 TAHUN KE ATAS DEMI KENYAMANAN MASING-MASING.

CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA, SAMA SEKALI TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN APA PUN.

SERI KEDUA DARI BOOK MAYARA.

SERI KEDUA DARI BOOK MAYARA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||• EPISODE 10 •||
.

.

.

Pukul 14.00 siang.

Di dalam kamarnya, Reinan berdiri tepat menghadap rak buku yang tertata rapi. Memilih buku yang sesuai untuk diberikan kepada Zayyan. Dia mempunyai beberapa buku yang bisa mengajarkan Zayyan tentang adab dalam bergaul dan menghargai orang lain.

Selain menggunakan pengalaman dalam belajar, Reinan juga mempelajari ilmu yang telah diterapkan olehnya dari buku. Mungkin hal tersebut bisa membantu Zayyan juga. Dia telah memilih empat buku yang paling ampuh.

"Nah, sip. Semoga dengan ini, dia bisa banyak belajar." Reinan memisahkan ke empat buku itu dari dalam rak, meletakkannya di meja belajar agar mudah untuk dijangkau.

Sebuah dering telepon terdengar cukup nyaring, sedikit mengejutkan Reinan yang sedang asik dengan aktivitasnya. Badannya berbalik, menatap lurus ke depan. Tepat mengarah pada telepon rumah yang tergeletak di samping ranjang tidurnya.

"Ah, udah waktunya ya," gumam Reinan seraya melangkah mendekat. Meraih gagang telepon rumah dan duduk di pinggir kasur.

"Halo," dia menyapa lebih dulu. Intonasi suaranya terdengar semangat dan antusias.

Sudah menjadi rutinitas Reinan untuk mendapatkan sebuah panggilan dari orang tuanya. Karena jarak mereka terbatas, maka komunikasi yang bisa mereka lakukan hanyalah menggunakan telepon rumah.

"Bagaimana sekolahmu tadi? Apakah ada masalah?" Dari balik panggilan, seseorang bertanya. Suara berat dan tegas itu amat mendominasi.

Reinan terkekeh, sama sekali tak merasa terganggu dengan hal tersebut. "Aman-aman aja sih, Ayah nggak perlu khawatir soal itu. Aku bisa beradaptasi dengan benar kok. Oh iya, hari ini ada pendaftaran ekskul di sekolah loh dan aku mengambil futsal. Ayah kan tau kalau selama ini, aku selalu mahir di bidang olahraga. Menurut Ayah, apakah pilihanku tepat?"

"Ya, menurut Ayah itu sudah tepat. Mengasah kemampuan non akademik juga tak kalah pentingnya, kamu harus banyak belajar soal itu."

Malam yang Mengintai [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang