06. Yessaya yang Posesif

52 7 0
                                    

Jangan cari masalah sama Sport 10C ya

.
.
.
.
.

"Kamu kemana deh, kok bisa terlambat datang? Bukannya biasanya kamu akan tepat waktu?" cecar Yessa menginterogasi Iku yang memang baru bergabung setelah pelajaran kedua, sudah begitu seragam Iku terlihat baru, masa sih Ayah Iku membelikan seragam baru padahalkan sebentar lagi kenaikan kelas.

"Yessa, tolong bertanya satu-satu... aku hari ini terlambat datang karena aku kesiangan, jadi aku dihukum deh sama kak Ocean... jangan ngomong keras-keras ya, aku baik-baik aja, ini seragam juga yang beliin kak Jie, jangan diperbesar ya," jelas Iku sekaligus menenangkan Yessa agar tidak memperbesar masalah hari ini karena dia yang terlambat datang.

"Tapi yang lain pasti akan mencari tau kenapa kamu terlambat,"

"Itu biarkan saja, aku nanti akan menjawab sebisaku,"

Istirahat hari ini Yessa tidak pergi ke kelas Jerry sebab dia ingin menemani sepupunya itu yang terlihat begitu lain dari hari kemarin, wajah Iku terlihat pucat seperti kekurangan darah.

"Iku..." panggil Yessa pelan meminta perhatian Iku yang kini fokus mencatat materi di pelajaran yang pertama.

"Hm?" jawab Iku sekenanya, mulutnya juga penuh roti sebab tadi pagi dia hanya membawa bekal itu.

"Anemia mu kambuh ya?" Iku buru-buru melihat ke cermin yang ada di meja Yessa, "sudah minum obat belum, nanti kalau pingsan bahaya, kita olahraga loh habis istirahat ini,"

"Aku nggak bawa obat lagi, apa kelihatan banget? Aku nggak mau bikin semua orang panik di lapangan nanti,"

"Kalau begitu aku carikan obat di Klinik ya, habiskan rotinya, nanti aku belikan minuman lagi,"

Yessa pun pergi dari kelas menuju ke Klinik yang dimaksud, sedangkan Iku terdiam dengan terus melanjutkan tulisannya. Sebenarnya kalau ditanya kepalanya pusing atau tidak, Iku merasa kepalanya sudah memberat sejak tadi dia masuk ke dalam kelas, namun dia tahan karena tidak mau membuat Yessa khawatir.

Tring! Semua orang yang masih ada di dalam kelas menatap terkejut ketika mendengar suara benda jatuh ke lantai dan tiba-tiba saja mereka melihat Iku menumpukan kepalanya di meja, seolah sesuatu terjadi pada si bungsu.

"Iku? Iku bangun!"

"Eh Iku pingsan, gimana ini?"

"Bawa ke Klinik cepet!"

"Iku hari ini terlambat kan? Pasti dia tadi dihukum,"

"Wah keterlaluan sih kalo hukumannya berat sampe buat Iku pingsan begini, gimana kalo kita buat perhitungan sama anak Osis yang sekarang jaga, biar dia kapok dan tau siapa itu Sport 10C!"

Iku pun dibawa pergi oleh teman-teman lelaki yang lain menuju ke Klinik, Yessa yang sudah mendapatkan obat menatap tidak percaya karena teman sekelasnya membawa tubuh Iku dan melewatinya begitu saja. Yessa terpaksa berbalik dan mengikuti kemana teman-temannya itu membawa kakak sepupu dari keluarga Bunanya.

"Iku kenapa, Kamal?" tanya Yessa setelah mereka sampai di Klinik dan Iku sudah dibaringkan.

"Iku pingsan tadi, aku kira kau masih bicara dengannya, ternyata dia seorang diri di kursi, jadi kami bawa kesini agar istirahat," jelas Kamal.

Yessa yang panik segera menghubungi nomor Jiata karena kakak sepupunya itu lah yang menurutnya tidak akan lepas dari ponsel jika sudah jam istirahat. Sehingga tidak lama kakak sepupunya itu datang juga bersama teman-teman seangkatannya yang Yessa juga tau sebenarnya siapa saja yang datang ikut bersama Jiata.

"Yes, kok bisa?" tanya Jiata memastikan.

"Bisa, tadi mukanya udah pucet gitu, kakak nggak suruh dia kerjain aneh-aneh kan waktu hukuman?" Yessa menatap curiga pada Jiata dan teman-teman seangkatan kakak sepupunya itu.

"Nggak, dek... abang tadi minta nge-pel toilet cowok doang kok, terus abang suruh dia balik ke kelas soalnya udah jam kedua, nggak mungkin kan di luar terus,"

"Bohong!"

"Yeh, yang ngasih hukuman juga Om Sean, kenapa nggak percaya banget sih?"

Yessa menatap penuh selidik pada Jiata dan Ocean, sementara itu Windu, Sehan dan Shakeel yang ikut mereka menatap tidak percaya kalau sepupunya itu bisa posesif juga sama sepupu jauh mereka. Yessa itu dari kecil udah deket banget sama Iku, bahkan Yessa pernah bilang lebih baik mati kalo nggak sama Iku, eh waktu SMP Iku pindah rumah, ngamuk Yessa karena berpikir kalau Iku pindah rumah akan pindah sekolah juga, taunya Iku tetap sekolah di sekolah itu. Nah SMA ini mereka ambil jarak sekolah yang dekat dengan rumah Iku-katanya sih biar gentian, jadi Yessa yang jarak rumahnya lumayan harus rela kejar tayang ke sekolahnya agar bisa sampai tanpa terlambat ke sekolah, beruntungnya sih ada Ocean, jadi Yessa bisa numpang kalau berangkat.

"Yes, ayo ke lapangan, udah bel masuk tuh," tegur salah seorang siswa datang ke klinik untuk mengajak Yessa agar pergi ke lapangan.

"Iya," Yessa terpaksa pergi dari Klinik untuk berganti seragam putih abu menjadi seragam olahraga, kalau tidak ikut nilainya nanti akan dikurangi.

Di dalam Klinik sekarang hanya ada Jiata, Ocean, Windu, Sehan dan Shakeel. Sehan merasa dirinya harus menjaga Iku karena Iku adalah partnernya di OSIS, Iku itu wakilnya, sedangkan Shakeel sendiri tidak mau jauh-jauh dari kembarannya. Jiata juga ingin menjaga Iku seperti Sehan, berbeda dengan Ocean dan Windu, Windu datang karena ikut Jiata dan Ocean sendiri ditarik Windu untuk ikut pergi menengok adik kelasnya itu. Ya pokoknya begitu deh, mereka seginya sudah rumit.

Hingga tidak lama kemudian Iku terbangun dari pingsannya dan mendapati kelima kakak kelas tak diundangnya yang kini berada mengitarinya dekat bankar kasur rawat.

"Kalian kenapa di sini? Iku kenapa di sini?" tanya Iku dengan bingung.

"Kamu tadi pingsan, dek, gimana masih pusing?" jawab Jiata mendahului teman-temannya.

"Tapi harusnya kalian di kelas bukan temani Iku begini," ujar Iku tidak terima, dirinya juga berusaha bangun agar bisa duduk dengan nyaman melihat kelima kakak kelasnya itu.

"Kita di sini ya karena Yessa yang meminta, kalau kita terus pergi ke kelas apa nanti nggak kena marah Yessa karena nggak jagain kamu?" ujar Sehan mencari alasan lain kenapa mereka harus ada di Klinik juga menemani si bungsu.

"Ihh aneh,"

Kelimanya saling tatap karena cibiran adik kelasnya itu. Iku itu menggemaskan karena terkadang kalau bicara memang menggemaskan, tapi ada kalanya Iku juga menyebalkan seperti saat ini.

"Kalau sudah mendingan langsung ke lapangan ya, kau tidak mau nilaimu berkurang bukan karena tidak ikut materi hari ini," ujar Ocean tiba-tiba.

"OCEAN!!" kompak saja Jiata, Windu, Sehan dan Shakeel meneriaki Ocean karena kalimatnya itu, sedangkan Iku sendiri sudah menatap garang pada kakak kelasnya itu.

Kalau bukan saudara mungkin Iku akan mengamuk pada Ocean, untungnya Iku sadar kalau Ocean juga Omnya Yessa dan Jiata, mungkin Iku akan mengajak ribut kakak kelasnya itu tanpa melihat tempat. Iku kelihatannya aja polos nggak paham situasi, aslinya anak itu pemberontak tau, ini belum seberapa sih, lihat aja di bab berikutnya.

To be continue...

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang